Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki punya cara tersendiri untuk selalu meyakinkan orang lain bahwa produk lokal usaha mikro kecil dan menengah selalu paten dan tak kalah dengan buatan asing.
Salah satunya melalui Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) yang mana pada April 2021 pihaknya menjadi “movement manager” untuk kegiatan yang puncaknya dipusatkan di Bandung , Jawa Barat, tersebut. Acara itu mengambil tema UKM Jabar Paten Gernas BBI 2021 dan digelar pada 2-3 April 2021 di Kota Bandung.
Mantan Kepala Staf Kepresidenan itu meyakini melalui Gernas BBI akan semakin banyak masyarakat yang percaya dan pada akhirnya mau membeli produk lokal yang kualitasnya tak kalah dengan produk bermerek buatan asing.
Untuk menyimak seberapa jauh keyakinannya, Antara secara khusus mewawancarai Teten Masduki. Berikut wawancara Antara dengan Teten Masduki:
Apa itu Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia? Bagaimana Gerakan ini berperan dalam upaya pemberdayaan UMKM?
Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia itu merupakan gerakan kita untuk mendorong masyarakat Indonesia lebih banyak mengonsumsi produk dalam negeri, termasuk produk UMKM, karena kita sebenarnya punya market yang sangat besar, 277 juta penduduk, dan di tengah pandemi sekarang ketika daya beli masyarakat turun kalau digerakkan untuk membeli produk dalam negeri, termasuk produk UMKM, saya kira perputaran ekonomi masih cukup baik untuk menghidupkan pelaku usaha UMKM.
Apalagi kita tahu ekonomi Indonesia digerakkan oleh konsumsi rumah tangga yang sebelum pandemi mencapai 57 persen, investasi 30 persen lebih, sisanya belanja pemerintah. Jadi pemerintah sekarang sedang menggerakkan Gernas Bangga Buatan Indonesia di sisi lain dan konsumsi masyarakat di sisi lainnya. Belanja pemerintah sedang kita dorong dengan 40 persen belanja pemerintah harus pada produk UMKM. Ini sedang kita permudah proses pengadaannya supaya efektif.
Dan ini kalau potensi market demandnya dioptimalkan saya kira walaupun daya beli masyarakat turun kita masih bisa “survive” dan bisa bertahan di tengah pandemi.
Apa yang akan dilakukan dalam Gernas BBI?
Dalam Gernas BBI April 2021, kami menjadi “movement manager”, ini ajang bagi kita untuk membuktikan. Kita akan fokus pada produk-produk artisan, artinya produk-produk yang sudah dikurasi, produk unggul tapi bukan “mass production”, produk costum, “hand made” yang memang bisa dari segi kualitas bahkan ada banyak produk yang “high end” yang bisa bersaing dengan produk luar negeri.
Ini penting untuk menghadirkan produk lokal agar bisa bersaing dengan brand asing karena sebenarnya selama ini brand kita yang bagus tapi tidak selalu mendapat kesempatan dan diberi tempat ruang usaha. Misal di mal kelas atas yang tempat premium placenya selalu dikasih ke brand luar. Padahal misal seperti kopi brand lokal sekarang ini justru jauh lebih diminati daripada brand luar. Sepatu olah raga pun sebenarnya, anak muda lebih suka buatan lokal. Bahkan sepatu buatan Bandung sudah masuk ke mall kelas atas di Tokyo, ini harus ada keberanian dari pengelola mal kita untuk menghadirkan brand-brand lokal agar tidak kalah dengan brand besar.
Begitu juga e-commerce, kita sedang bicara terus dengan mereka agar jangan hanya menjual produk asing. Kalau kita sudah ada produk dalam negeri maka kita harus berani menampilkan itu. Kami juga sedang memerangi “predatory pricing” seperti bakar uang jual produk murah, itu kan bahaya bisa membunuh UMKM. Kita sudah bicara terus dengan Kementerian Perdagangan perlu ada regulasi supaya dari aspek persaingan usaha tidak sehat, ini bisa diatasi.
