Anggota DPRK Aceh Barat Daya Ikhsan mengatakan perkebunan kelapa sawit milik masyarakat di daerah itu ikut mendongkrak perekonomian, terutama menjelang lebaran Idul Fitri 1442 Hijriah.

“Di samping dari sumber lain, hasil panen kelapa sawit telah mengairahkan kehidupan masyarakat Aceh Barat Daya menjelang lebaran Idul Fitri tahun ini,” kata Ikhsan di Blangpidie, Jumat.

Buktinya terdongkrak perekonomian karena sawit, kata dia, bisa dilihat dari toko-toko menjual berbagai keperluan lebaran di Blangpidie, ibu kota Kabupaten Aceh Barat Daya yang dipadati masyarakat menjelang lebaran.

Bahkan, tambah dia, tidak sedikit toko-toko yang menjual pakaian yang selama ini hanya berjualan siang hari, kini terpaksa membuka hingga larut malam lantaran membeludaknya pengunjung berbelanja baju baru lebaran.

“Saya menilai ini tidak terlepas dari sawit. Jadi, keberadaan kebun sawit milik rakyat di Kabupaten Aceh Barat Daya sangat membantu masyarakat di tengah lesunya perekonomian akibat pandemi COVID-19,” ucap Ikhsan

Politisi Partai Amanat Nasional itu menyampaikan rasa syukurnya karena mahalnya harga pembelian tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di bulan suci Ramadhan, sehingga ekonomi masyarakat jelang lebaran dapat terbantu.

“Biasanya, setiap memasuki bulan puasa, harga TBS selalu turun hingga ke angka Rp800 per kilogram. Alhamdulillah, Ramadhan kali ini harga buah sawit di tingkat petani mencapai Rp1.500 per kilogram,” tuturnya.

Naiknya harga TBS, tidak saja menguntungkan pemilik kebun sawit. Namun, juga membantu kehidupan pedagang, sopir truk pengangkut TBS, agen pengepul dan juga tenaga kerja.

“Pekerja panen sawit di kebun rakyat itu rata-rata memperoleh gaji Rp200 ribu per hari, bahkan lebih. Begitu juga dengan sopir truk pengangkut TBS dan agen pengepul sama-sama dapat merasakan mahalnya harga sawit ini,” ucapnya. 

Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Aceh Barat Daya, total luas lahan sawit rakyat mencapai 20 ribu hektare. Lahan sawit rakyat terluas berada di Kecamatan Kuala Batee dan Kecamatan Babahrot.

Dari total luas lahan tersebut, 17 ribu hektare di antaranya merupakan tanaman kelapa sawit telah menghasilkan TBS rata-rata 1.683 ton per hari, atau sekitar 50.490 ton per bulan.    

Jika dikalkulasi dengan harga tampung di tingkat petani saat ini Rp1.500 per kilogram, maka tiap harinya uang beredar di Aceh Barat Daya dari sawit mencapai Rp2,2 miliar lebih atau Rp66 miliar per bulan.

“Itu semua berkat perjuangan Akmal Ibrahim, Bupati Aceh Barat Daya periode pertama, 2007-2012,” kata Herman, buruh panen sawit di kawasan Surin, Desa Lama Tuha, Kecamatan Kuala Batee, Aceh Barat Daya.   

Di mana pada 2008, kata dia, Bupati Akmal Ibrahim memprogramkan tanam sawit di lahan tidur di Babahrot dan Kuala Batee. Di samping diberikan dana pembersihan lahan, masyarakat juga menerima bibit sawit gratis.

“Saya tidak punya kebun sawit di sini karena waktu dibagi lahan dulu saya bekerja di Malaysia. Jadi, meskipun tidak punya lahan pribadi, saya bersyukur karena kebutuhan keluarga terpenuhi dengan bekerja di kebun orang,” ujar Herman.
 

Pewarta: Suprian

Editor : M.Haris Setiady Agus


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021