Psikolog RSUD Wangaya, Nena Mawar Sari, S.Psi., Psikolog Cht mengajak seluruh tenaga kesehatan untuk mampu mengelola stres selama masa pandemi COVID-19.
"Untuk mengatasi itu bisa dengan cara internal dan eksternal. Karena selama COVID-19 ini saya menerima konsultasi dengan keluhan cemas sekitar 30 persen dari tenaga medis," jelas Nena dalam wawancara secara virtual di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan dalam waktu satu bulan ada 96 klien yang melakukan konsultasi dengan keluhan cemas terkait penanganan COVID-19. "Per harinya kami batasi lima klien saja untuk melakukan konsultasi," jelasnya.
Cara untuk mengatasi dan mengelola stres secara internal yaitu dengan mempertahankan kesehatan tubuh, menerima kondisi diri apa adanya, memelihara persahabatan, melakukan tindakan konstruktif, memelihara hubungan sosial dan tetap melakukan kreativitas di luar pekerjaan.
Sedangkan secara eksternal yaitu dengan memperbaiki kondisi kerja atau lingkungan, melakukan komunikasi yang efektif dan memberikan penghargaan atas usaha yang dikerjakan.
"Selama pandemi ini perasaan yang sering dirasakan itu mulai dari gangguan cemas atau khawatir berlebihan, keluhan psikosomatis, gangguan adaptasi, emosional, depresi dan gangguan lainnya," jelas Nena.
Nena menjelaskan agar masyarakat dan tenaga kesehatan pada khususnya menghindari pandangan-pandangan yang kurang tepat, diantaranya perasaan putus asa, panik berlebihan akan suatu hal, menyebarkan kepanikan bersama dan memunculkan sikap egois.
Sementara itu, selama pandemi ini sehat mental dapat dilakukan dengan mengistirahatkan pikiran, memelihara kesehatan tubuh, mengkonsumsi makanan bergizi, tetap menjalin komunikasi dan bijaksana menyikapi berita.
"Jika nantinya menimbulkan gangguan berlanjut seperti munculnya rasa marah, depresi, bosan, komunikasi tidak efektif, kehilangan konsentrasi dan gangguan yang berat lebih baik datangi konsultasi ke psikolog untuk penanganan lebih lanjut," katanya.
Ia mengatakan gejala fisik yang muncul dari gangguan mental selama COVID ini seperti, detak jantung dan tekanan darah meningkat, gangguan gastrointestinal, gangguan kardiovaskuler, gangguan pernapasan, ketegangan otot dan gangguan tidur.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020
"Untuk mengatasi itu bisa dengan cara internal dan eksternal. Karena selama COVID-19 ini saya menerima konsultasi dengan keluhan cemas sekitar 30 persen dari tenaga medis," jelas Nena dalam wawancara secara virtual di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan dalam waktu satu bulan ada 96 klien yang melakukan konsultasi dengan keluhan cemas terkait penanganan COVID-19. "Per harinya kami batasi lima klien saja untuk melakukan konsultasi," jelasnya.
Cara untuk mengatasi dan mengelola stres secara internal yaitu dengan mempertahankan kesehatan tubuh, menerima kondisi diri apa adanya, memelihara persahabatan, melakukan tindakan konstruktif, memelihara hubungan sosial dan tetap melakukan kreativitas di luar pekerjaan.
Sedangkan secara eksternal yaitu dengan memperbaiki kondisi kerja atau lingkungan, melakukan komunikasi yang efektif dan memberikan penghargaan atas usaha yang dikerjakan.
"Selama pandemi ini perasaan yang sering dirasakan itu mulai dari gangguan cemas atau khawatir berlebihan, keluhan psikosomatis, gangguan adaptasi, emosional, depresi dan gangguan lainnya," jelas Nena.
Nena menjelaskan agar masyarakat dan tenaga kesehatan pada khususnya menghindari pandangan-pandangan yang kurang tepat, diantaranya perasaan putus asa, panik berlebihan akan suatu hal, menyebarkan kepanikan bersama dan memunculkan sikap egois.
Sementara itu, selama pandemi ini sehat mental dapat dilakukan dengan mengistirahatkan pikiran, memelihara kesehatan tubuh, mengkonsumsi makanan bergizi, tetap menjalin komunikasi dan bijaksana menyikapi berita.
"Jika nantinya menimbulkan gangguan berlanjut seperti munculnya rasa marah, depresi, bosan, komunikasi tidak efektif, kehilangan konsentrasi dan gangguan yang berat lebih baik datangi konsultasi ke psikolog untuk penanganan lebih lanjut," katanya.
Ia mengatakan gejala fisik yang muncul dari gangguan mental selama COVID ini seperti, detak jantung dan tekanan darah meningkat, gangguan gastrointestinal, gangguan kardiovaskuler, gangguan pernapasan, ketegangan otot dan gangguan tidur.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020