Apa target yang ingin dicapai melalui keberhasilan Bangga Buatan Indonesia apa lebih ke penjualan tinggi atau branding? Atau ada target yang lain?
Target yang ingin dicapai, tentu dari sisi kuota. Pertama, semakin banyak UMKM yang “onboarding” ke ekosistem atau market digital karena digital ekonomi kita tercatat yang terbesar di Asia Tenggara. Kalau market digital kita ini nanti didominasi asing kita akan kehilangan potensi ekonomi yang luar biasa.
Dengan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia kita juga ingin melibatkan makin banyak platform digital. Sementara itu era ini merupakan era keniscayaan digitalisasi ekonomi, sehingga UMKM harus siap bertransformasi masuk ke ekosistem digital.
Kedua omzet UMKM bisa naik, di tengah pandemi COVID-19 sebagian besar pemain besar turun sehingga kalau kita menggerakkan masyarakat untuk membeli dan mengonsumsi produk-produk UMKM saya kira ini bisa mendongkrak penjualan produk-produk UMKM di samping kita ingin mendorong kesadaran masyarakat. Kesadaran konsumen kita, juga mereka harus berani mengkonsumsi produk-produk lokal. Kita ini kan ada mental-mental mindernya juga kalau tidak memakai produk luar merasa tidak “confidence”.
Jadi Gernas BBI ini bagian dari kampanye produk lokal. Di dalam negeri banyak produk lokal yang kualitasnya lebih bagus dan harganya lebih murah tapi karena brand imagenya kurang dibangun dengan baik ya terus juga ada mental minder kita yang masih kurang PD dengan produk sendiri atau produk dalam negeri, akhirnya pilih produk asing meski merogoh kocek cukup dalam.
Ini harus menjadi terobosan di saat anak-anak muda dari kalangan generasi Z mereka justru lebih pintar sebagai konsumen. Mereka memang ingin membeli sesuatu yang unik tapi tidak mau mengeluarkan uang lebih banyak misalnya mereka lebih memilih sepatu buatan Bandung, tas buatan Yogyakarta. Anak-anak muda sekarang mulai banyak memakai produk-produk itu. Produsen pun memiliki cara yang unik untuk menjualnya.
Apakah cara mereka berhasil?
Cukup berhasil karena ternyata konsumen dari segmen anak muda bukan hanya membeli produk brand besar atau produk massal. mereka mencari produk “handmade”, mencari spesial tren, saat ini adalah tren anak muda menyukai “costum product”, “hand made” yang saya kira menjadi peluang untuk memperkuat market UMKM kita. Misalnya saja untuk (sepeda) motor juga sekarang “costum” motor menurut saya tren sedang melaju ke arah sana.
Oleh karena itu kami sedang menggarap betul UMKM yang bisa mengoptimalkan bisnis ke segmen costum produk yang memang market demandnya ada.
Mengapai memilih Bandung sebagai lokasi acara puncak Gernas BBI April 2021?
Selama ini Bandung dikenal sebagai salah satu ikon tren setter produk kreatif dan kita tahu bahwa Jawa Barat juga menjadi gudangnya anak muda kreatif. Banyak sekali produk kreatif mereka misalnya di bidang fesyen seperti baju, sepatu, yang menjadi kiblat mode di Indonesia.
Untuk kuliner juga tak perlu diragukan lagi. Bahkan termasuk produk berbasis teknologi, Bandung juga menjadi gudangnya. Jadi karena itu kami pilih Bandung dengan produk-produk artisan kreatifnya.
Tapi ke depan kami juga akan terus mendorong
lebih banyak “local champion” untuk lahir dan kita tampilkan. Jadi produk-produk yang sudah masuk ke level nasional bahkan internasional yang “hand made” juga.
Bagaimana mencari cara untuk mengedukasi konsumen?
