Bupati Aceh Barat Daya (Abdya) Akmal Ibrahim membagikan kisah perjalanan hidupnya dimulai dari sejak kecil dibangku Sekolah Dasar (SD) hingga bergelut di dunia jurnalistik dan pengacara ketika dewasa

Sebuah kisah yang mungkin bisa menjadi inspirasi setiap orang itu diceritakan sambil minum kopi bersama sejumlah wartawan daerah di cafee hotel lauser di Blangpidie belum lama ini.

Kapolres Abdya AKBP Muhammad Nasution, Sekretaris Daerah Kabupaten (Setdakab) Drs Thamrin, Kabag Humas Mawardi dan Kabag Umum Pemkab Abdya, Alman Safriandi ikut serta pada acara itu.  

Sambil minum kopi Akmal mengisahkan sejak kecil ia telah merasakan kerasnya kehidupan dan bahkan saat masih duduk dibangku kelas VI SD sudah mulai bekerja mencuci boat hingga diberi ikan oleh nelayan.

“Semua ikan-ikan yang dikasih dari hasil kerja mencuci perahu layar itu saya bawa pulang ke rumah. Sebahagiannya saya jual lalu uangnya saya kasih pada mamak (ibu) walaupun Rp 1.000,” kenangnya

Ia juga mengaku mengenal hampir semua nelayan di Padang Seurahet, Meulaboh pada era itu, karena apapun mereka (nelayan) suruh dikerjakannya, mulai beli kopi, buang sisik ikan hingga angkat ikan.

“Makanya sampai sekarang saya paham tentang tatacara membersihkan sisik, sirip, belah dan cincang ikan,” tuturnya

Yang paling berkesan kata Akmal saat Ia pertama dilantik menjadi bupati Kabupaten Abdya pada periode 2007- 2012 lalu bertemu dengan seorang pemilik perahu layar yang pernah dicuci oleh Akmal saat singgah diperairan Padang Seurahet, Meulaboh.

“Pemilik boat itu sudah jadi Kepala Desa di Susoh. Pas ketemu saya 2008 lalu langsung dipeluknya lalu ditanya, apa benar kau ini jadi bupati,” canda Akmal disambut suara tawa dari insan pers.

Selepas menamatkan SD lalu Akmal melanjutkan pendidikan SMP di Kabupaten Aceh Barat. Sambil menimba ilmu di bumi Teuku Umar ia juga memeraskan tenaga mendayung becak di kota Meulaboh.  

“Kemudian semasa SMP, pulang sekolah saya bawa becak di Meulaboh. Kadang-kadang dengan becak saya ke sekolah. Itu becak dayung karena pada era itu belum ada becak mesin,” katanya  

Ia juga mengaku sempat terkesima dengan seorang siswi yang sama-sama duduk dibangku SMP saat itu, namun, ia minder tidak pernah berani menghampirinya karena sehari-hari bekerja dayung becak.

“Cuma bisa pandang dari jauh saja,” canda Akmal dengan spontan Kapolres bersama wartawan yang hadir tertawa terbahak-bahak saat mendengarkan kisah lucu yang pernah dialami kepala daerah itu.

Kendatipun kerasnya kehidupan dialami semasa kecilnya, namun, Akmal mengaku selalu ceria dan tidak pernah merasa sedih, karena kehidupan era itu hampir seluruhnya warga bekerja banting tulang.    

Lalu jalan takdir yang digariskan oleh Allah SWT bagi Akmal tidak pernah diduga. Ia sempat menjadi wartawan hingga menjadi redaktur pelaksana surat kabar harian terkenal terbitan Aceh dan pengacara.

Setelah 17 tahun bergelut di dunia jurnalistik dan advokat, sosok pekerja keras yang bicaranya dikenal ceplas-ceplos itu dipilih oleh masyarakat Abdya menjadi bupati definitif untuk periode tahun 2007-2012.  

Berbagai program kesejahteraan rakyat dicetuskan Akmal periode itu, mulai dari gerakan tanam padi serentak di sektor pertanian, Ia juga mengajak masyarakat petani mengembangkan sektor perkebunan.

Kedua sektor tersebut berhasil dikembangkan di Kabupaten Abdya dan bahkan pada tahun 2010 lalu daerah yang berjulukan “bumoe breuh sigupai” itu sempat menyandang sebagai lubung pangan Indonesia.

Namun, jalan terjal menuju dua periode tidak semudah itu dilaluinya. Sebab berbagai hambatan dan rintangan pada periode pertama itu harus ia alami hingga mendapat kekalahan pada pilkada 2012 lalu.

Sejak berakhirnya masa jabatan kepala daerah pada 2012. Akmal kembali menjadi masyarakat biasa. Ia kembali bekerja keras, baik menanam padi di sawah maupun menanam berbagai bibit komoditi.

Kemudian sosok yang dikenal sangat dekat dengan kalangan bawah ini pada tahun 2016 kembali mencalonkan diri dan terpilih kembali menjadi bupati Abdya untuk masa tugas periode 2017-2022.

Pewarta: Suprian

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020