Satu kapal asing yang diduga membawa imigran Rohingya kembali terpantau di perairan utara Kota Lhokseumawe Provinsi Aceh.
Wakil Sekjen Panglima Laot Aceh Miftach Cut Adek di Banda Aceh Senin mengatakan, berdasarkan informasi yang diterima pihaknya dari para nelayan di wilayah Aceh Utara dan Lhokseumawe, para imigran sudah terpantau sejak beberapa hari ini.
"Ada informasi sudah beberapa hari ini mereka para pengungsi tersebut terlihat sama nelayan kita, dan mereka berada sekitar 80-100 mil laut," kata Miftach Cut Adek.
Kata Miftach, kemungkinan besar para imigran Rohingya berencana mendarat ke wilayah Lhokseumawe. Namun, Aceh bukan tujuan utama mereka, melainkan hendak ke Malaysia.
"Kemungkinan mendarat ada, tapi bukan tujuan, mereka tujuan utama ke Malaysia, tapi ditolak di sana. Bagaimana dengan Aceh belum tahu," ujarnya.
Miftach menyampaikan, para imigran Rohingya itu merapat ke Aceh setelah ditolak di Malaysia dikarenakan letak geografis dan arus yang membuat mereka lebih mudah ke Lhokseumawe.
"Kerajaan Pase (Aceh Utara-Lhokseumawe) adalah yang sangat strategis untuk pelayaran," kata Miftach.
Seperti diketahui, selama 2020 sudah dua kali kapal imigran Rohingya terdampar ke tanah rencong. Imigran pertama pada 24 Juni 2020 sekitar 99 orang di perairan Aceh Utara.
Kemudian, rombongan kedua terdampar pada 7 September 2020 sebanyak 297 jiwa. Semuanya diungsikan ke gedung Balai Latihan Kerja (BLK) Kota Lhokseumawe.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020
Wakil Sekjen Panglima Laot Aceh Miftach Cut Adek di Banda Aceh Senin mengatakan, berdasarkan informasi yang diterima pihaknya dari para nelayan di wilayah Aceh Utara dan Lhokseumawe, para imigran sudah terpantau sejak beberapa hari ini.
"Ada informasi sudah beberapa hari ini mereka para pengungsi tersebut terlihat sama nelayan kita, dan mereka berada sekitar 80-100 mil laut," kata Miftach Cut Adek.
Kata Miftach, kemungkinan besar para imigran Rohingya berencana mendarat ke wilayah Lhokseumawe. Namun, Aceh bukan tujuan utama mereka, melainkan hendak ke Malaysia.
"Kemungkinan mendarat ada, tapi bukan tujuan, mereka tujuan utama ke Malaysia, tapi ditolak di sana. Bagaimana dengan Aceh belum tahu," ujarnya.
Miftach menyampaikan, para imigran Rohingya itu merapat ke Aceh setelah ditolak di Malaysia dikarenakan letak geografis dan arus yang membuat mereka lebih mudah ke Lhokseumawe.
"Kerajaan Pase (Aceh Utara-Lhokseumawe) adalah yang sangat strategis untuk pelayaran," kata Miftach.
Seperti diketahui, selama 2020 sudah dua kali kapal imigran Rohingya terdampar ke tanah rencong. Imigran pertama pada 24 Juni 2020 sekitar 99 orang di perairan Aceh Utara.
Kemudian, rombongan kedua terdampar pada 7 September 2020 sebanyak 297 jiwa. Semuanya diungsikan ke gedung Balai Latihan Kerja (BLK) Kota Lhokseumawe.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020