Akademisi dari Fakultas Ilmu Hukum Universitas Syiah Kuala Saifuddin Bantasyam menilai sikap masyarakat Provinsi Aceh yang tak acuh terhadap protokol kesehatan, akan menambah beban pemerintah dan masyarakat itu sendiri dalam upaya mencegah penyebaran COVID-19.

"Sikap masyarakat yang abai protokol kesehatan itu menambah beban kepada masyarakat sendiri dan menambah beban kepada pemerintah. Jadi saya berharap masyarakat menyadari hal ini," katanya, di Banda Aceh, Sabtu.

Pernyataan itu disampaikan Saifuddin menanggapi penambahan drastis kasus COVID-19 di Aceh dalam tiga pekan terakhir, yang mencapai 86 kasus sejak terdeteksi kasus perdana pada akhir Maret lalu. 

Pemerhati politik Aceh itu menjelaskan Pemerintah Aceh telah mengambil sejumlah kebijakan dalam penanggulangan COVID-19, mulai dari upaya pencegahan penularan dan penanganan pasien, serta memastikan sektor ekonomi masyarakat tidak terganggu.

"Dan apabila terganggu (sektor ekonomi) pemerintah sudah menyediakan intensif, termasuk bantuan sosial begitu," katanya, menjelaskan.

Namun yang perlu diingat, kata Saifuddin, seluruh kebijakan terkait penanggulangan COVID-19 tidak akan berdampak banyak apabila masyarakat tidak mematuhi secara ketat seluruh protokol kesehatan.

Atau, lanjut dia, masyarakat masih berfikir bahwa upaya pencegahan hanya kewajiban dari pemerintah, sehingga seluruh kebijakan tersebut juga tidak akan efektif apabila tidak ada kepatuhan dari masyarakat. 

"Tidak bisa kemudian kalau sakit nanti ada pemerintah, bukan begitu cara pandangnya. 
Masyarakat harus memandang, kita jangan sampai sakit, jangan kemudian memandang ya kalau sakit nanti ada pemerintah, itu salah," ujarnya.

"Masyarakat jangan berfikir tidak apa-apa sakit, kan ada pemerintah. Tapi mari berfikir yuk marilah kita jangan sakit, kampanye mari kita jangan sakit, jangan terinfeksi, ini menurut saya perlu," katanya.

Menurut Saifuddin, salah satu faktor longgarnya protokol kesehatan di tengah masyarakat akibat informasi hoax yang begitu banyak beredar di tengah masyarakat, baik melalui akun facebook, instagram, whatsapp, dan lainnya.

Hal itu terjadi, kata dia, mengingat literasi masyarakat yang beragam, yang kemudian ada warga mempercayai informasi-informasi bohong tersebut sehingga membuat warga tidak mempercayai lagi kehadirian wabah virus corona.

"(Katanya, red) virus ini ciptaan pejabat, ciptaan PKI, virus ini ciptaan yahudi Israel, jadi kadang-kadang itu disebarkan oleh orang-oramg yang dianggap punya pengetahuan, jadi berita hoax ini turut menyuburkan sikap permisif masyarakat terhadap protokol kesehatan," ujarnya

Pewarta: Khalis Surry

Editor : Azhari


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020