Dalam rangkaian acara puncak Gernas BBI ada live shopping secara daring. Mengingat di masa pandemi, event bukan hanya digelar di mall secara fisik saja. Jadi showcase bukan hanya di mall tapi juga lewat channel online showcase dalam bentuk live shopping. Kami sebelumnya sudah uji coba untuk produk herbal, trafiknya cukup bagus dan mengejutkan karena ternyata banyak sekali peminatnya.
Smesco akan menjadi host live shopping, dan kita akan kerja sama dengan semua platform digital sekaligus. Dan kita juga akan melibatkan public figur untuk meng-influence terutama public figur yang sudah menggunakan produk buatan Indonesia sehingga live shopping ini bisa sekaligus mengedukasi konsumen. Live shopping ini bisa diakses di mana saja. Dan ke depan live shopping ini akan kontinyu setiap bulan.
Dari sisi payung hukum, bagaimana Gernas BBI ini apakah mendapatkan ruang khusus?
Jadi Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia ini merupakan representasi bahwa pemerintah secara langsung mengimplementasikan UU Cipta Kerja yang aturan pelaksanaannya sudah turun yakni PP 7/2021 yang memuat berbagai kebijakan kemudahan untuk para pelaku UMKM.
Misalnya, nanti untuk izin edar sertifikasi halal, sertifikatnya ini akan kita permudah, selain ini nanti akses 30 persen ke tempat usaha diprioritaskan kepada UMKM termasuk di area strategis meliputi mall, bandara ,rest area. Ini saya kira tahun ini sudah mulai bisa kita implementasikan.
Apa harapan terhadap Gernas BBI?
Saya berharap melalui gerakan ini ke depan akan ada satu tren konsumen baru yang mencintai produk lokal, bukan mencintai produk brand besar asing tapi produk-produk costum yang memang kualitasnya bagus dan buatan bangsa sendiri.
Apa produk UMKM yang paling menjadi favorit saat ini?
Kalau saya suka sepatu buatan lokal, saya menggunakan sehari-hari ada dua merek sepatu buatan Bandung yaitu Brodo dan Fortuna. Wah itu enggak kalah dengan produk luar harganya juga miring jadi terbelilah oleh kantong MenkopUKM. Ini enak sekali dipakai biasanya saya kalau ke lapangan pakai sepatu yang terlindung mata kaki.
Kalau Fortuna bahkan sudah masuk supermarket high end di Tokyo, sayangnya malah di mall kita tidak ada. Dan itu ternyata Georgio Armani juga pernah pesan buat di situ karena memang bagus banget kualitasnya.
Jadi sekarang saya pakai Brodo dan Fortuna bergantian, karena nyaman banget dibawa jalan-jalan dan kerja. Dibawa blusukan ke jalanan tanah juga lem kuat enggak lepas.
Ini semua harganya enggak sampai Rp2 juta. Saya senang beli produk lokal yang dibilang mahal karena berarti sudah berkelas. Ini sudah kulit dan presisinya bagus sekali. Kalau kita biasanya pakai sepatu ada saja sini sakit sini enggak nyaman tapi ini enak banget dan kuat. Mau diinjak bagaimana pun nyaman. Bahkan ini sudah lebih setahun nih dari awal saya jadi menteri masih bagus dan awet seperti barunya.
Adakah produk UMKM favorit lainnya?
Batik saya banyak, semua daerah bagus, saya suka daerah wilayah pantai karena warnanya genjreng “colorful”, kalau daerah pegunungan seperti Yogyakarta warna-warna tanah. Madura saya suka karena genjreng, Lasem karena pengaruh China juga genjreng “colorful”. Jawa Barat “colorful”, saya punya batik Cirebon, batik Pekalongan, ada juga batik Betawi juga bagus, saya dikasih oleh Gubernur BI batik Jawa Barat, merak.
Saya kalau beli batik juga enggak pernah yang harganya mahal, enggak pernah beli lebih dari harga sejuta. Takutnya nanti saya enggak bisa tidur hahaha...
