Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh menyarankan agar pemerintah kota setempat untuk melakukan uji sampel usap (swab) massal terhadap 5.000 warga dalam upaya percepatan penanganan COVID-19.
Ketua DPRK Banda Aceh Farid Nyak Umar, Rabu, mengatakan bahwa pihaknya rapat pembahasan Rancangan APBK Perubahan Banda Aceh 2020 secara resmi telah meminta agar Pemko Banda Aceh untuk melakukan swab massal minimal 5.000 orang.
"Artinya DPRK Banda Aceh mendorong pemerintah untuk menganggarkan sejumlah dana agar dapat dilakukan kerjasama dengan Universitas Syiah Kuala yang memiliki laboratorium dan peralatan tes. Pemko Banda Aceh sudah sepakat dan DPRK akan mengawal kebijakan ini," kata Farid, di Banda Aceh.
Farid menilai, mayortitas pasien positif terinfeksi diketahui secara kebetulan. Katanya, ada warga yang sakit kemudian mendatangi rumah sakit dan ternyata terinfeksi positif virus corona. Setelah dilacak maka kedapatan kasus-kasus baru lainnya.
Kata Farid, disamping itu juga perlu
dilakukan langkah strategis, dengan menargetkan tiga bulan ke depan dilakukannya 5.000 swab massal. Apabila dibagi setiap pekannya maka 1.500 warga yang diuji swab setiap bulannya. Kemudian juga melakukan pemetaan gampong (desa) yang akan dilakukan swab massal.
"Ini menjadi penting, karena hari ini banyak pasien orang tanpa gejala (OTG) yang kondisinya sehat tapi tanpa sadar menjadi pembawa virus itu ke tempat-tempat lain jangan sampai muncul klaster-klaster baru seperti klaster perkantoran, masjid dan lainnya," kata politikus PKS itu.
Lanjut Farid, angka positif melonjak drastis di ibukota Provinsi Aceh itu menempatkan posisi Aceh pada peringkat enam secara nasional, sehingga dibutuhkan perhatian semua pihak agar tidak bersikap abai terhadap COVID-19.
"Waspada itu penting tapi jangan berlebihan karena akan menurunkan imunitas, tapi abai tidak peduli sama sekali itu juga dapat membahayakan masa depan," kata Farid.
Karena itu, kata Farid, langkah-langkah yang diambil oleh Pemko Banda Aceh mulai dari testing atau swab massal, pelacakan interaksi dari pasien yang terpapar, isolasi baik yang mandiri maupun kelompok, hingga treatment atau proses pengobatan yang harus detail dan terukur serta jelas jadwal pelaksanaannya, dan berapa kebutuhan anggarannya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020
Ketua DPRK Banda Aceh Farid Nyak Umar, Rabu, mengatakan bahwa pihaknya rapat pembahasan Rancangan APBK Perubahan Banda Aceh 2020 secara resmi telah meminta agar Pemko Banda Aceh untuk melakukan swab massal minimal 5.000 orang.
"Artinya DPRK Banda Aceh mendorong pemerintah untuk menganggarkan sejumlah dana agar dapat dilakukan kerjasama dengan Universitas Syiah Kuala yang memiliki laboratorium dan peralatan tes. Pemko Banda Aceh sudah sepakat dan DPRK akan mengawal kebijakan ini," kata Farid, di Banda Aceh.
Farid menilai, mayortitas pasien positif terinfeksi diketahui secara kebetulan. Katanya, ada warga yang sakit kemudian mendatangi rumah sakit dan ternyata terinfeksi positif virus corona. Setelah dilacak maka kedapatan kasus-kasus baru lainnya.
Kata Farid, disamping itu juga perlu
dilakukan langkah strategis, dengan menargetkan tiga bulan ke depan dilakukannya 5.000 swab massal. Apabila dibagi setiap pekannya maka 1.500 warga yang diuji swab setiap bulannya. Kemudian juga melakukan pemetaan gampong (desa) yang akan dilakukan swab massal.
"Ini menjadi penting, karena hari ini banyak pasien orang tanpa gejala (OTG) yang kondisinya sehat tapi tanpa sadar menjadi pembawa virus itu ke tempat-tempat lain jangan sampai muncul klaster-klaster baru seperti klaster perkantoran, masjid dan lainnya," kata politikus PKS itu.
Lanjut Farid, angka positif melonjak drastis di ibukota Provinsi Aceh itu menempatkan posisi Aceh pada peringkat enam secara nasional, sehingga dibutuhkan perhatian semua pihak agar tidak bersikap abai terhadap COVID-19.
"Waspada itu penting tapi jangan berlebihan karena akan menurunkan imunitas, tapi abai tidak peduli sama sekali itu juga dapat membahayakan masa depan," kata Farid.
Karena itu, kata Farid, langkah-langkah yang diambil oleh Pemko Banda Aceh mulai dari testing atau swab massal, pelacakan interaksi dari pasien yang terpapar, isolasi baik yang mandiri maupun kelompok, hingga treatment atau proses pengobatan yang harus detail dan terukur serta jelas jadwal pelaksanaannya, dan berapa kebutuhan anggarannya.
Uploader : Salahuddin Wahid
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020