Pewarta : M Haris SA









Banda Aceh, 6/6 (Antara) - Kalangan pemerhati TM Zulfikar menilai perusakan lingkungan hidup di Provinsi Aceh masih marak terjadi dan berlangsung terus menerus, sehingga menyebabkan daerah itu rawan bencana.
"Pada 5 Juni dan setiap tahunnya kita memperingati hari lingkungan hidup, tetapi perusakan bumi, air udara maupun hutan terus berlanjut secara sistematis, masif dan cepat di Provinsi Aceh," katanya di Banda Aceh, Jumat.
Menurut dia, maraknya bencana alam yang terjadi di berbagai tempat di Provinsi Aceh selama ini menjadi tolok ukur kerusakan lingkungan hidup, khususnya kawasan hutan.
"Aceh saat ini sudah berada dalam kondisi darurat lingkungan. Bayangkan, kerusakan hutan terus terjadi setiap saat. Kerugian akibat bencana setiap tahuannya mencapai ratusan miliar," kata dia.
Selain itu, TM Zulfikar yang juga mantan Direktur Eksekutif Walhi Aceh menilai pembangunan di provinsi itu kerap mengesampingkan faktor kestabilan lingkungan hidup.
Kecuali itu, sebut dia, kesalahan pengelolaan sumber daya alam menyebabkan kerusakan hutan dan telah menjadikan Aceh sebagai kawasan rawan bencana. Hampir setiap daerah di Aceh terjadi banjir setiap tahunnya.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya mendesak Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota di Aceh kembali fokus pada pelestarian lingkungan hidup. Serta menyeimbangkan pembangunan fisik dengan pembangunan hijau.
"Kami berharap melalui peringatan hari lingkungan hidup menjadi momentum bagi semua pihak, termasuk pemerintah dan pemerintah daerah lebih peduli lagi terhadap lingkungan hidup," kata TM Zulfikar.

Pewarta:  

Editor : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2014