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
Salah satunya melalui Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) yang mana pada April 2021 pihaknya menjadi “movement manager” untuk kegiatan yang puncaknya dipusatkan di Bandung , Jawa Barat, tersebut. Acara itu mengambil tema UKM Jabar Paten Gernas BBI 2021 dan digelar pada 2-3 April 2021 di Kota Bandung.
Mantan Kepala Staf Kepresidenan itu meyakini melalui Gernas BBI akan semakin banyak masyarakat yang percaya dan pada akhirnya mau membeli produk lokal yang kualitasnya tak kalah dengan produk bermerek buatan asing.
Untuk menyimak seberapa jauh keyakinannya, Antara secara khusus mewawancarai Teten Masduki. Berikut wawancara Antara dengan Teten Masduki:
Apa itu Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia? Bagaimana Gerakan ini berperan dalam upaya pemberdayaan UMKM?
Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia itu merupakan gerakan kita untuk mendorong masyarakat Indonesia lebih banyak mengonsumsi produk dalam negeri, termasuk produk UMKM, karena kita sebenarnya punya market yang sangat besar, 277 juta penduduk, dan di tengah pandemi sekarang ketika daya beli masyarakat turun kalau digerakkan untuk membeli produk dalam negeri, termasuk produk UMKM, saya kira perputaran ekonomi masih cukup baik untuk menghidupkan pelaku usaha UMKM.
Apalagi kita tahu ekonomi Indonesia digerakkan oleh konsumsi rumah tangga yang sebelum pandemi mencapai 57 persen, investasi 30 persen lebih, sisanya belanja pemerintah. Jadi pemerintah sekarang sedang menggerakkan Gernas Bangga Buatan Indonesia di sisi lain dan konsumsi masyarakat di sisi lainnya. Belanja pemerintah sedang kita dorong dengan 40 persen belanja pemerintah harus pada produk UMKM. Ini sedang kita permudah proses pengadaannya supaya efektif.
Dan ini kalau potensi market demandnya dioptimalkan saya kira walaupun daya beli masyarakat turun kita masih bisa “survive” dan bisa bertahan di tengah pandemi.
Apa yang akan dilakukan dalam Gernas BBI?
Dalam Gernas BBI April 2021, kami menjadi “movement manager”, ini ajang bagi kita untuk membuktikan. Kita akan fokus pada produk-produk artisan, artinya produk-produk yang sudah dikurasi, produk unggul tapi bukan “mass production”, produk costum, “hand made” yang memang bisa dari segi kualitas bahkan ada banyak produk yang “high end” yang bisa bersaing dengan produk luar negeri.
Ini penting untuk menghadirkan produk lokal agar bisa bersaing dengan brand asing karena sebenarnya selama ini brand kita yang bagus tapi tidak selalu mendapat kesempatan dan diberi tempat ruang usaha. Misal di mal kelas atas yang tempat premium placenya selalu dikasih ke brand luar. Padahal misal seperti kopi brand lokal sekarang ini justru jauh lebih diminati daripada brand luar. Sepatu olah raga pun sebenarnya, anak muda lebih suka buatan lokal. Bahkan sepatu buatan Bandung sudah masuk ke mall kelas atas di Tokyo, ini harus ada keberanian dari pengelola mal kita untuk menghadirkan brand-brand lokal agar tidak kalah dengan brand besar.
Begitu juga e-commerce, kita sedang bicara terus dengan mereka agar jangan hanya menjual produk asing. Kalau kita sudah ada produk dalam negeri maka kita harus berani menampilkan itu. Kami juga sedang memerangi “predatory pricing” seperti bakar uang jual produk murah, itu kan bahaya bisa membunuh UMKM. Kita sudah bicara terus dengan Kementerian Perdagangan perlu ada regulasi supaya dari aspek persaingan usaha tidak sehat, ini bisa diatasi.
