Baru-baru ini beredar video tentang dugaan terjadinya penimbunan bantuan bencana banjir bandang di Kampung Paya Tumpi Baru, Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah, yang disebarkan oleh warga setelah menggeledah gudang kantor desa setempat.
Menanggapi video tersebut Reje (Kepala desa) Kampung Paya Tumpi Baru Idrus Saputra memberi penjelasan bahwa tumpukan bantuan di gudang tersebut bukan tidak disalurkan tapi telah diprogramkan khusus untuk diberikan kepada korban paling terdampak pasca bencana banjir bandang, yakni mereka yang rumahnya rusak berat.
"Bantuan itu belum kita salurkan karena kondisi mereka (Korban rusak berat) saat ini masih mengungsi atau menyewa rumah di luar kampung ini," kata Idrus Saputra, Kamis.
"Data resmi korban rusak berat dari Pemerintah Kampung Paya Tumpi Baru ketika itu berjumlah 13 Kepala Keluarga (KK). Sementara, BPBD Aceh Tengah pada akhir Mei 2020 mengeluarkan data ada 9 KK rusak berat. Kemudian mereka mendapat bantuan dana sewa rumah dari Pemerintah Daerah masing-masing sebesar Rp5 juta, karena mereka kehilangan rumah pasca bencana," tuturnya.
Idrus menyampaikan hingga saat ini sebanyak lima dari sembilan KK korban rusak berat tersebut masih juga mengungsi di luar kampung dengan cara menyewa rumah.
"Sebagian sudah kembali ke rumah mereka, walau dalam kondisi rumahnya masih rusak dengan sisa puing-puing dan belum ada pembangunan yang berarti. Tapi lima KK lagi masih menyewa rumah di luar desa," kata Idrus.
Menurutnya Pemerintah Kampung setempat hingga saat ini juga masih terus berupaya membangun komunikasi dengan Pemkab Aceh Tengah untuk realisasi program rehab rekon pasca bencana, agar rumah-rumah korban yang rusak berat tersebut bisa dibangun kembali.
" Jadi sampai sekarang pun kami Pemerintahan Kampung Paya Tumpi Baru masih terus memberikan perhatian penuh kepada mereka, korban yang kehilangan rumah. Upaya kami termasuk dengan terus menyalurkan bantuan secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka, pangan dan sandang," tutur Idrus.
"Jadi barang bantuan yang masih ada di Gudang Kantor Desa Paya Tumpi Baru itu sepenuhnya untuk mereka. Kalau nanti rumah mereka mulai dibangun, baru kita juga segera menyalurkan, karena di situ masih ada perlengkapan yang dibutuhkan seperti sepatu bot, tikar, dan alat-alat dapur untuk kebutuhan rumah tangga mereka," ujarnya.
Terkahir Idrus menuturkan bahwa apa yang ditampilkan dalam video yang beredar adalah bentuk fitnah terhadap dirinya dan Pemerintahan Kampung setempat.
Menurutnya apa yang masih ada di Gudang Kantor Desa pastinya masih termasuk ke dalam program desa secara berkelanjutan terkait penanganan pasca bencana yang hingga saat ini masih terus berjalan, khususnya untuk penanganan terhadap korban katagori rusak berat.
"Kalau disebut mau digelapkan kenapa harus ditumpuk gudang kantor desa, di fasilitas milik desa. Kalau digelapkan itu kan seharusnya ditimbun di suatu tempat atau mungkin di rumah saya atau rumah lain di luar fasilitas desa, itu kalau mau digelapkan," sindir Idrus.
"Saat itu memang saya yang perintahkan kepada Kaur desa yang memegang kunci gudang, untuk melayani mereka agar mereka bisa melihat isi gudang. Tapi saya tidak menyangka kalau niat di antara beberapa warga itu adalah untuk merekam video dan membuat pernyataan-pernyataan provokasi dan fitnah kepada kami," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020
Menanggapi video tersebut Reje (Kepala desa) Kampung Paya Tumpi Baru Idrus Saputra memberi penjelasan bahwa tumpukan bantuan di gudang tersebut bukan tidak disalurkan tapi telah diprogramkan khusus untuk diberikan kepada korban paling terdampak pasca bencana banjir bandang, yakni mereka yang rumahnya rusak berat.
"Bantuan itu belum kita salurkan karena kondisi mereka (Korban rusak berat) saat ini masih mengungsi atau menyewa rumah di luar kampung ini," kata Idrus Saputra, Kamis.
"Data resmi korban rusak berat dari Pemerintah Kampung Paya Tumpi Baru ketika itu berjumlah 13 Kepala Keluarga (KK). Sementara, BPBD Aceh Tengah pada akhir Mei 2020 mengeluarkan data ada 9 KK rusak berat. Kemudian mereka mendapat bantuan dana sewa rumah dari Pemerintah Daerah masing-masing sebesar Rp5 juta, karena mereka kehilangan rumah pasca bencana," tuturnya.
Idrus menyampaikan hingga saat ini sebanyak lima dari sembilan KK korban rusak berat tersebut masih juga mengungsi di luar kampung dengan cara menyewa rumah.
"Sebagian sudah kembali ke rumah mereka, walau dalam kondisi rumahnya masih rusak dengan sisa puing-puing dan belum ada pembangunan yang berarti. Tapi lima KK lagi masih menyewa rumah di luar desa," kata Idrus.
Menurutnya Pemerintah Kampung setempat hingga saat ini juga masih terus berupaya membangun komunikasi dengan Pemkab Aceh Tengah untuk realisasi program rehab rekon pasca bencana, agar rumah-rumah korban yang rusak berat tersebut bisa dibangun kembali.
" Jadi sampai sekarang pun kami Pemerintahan Kampung Paya Tumpi Baru masih terus memberikan perhatian penuh kepada mereka, korban yang kehilangan rumah. Upaya kami termasuk dengan terus menyalurkan bantuan secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka, pangan dan sandang," tutur Idrus.
"Jadi barang bantuan yang masih ada di Gudang Kantor Desa Paya Tumpi Baru itu sepenuhnya untuk mereka. Kalau nanti rumah mereka mulai dibangun, baru kita juga segera menyalurkan, karena di situ masih ada perlengkapan yang dibutuhkan seperti sepatu bot, tikar, dan alat-alat dapur untuk kebutuhan rumah tangga mereka," ujarnya.
Terkahir Idrus menuturkan bahwa apa yang ditampilkan dalam video yang beredar adalah bentuk fitnah terhadap dirinya dan Pemerintahan Kampung setempat.
Menurutnya apa yang masih ada di Gudang Kantor Desa pastinya masih termasuk ke dalam program desa secara berkelanjutan terkait penanganan pasca bencana yang hingga saat ini masih terus berjalan, khususnya untuk penanganan terhadap korban katagori rusak berat.
"Kalau disebut mau digelapkan kenapa harus ditumpuk gudang kantor desa, di fasilitas milik desa. Kalau digelapkan itu kan seharusnya ditimbun di suatu tempat atau mungkin di rumah saya atau rumah lain di luar fasilitas desa, itu kalau mau digelapkan," sindir Idrus.
"Saat itu memang saya yang perintahkan kepada Kaur desa yang memegang kunci gudang, untuk melayani mereka agar mereka bisa melihat isi gudang. Tapi saya tidak menyangka kalau niat di antara beberapa warga itu adalah untuk merekam video dan membuat pernyataan-pernyataan provokasi dan fitnah kepada kami," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020