Badan PPB untuk pengungsian atau United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) terus melakukan upaya investigasi untuk mengetahui keberadaan salah satu imigran Myanmar etnis Rohingya yang kabur dari tempat penampungan sementara di BLK Kota Lhokseumawe.
"Kami sangat shock dengan kejadian kaburnya salah satu pengungsi Rohingya bernama Tasfiah bin Salamatullah (17) dari Balai Latihan Kerja (BLK) Kota Lhokseumawe pada Sabtu (8/8), namun UNHCR akan terus melakukan penyelidikan dan investigasi dengan beberapa instansi terkait,"kata Kepala Perwakilan UNHCR Ann Maymann kepada ANTARA di Lhokseumawe, Rabu (12/8).
Ia menambahkan, UNHCR sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian dalam meningkatkan upaya pencarian dan investigasi seperti layaknya pencarian orang hilang. Namun hingga saat ini belum diketahui apakah motif dari kaburnya gadis remaja Rohingya tersebut.
"Kita juga masih mendalami apakah pengungsi Rohingya yang kabur tersebut merupakan kabur karena sukarela atau dipaksa oleh seseorang (dibawa kabur),"katanya.
Ia menyebutkan bahwa pihaknya juga telah menghubungi keluarga dari Tasfiah yang berada di Malaysia dan Bangladesh dengan tujuan apakah keluarganya mengetahui keberadaan wanita itu.
"Kita sudah berkomunikasi dengan bibi nya yang berada ditempat pengungsian ini dan juga keluarganya di Bangladesh dan Malaysia, namun tidak ada satupun yang mengetahui keberadaan Tasfiah. Kita juga sangat khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan menimpa Tasfiah,"katanya.
Dikatakannya, hari ini UNHCR juga mengadakan kegiatan sosialisasi terkait perlindungan internasional, hukum dan pengamanan pengungsi yang diikuti sekitar 30 peserta dari TNI-Polri dan instansi pemerintah.
"Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman terhadap perlindungan dan pangamanan kepada pengungsi,"katanya.
Terkait masa depan pengungsi Rohingya, Maymann mengatakan bahwa untuk saat ini tidaklah mungkin mereka dipulangkan ke negaranya, mengingat situasi konflik yang terjadi di Myanmar.
"Kemungkinan mereka akan tinggal dalam waktu yang cukup lama di sini, karena kondisi tidak aman jika para pengungsi tersebut dipulangkan ke negaranya,"kata Ann Maymann.
Dikatakannya, saat ini pihaknya sedang berupaya memberikan pelatihan-pelatihan pengembangan ekonomi atau keahlian dan juga pelatihan bahasa Indonesia kepada pengungsi Rohingya.
"Mengingat kemungkinan besar mereka akan tinggal di sini dalam waktu cukup lama, maka para pengungsi akan diberi pelatihan-pelatihan keterampilan seperti pertanian, peternakan dan industri. Sehingga dengan adanya pelatihan tersebut mereka dapat hidup mandiri,"katanya.
UNHCR mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Republik Indonesia khususnya Pemerintah Aceh yang telah membantu imigran Myanmar etnis Rohingya tersebut, sehingga mereka dapat mendarat atau diterima di Lhokseumawe.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020
"Kami sangat shock dengan kejadian kaburnya salah satu pengungsi Rohingya bernama Tasfiah bin Salamatullah (17) dari Balai Latihan Kerja (BLK) Kota Lhokseumawe pada Sabtu (8/8), namun UNHCR akan terus melakukan penyelidikan dan investigasi dengan beberapa instansi terkait,"kata Kepala Perwakilan UNHCR Ann Maymann kepada ANTARA di Lhokseumawe, Rabu (12/8).
Ia menambahkan, UNHCR sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian dalam meningkatkan upaya pencarian dan investigasi seperti layaknya pencarian orang hilang. Namun hingga saat ini belum diketahui apakah motif dari kaburnya gadis remaja Rohingya tersebut.
"Kita juga masih mendalami apakah pengungsi Rohingya yang kabur tersebut merupakan kabur karena sukarela atau dipaksa oleh seseorang (dibawa kabur),"katanya.
Ia menyebutkan bahwa pihaknya juga telah menghubungi keluarga dari Tasfiah yang berada di Malaysia dan Bangladesh dengan tujuan apakah keluarganya mengetahui keberadaan wanita itu.
"Kita sudah berkomunikasi dengan bibi nya yang berada ditempat pengungsian ini dan juga keluarganya di Bangladesh dan Malaysia, namun tidak ada satupun yang mengetahui keberadaan Tasfiah. Kita juga sangat khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan menimpa Tasfiah,"katanya.
Dikatakannya, hari ini UNHCR juga mengadakan kegiatan sosialisasi terkait perlindungan internasional, hukum dan pengamanan pengungsi yang diikuti sekitar 30 peserta dari TNI-Polri dan instansi pemerintah.
"Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman terhadap perlindungan dan pangamanan kepada pengungsi,"katanya.
Terkait masa depan pengungsi Rohingya, Maymann mengatakan bahwa untuk saat ini tidaklah mungkin mereka dipulangkan ke negaranya, mengingat situasi konflik yang terjadi di Myanmar.
"Kemungkinan mereka akan tinggal dalam waktu yang cukup lama di sini, karena kondisi tidak aman jika para pengungsi tersebut dipulangkan ke negaranya,"kata Ann Maymann.
Dikatakannya, saat ini pihaknya sedang berupaya memberikan pelatihan-pelatihan pengembangan ekonomi atau keahlian dan juga pelatihan bahasa Indonesia kepada pengungsi Rohingya.
"Mengingat kemungkinan besar mereka akan tinggal di sini dalam waktu cukup lama, maka para pengungsi akan diberi pelatihan-pelatihan keterampilan seperti pertanian, peternakan dan industri. Sehingga dengan adanya pelatihan tersebut mereka dapat hidup mandiri,"katanya.
UNHCR mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Republik Indonesia khususnya Pemerintah Aceh yang telah membantu imigran Myanmar etnis Rohingya tersebut, sehingga mereka dapat mendarat atau diterima di Lhokseumawe.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020