Apa target yang ingin dicapai melalui keberhasilan Bangga Buatan Indonesia apa lebih ke penjualan tinggi atau branding? Atau ada target yang lain?
Target yang ingin dicapai, tentu dari sisi kuota. Pertama, semakin banyak UMKM yang “onboarding” ke ekosistem atau market digital karena digital ekonomi kita tercatat yang terbesar di Asia Tenggara. Kalau market digital kita ini nanti didominasi asing kita akan kehilangan potensi ekonomi yang luar biasa.
Dengan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia kita juga ingin melibatkan makin banyak platform digital. Sementara itu era ini merupakan era keniscayaan digitalisasi ekonomi, sehingga UMKM harus siap bertransformasi masuk ke ekosistem digital.
Kedua omzet UMKM bisa naik, di tengah pandemi COVID-19 sebagian besar pemain besar turun sehingga kalau kita menggerakkan masyarakat untuk membeli dan mengonsumsi produk-produk UMKM saya kira ini bisa mendongkrak penjualan produk-produk UMKM di samping kita ingin mendorong kesadaran masyarakat. Kesadaran konsumen kita, juga mereka harus berani mengkonsumsi produk-produk lokal. Kita ini kan ada mental-mental mindernya juga kalau tidak memakai produk luar merasa tidak “confidence”.
Jadi Gernas BBI ini bagian dari kampanye produk lokal. Di dalam negeri banyak produk lokal yang kualitasnya lebih bagus dan harganya lebih murah tapi karena brand imagenya kurang dibangun dengan baik ya terus juga ada mental minder kita yang masih kurang PD dengan produk sendiri atau produk dalam negeri, akhirnya pilih produk asing meski merogoh kocek cukup dalam.
Ini harus menjadi terobosan di saat anak-anak muda dari kalangan generasi Z mereka justru lebih pintar sebagai konsumen. Mereka memang ingin membeli sesuatu yang unik tapi tidak mau mengeluarkan uang lebih banyak misalnya mereka lebih memilih sepatu buatan Bandung, tas buatan Yogyakarta. Anak-anak muda sekarang mulai banyak memakai produk-produk itu. Produsen pun memiliki cara yang unik untuk menjualnya.
Apakah cara mereka berhasil?
Cukup berhasil karena ternyata konsumen dari segmen anak muda bukan hanya membeli produk brand besar atau produk massal. mereka mencari produk “handmade”, mencari spesial tren, saat ini adalah tren anak muda menyukai “costum product”, “hand made” yang saya kira menjadi peluang untuk memperkuat market UMKM kita. Misalnya saja untuk (sepeda) motor juga sekarang “costum” motor menurut saya tren sedang melaju ke arah sana.
Oleh karena itu kami sedang menggarap betul UMKM yang bisa mengoptimalkan bisnis ke segmen costum produk yang memang market demandnya ada.
Mengapai memilih Bandung sebagai lokasi acara puncak Gernas BBI April 2021?
Selama ini Bandung dikenal sebagai salah satu ikon tren setter produk kreatif dan kita tahu bahwa Jawa Barat juga menjadi gudangnya anak muda kreatif. Banyak sekali produk kreatif mereka misalnya di bidang fesyen seperti baju, sepatu, yang menjadi kiblat mode di Indonesia.
Untuk kuliner juga tak perlu diragukan lagi. Bahkan termasuk produk berbasis teknologi, Bandung juga menjadi gudangnya. Jadi karena itu kami pilih Bandung dengan produk-produk artisan kreatifnya.
Tapi ke depan kami juga akan terus mendorong
lebih banyak “local champion” untuk lahir dan kita tampilkan. Jadi produk-produk yang sudah masuk ke level nasional bahkan internasional yang “hand made” juga.
Bagaimana mencari cara untuk mengedukasi konsumen?
