Banda Aceh (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh menjadikan rumpon ijuk (rujuk) sebagai salah satu program unggulan pada tahun 2025 untuk pengembangan bisnis perikanan dalam upaya meningkatkan perekonomian nelayan.
Kepala Bank Indonesia Aceh Rony Widijarto di Banda Aceh, Jumat, mengatakan implementasi rumpon ijuk terbukti meningkatkan produktivitas dan efisiensi nelayan kecil secara signifikan.
“Tingkat produktivitas penangkapan ikan meningkat hingga 47,75 persen. Implementasi rumpon ijuk juga berhasil menurunkan biaya produksi, terutama kebutuhan bahan bakar minyak yang berkurang sebesar 5,70 persen,” katanya.
Baca juga: Peringatan 20 tahun tsunami, nelayan dilarang melaut
Ia menjelaskan Bank Indonesia Aceh pada tahun ini akan terus memperkuat klaster pangan, perikanan, dan fesyen dalam mendukung hilirisasi dan diversifikasi produk di provinsi berjulukan Tanah Rencong itu.
“Beberapa program unggulan yang telah berjalan seperti pengembangan model bisnis perikanan melalui program rumpon ijuk ini,” ujarnya.
Menurutnya, pengembangan perikanan tangkap terintegrasi mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas nelayan tangkap. Hal tersebut dihasilkan melalui implementasi teknologi rumpon ijuk dengan pendekatan kelembagaan adat dan penguatan modal sosial (social capital) masyarakat nelayan.
Kata Rony, rumpon ijuk mudah direplikasikan menggunakan bahan baku sesuai dengan kearifan lokal.
“Diperkirakan rumpon ijuk dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi sebesar 5-10 persen dan meningkatkan efektivitas tangkapan ikan sebesar 10-15 persen,” ujarnya.
Tahun lalu, Bank Indonesia Aceh mulai melakukan pengembangan ekosistem perikanan melalui implementasi teknologi rumpon ijuk tersebut di wilayah perairan Kabupaten Aceh Barat.
Ada sebanyak 11 unit rumpon ijuk hasil penelitian Universitas Teuku Umar (UTU) menjadi percontohan yang dilepaskan ke perairan Aceh Barat, guna meningkatkan hasil tangkapan nelayan.
Bank Indonesia mencatat beberapa keunggulan rumpon ijuk di antaranya meningkatkan hasil penangkapan ikan dibanding metode tangkap konvensional, rumpon ijuk lebih tahan lama sekitar 3-4 bulan dibanding bahan lain seperti daun kelapa.
Kemudian atraktor yang terendam di laut lebih lama, membuat mikroorganisme tumbuh sehingga lebih banyak menarik ikan. Selanjutnya mengurangi biaya produksi terutama BBM karena rumpon ijuk menjadi fishing point.
Serta rumpon ijuk juga menjadi tempat ikan mencari makan (feeding point), dan meningkatkan keamanan nelayan saat melaut karena tidak perlu melaut jarak jauh.
Baca juga: DKP Aceh segel bagan apung ilegal di wilayah konservasi Simeulue