Banda Aceh, 7/11 (Antaraaceh) - Rasanya tidak terlalu sulit untuk mencari Herlen Munsyah di Desa Lamjabat, Kecamatan Meraxa, Kota Banda Aceh, karena hampir semua warga di daerah itu sudah kenal betul dengan sosok yang bersahaja itu.
Herlen dikenal luas bukan karena dia seorang artis, tapi dia dinilai berjasa bagiĀ  warga desanya, dengan mempelopori budidaya kepiting sangkak atau dikenal kepiting soka yang memiliki tulang lunak.
Herlen adalah orang pertama yang membudidayakan kepiting sangkak di desanya yang sebagian mata pencahariannya sebagai petambak udang.
Desa Lamjabat merupakan salah satu daerah tambak udang di Kota Banda Aceh, dan ketika musibah tsunami pada 26 Desember 2005, lahan tambak hancur dan berubah menjadi laut.
Tapi, berkat keuletan Herlen, tambak-tambak yang sempat terbengkalai itu kini sudah berfungsi kembali dengan adanya budidaya perikanan baru, yakni kepiting sangkak yang perkembanganya terus membaik.
Pada saat musibah tsunami Herlen tidak berada di desanya dan kebetulan berada di Kuala Simpang, Kabupaten Aceh Tamiang. Pada saat lajang, Herlen yang berprofesi sebagai kepala tukang memang suka merantau.
Setelah musibah yang meluluklantakkan desanya itu, ia terpanggil untuk kembali ke kampung halamannya. Meskipun pada saat itu tidak tahu mau berbuat apa, yang penting ia bertekad ingin membangun kembali desanya yang sudah hancur akibat diterjang tsunami.
Pada waktu itu ia iseng-iseng menjala di bekas tambak untuk mencari ikan. Dan ternyata ia mendapat kepiting dalam jumlah besar, sehingga ia berfikir bahwa di tambak ini cocok untuk dikembangkan kepiting.
Kebetulan, selama merantau Herlen pernah belajar dan bekerja di tambak budidaya kepiting sangkak di Sumatera Utara, sehingga ia berinisiatif mengembangkan di daerahnya.
Dengan bermodal Rp15 juta dari abang angkatnya, ia memulai membudidayakan kepiting sangkak.
"Alhamdulillah usaha perdana budidaya kepiting sangkak berhasil," kata bapak satu anak itu.
Namun, pada awalnya ia mengalami kesulitan untuk memasarkannya. Dan itu ia alami selama hampir tiga tahun.
Dengan penuh keyakinan dan semangat, akhirnya ia bisa ketemu dengan pabrik perikanan yang ada di Medan, Sumut. Pabrik tersebut melakukan ekspor perikanan, termasuk kepiting sangkak.
Ia mengatakan, saat ini usahanya tersebut berkembang dan warga yang membudidayakan kepeiting itu terus bertambah.
Di desanya saja setiap bulannya mampu mengirim 1,5 ton kepiting ke Medan untuk diekspor, kata Herlen.

Pewarta:

Editor : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2014