Dalam rangkaian acara puncak Gernas BBI ada live shopping secara daring. Mengingat di masa pandemi, event bukan hanya digelar di mall secara fisik saja. Jadi showcase bukan hanya di mall tapi juga lewat channel online showcase dalam bentuk live shopping. Kami sebelumnya sudah uji coba untuk produk herbal, trafiknya cukup bagus dan mengejutkan karena ternyata banyak sekali peminatnya.
Smesco akan menjadi host live shopping, dan kita akan kerja sama dengan semua platform digital sekaligus. Dan kita juga akan melibatkan public figur untuk meng-influence terutama public figur yang sudah menggunakan produk buatan Indonesia sehingga live shopping ini bisa sekaligus mengedukasi konsumen. Live shopping ini bisa diakses di mana saja. Dan ke depan live shopping ini akan kontinyu setiap bulan.
Dari sisi payung hukum, bagaimana Gernas BBI ini apakah mendapatkan ruang khusus?
Jadi Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia ini merupakan representasi bahwa pemerintah secara langsung mengimplementasikan UU Cipta Kerja yang aturan pelaksanaannya sudah turun yakni PP 7/2021 yang memuat berbagai kebijakan kemudahan untuk para pelaku UMKM.
Misalnya, nanti untuk izin edar sertifikasi halal, sertifikatnya ini akan kita permudah, selain ini nanti akses 30 persen ke tempat usaha diprioritaskan kepada UMKM termasuk di area strategis meliputi mall, bandara ,rest area. Ini saya kira tahun ini sudah mulai bisa kita implementasikan.
Apa harapan terhadap Gernas BBI?
Saya berharap melalui gerakan ini ke depan akan ada satu tren konsumen baru yang mencintai produk lokal, bukan mencintai produk brand besar asing tapi produk-produk costum yang memang kualitasnya bagus dan buatan bangsa sendiri.
Apa produk UMKM yang paling menjadi favorit saat ini?
Kalau saya suka sepatu buatan lokal, saya menggunakan sehari-hari ada dua merek sepatu buatan Bandung yaitu Brodo dan Fortuna. Wah itu enggak kalah dengan produk luar harganya juga miring jadi terbelilah oleh kantong MenkopUKM. Ini enak sekali dipakai biasanya saya kalau ke lapangan pakai sepatu yang terlindung mata kaki.
Kalau Fortuna bahkan sudah masuk supermarket high end di Tokyo, sayangnya malah di mall kita tidak ada. Dan itu ternyata Georgio Armani juga pernah pesan buat di situ karena memang bagus banget kualitasnya.
Jadi sekarang saya pakai Brodo dan Fortuna bergantian, karena nyaman banget dibawa jalan-jalan dan kerja. Dibawa blusukan ke jalanan tanah juga lem kuat enggak lepas.
Ini semua harganya enggak sampai Rp2 juta. Saya senang beli produk lokal yang dibilang mahal karena berarti sudah berkelas. Ini sudah kulit dan presisinya bagus sekali. Kalau kita biasanya pakai sepatu ada saja sini sakit sini enggak nyaman tapi ini enak banget dan kuat. Mau diinjak bagaimana pun nyaman. Bahkan ini sudah lebih setahun nih dari awal saya jadi menteri masih bagus dan awet seperti barunya.
Adakah produk UMKM favorit lainnya?
Batik saya banyak, semua daerah bagus, saya suka daerah wilayah pantai karena warnanya genjreng “colorful”, kalau daerah pegunungan seperti Yogyakarta warna-warna tanah. Madura saya suka karena genjreng, Lasem karena pengaruh China juga genjreng “colorful”. Jawa Barat “colorful”, saya punya batik Cirebon, batik Pekalongan, ada juga batik Betawi juga bagus, saya dikasih oleh Gubernur BI batik Jawa Barat, merak.
Saya kalau beli batik juga enggak pernah yang harganya mahal, enggak pernah beli lebih dari harga sejuta. Takutnya nanti saya enggak bisa tidur hahaha...
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021