Setiap makhluk Allah Subhanahu Wa Ta'ala termasuk manusia, dipastikan sudah tersedia rezeki untuk kebutuhan dan kelangsungan hidupnya di atas permukaan bumi ini

Bahkan dalam sebuah hadits qudsi, Allah menegaskan, “Jangan khawatir dengan sempitnya rezeki yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Sesungguhnya kekayaan yang dimiliki oleh Allah tidak akan pernah habis dan selama - lamanya”.

Maka jangan pernah ragu dengan rezeki yang Allah berikan. Rezeki untuk seseorang tidak akan pernah salah sasarannya. Rezeki seorang hamba tidak akan pernah tertukar. Allah sudah tempatkan rezeki kepada setiap manusia. Rezeki si fulan tidak akan pernah lari kepada si fulen.

Dalam hadits qudsi yang lain, Allah juga menyampaikan bahwa Allah sudah menjamin rezeki setiap manusia, maka janganlah capek – capek untuk mencari rezeki bahkan memaksa diri dengan cara terlarang mengambil yang bukan miliknya, karena rezeki tersebut sudah Allah berikan dan Allah tetapkan kepada hamba hamba-Nya.

Demikian antara lain disampaikan Ketua Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh, Tgk H Muhammad Fadhillah, Lc M.US, saat mengisi pengajian rutun Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Lambada Kupi, Gampong Pineung, Banda Aceh, Selasa (25/02/2020) malam.

“Hari ini, kita siang dan malam memaksa diri mencari rezeki, kadang itu bukan rezeki kita, namun dipaksakan untuk dicari, sehingga menggunakan cara – cara yang diharamkan oleh Allah, bahkan ada sampai lalai dalam ibadah karena terus mencari rezeki padahal Allah sudah menetapkan rezeki setiap hamba-Nua,” kata Tgk Muhammad Fadhillah.

Ditambahkannya, bisa jadi Allah sudah menetapkan rezeki bagi kita hari ini adalah Rp300 ribu, namun dipaksakan harus mendapatkan Rp 3 juta. Maka tentunya akan menggunakan cara – cara yang salah dan haram. Makanya apa? Kita menjadi tidak ridha dan tidak ikhlas dengan apa yang sudah diberikan oleh Allah.

Padahal Allah sudah mengingatkan melalui hadits qudsi, bahwa apabila kita ridha atas apa yang ditentukan, maka Allah akan memberikan ketenangan kepada jiwa dan raga kita. Apabila tidak ridha, maka akan terus dibebankan dengan dunia, dan yang dipikirkan adalah soal dunia untuk terus mengumpulkan kekayaan yang tidak pernah cukup. 

Ibaratnya, kita akan berjalan sebagai hewan melata, karena tidak ridha atas apa yang Allah berikan. Padahal apa yang Allah berikan tidak akan melebihi apa yang sudah ditakdirkan.

“Penting sekali bagi kita adalah untuk ikhlas dan ridha, menerima semua ketentuan dari Allah,” terang Wakil Direktur Dayah Ruhul Islam Anak Bangsa (RIAB) Aceh Besar ini.

Dalam pengajian KWPSI tersebut, Tgk. Muhammad Fadhillah juga menyampaikan bahwa Allah SWT akan menanamkan cinta dan kasih sayang ke dalam hati orang – orang yang beriman dan beramal saleh. Sebagaimana bunyi Surat Maryam ayat 69. 

Dalam hadits qudsi juga disampaikan ketika Allah mencintai hamba-Nya maka para malaikat dan penduduk langit juga mencintai hamba tersebut.

Kalau kaitannya cinta antara sesama manusia, kata Tgk Fadhillah, maka tentunya ada sebab dan akibat. Ia menyontohkan, kecintaan seorang suami terhadap istri, anak dan keluarga. Sebab dan akibatnya adalah karena adanya hubungan keluarga. Begitu pula kecintaan antar sesama manusia, seperti dalam sebuah majelis, tentu karena adanya sebuah hubungan baik yang saling menguntungkan antara satu sama lain, atau disebut mutualisme.

“Kalau cinta terhadap seseorang, ketika dia sakit atau sedang ditimpa kesusahan, maka kita akan mencarinya. 'Hoka rakan lon, trep that hana leumah' (kemana rekan saya, sudah lama tidak berjumpa). Kurang lebih reaksi kita akan seperti itu," sebut Tgk. Fadhillah yang juga aktif sebagai dosen di Universitas Muhammadiyah (Unmuha) Aceh.

Kalau sudah cinta, di saat tidak lagi sering bertatap muka, tentunya akan mencarinya. Kenapa bisa seperti ini, karena ada sebuah hubungan persahabatan.

Tapi, cinta Allah SWT kepada hamba-Nya tidak ada sebab. Bahkan Allah SWT dalam hadits qudsi menyampaikan “Wahai hamba-Ku jangan ragu, jangan merasa khawatir dan merasa gelisah dengan kepemilikan yang dimiliki oleh Allah. karena kekuasaanku tidak akan pernah hilang selama – lamanya”.
Sikap kita sebagai seorang mukmin bagaimana? Yaitu tidak perlu ragu, apalagi sampai merasa gelisah dengan kepemilikan yang dimiliki oleh Allah. 

Lebih lanjut disampaikannya diantara orang-orang yang dicintai Allah, yaitu At-Tawwabin, orang yang bertaubat. Al- Mutathahhirin, orang yang suka bersuci, Al – Muqsithin, orang yang adil. 

Kemudian, Al Muttaqin, yaitu orang yang bertaqwa, Al – Muhsinin, orang yang suka berbuat kebaikan, Al- Mutawakilin, orang yang bertawaqal kepada Allah. Kemudian As- Shabirin, yaitu orang yang sabar dalam ketaatan ujian Allah.

Pewarta: KWPSI

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020