Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Sabang menyebutkan tingkat kemampuan membaca siswa sekolah dasar (SD) di kota itu mencapai 85 persen, dan persentase siswa yang tidak dapat membaca mencapai 15 persen atau sekitar 112 orang siswa.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sabang Supriadi mengatakan 112 siswa tersebut merupakan siswa kelas satu dari 30 sekolah yang ada di Kota Sabang. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya minat siswa dalam membaca.
“Anak-anak yang sudah masuk ke jenjang wajib belajar itu persentasenya kita lihat mencapai 85 persen yang sudah masuk jenjang wajib belajar SD dan bisa membaca. Sedangkan 15 persen sisanya merupakan anak yang baru masuk SD dimana minat membacanya masih kurang,” kata Supriadi di Sabang, Jumat.
Supriadi menjelaskan untuk mengatasi kurangnya minat baca pada siswa sekolah dasar tersebut, pihaknya berupaya untuk menerapkan program budaya membaca di setiap sekolah dasar di daerah Pulau Weh itu.
Selain itu, pihaknya juga menggunakan audio visual sebagai metode untuk menghindari kebosanan pada siswa, sehingga persentase siswa yang belum mampu baca tulis dapat diminimalisir atau bahkan menjadi nihil.
“Literasi budaya membaca berbeda-beda di setiap sekolah, berbeda pula jadwal belajarnya, karena di sekolah sudah menggunakan media elektronik juga secara global sudah menggunakan audio visual,” katanya.
Jadi setiap anak diarahkan untuk memasuki ruang komputer untuk mengakses budaya bacanya sehingga anak kita literasinya bagus dan meningkat, katanya lagi.
Selain guru, dia berharap para orangtua juga turut mendukung dan menyemangati anak agar dapat lebih meningkatkan proses belajar membacanya. Sehingga anak mampu melakukan hal yang bernilai positif, membentuk karakter menjadi lebih baik, dan dapat menambah pengetahuan.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sabang Supriadi mengatakan 112 siswa tersebut merupakan siswa kelas satu dari 30 sekolah yang ada di Kota Sabang. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya minat siswa dalam membaca.
“Anak-anak yang sudah masuk ke jenjang wajib belajar itu persentasenya kita lihat mencapai 85 persen yang sudah masuk jenjang wajib belajar SD dan bisa membaca. Sedangkan 15 persen sisanya merupakan anak yang baru masuk SD dimana minat membacanya masih kurang,” kata Supriadi di Sabang, Jumat.
Supriadi menjelaskan untuk mengatasi kurangnya minat baca pada siswa sekolah dasar tersebut, pihaknya berupaya untuk menerapkan program budaya membaca di setiap sekolah dasar di daerah Pulau Weh itu.
Selain itu, pihaknya juga menggunakan audio visual sebagai metode untuk menghindari kebosanan pada siswa, sehingga persentase siswa yang belum mampu baca tulis dapat diminimalisir atau bahkan menjadi nihil.
“Literasi budaya membaca berbeda-beda di setiap sekolah, berbeda pula jadwal belajarnya, karena di sekolah sudah menggunakan media elektronik juga secara global sudah menggunakan audio visual,” katanya.
Jadi setiap anak diarahkan untuk memasuki ruang komputer untuk mengakses budaya bacanya sehingga anak kita literasinya bagus dan meningkat, katanya lagi.
Selain guru, dia berharap para orangtua juga turut mendukung dan menyemangati anak agar dapat lebih meningkatkan proses belajar membacanya. Sehingga anak mampu melakukan hal yang bernilai positif, membentuk karakter menjadi lebih baik, dan dapat menambah pengetahuan.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021