Inggris merupakan salah salah satu negara di dunia yang paling cepat menjalankan program inokulasi.
Negara itu sejauh ini telah memberikan suntikan pertama bagi hampir 70 persen dari populasi dewasa dan suntikan kedua bagi 36 persen populasi dewasa.
Pencapaian itu telah membantu Inggris mengurangi laju infeksi dan kematian.
Sejalan dengan perkembangan tersebut, Perdana Menteri Boris Johnson telah menetapkan langkah untuk mengeluarkan Inggris dari penguncian, yang berikutnya
direncanakan untuk diterapkan minggu depan.
Meski demikian, dia telah memperingatkan bahwa varian baru, seperti B.1.617.2 yang ditemukan di India, dapat menggagalkan rencana itu.
Badan pemerintah Inggris urusan kesehatan masyarakat PHE mengatakan pada Kamis (13/5) bahwa jumlah total kasus varian baru yang dikonfirmasi telah mencapai lebih dari dua kali lipat dalam seminggu terakhir menjadi 1.313 kasus di seluruh Inggris.
Menteri urusan vaksin Nadhim Zahawi mengatakan bahwa, di daerah tempat varian baru corona muncul, pemerintah akan meningkatkan pengujian.
Di daerah seperti itu, semua penduduk di diminta untuk melakukan tes PCR mengingat varian virus yang beredar di masyarakat. Pihak berwenang berusaha menilai seberapa luas penyebaran yang telah terjadi.
Dia mengatakan vaksin juga dapat ditawarkan kepada orang-orang yang lebih muda jika mereka tinggal di rumah dengan penghuni yang multigenerasi.
Suntikan vaksin saat ini tersedia untuk semua orang yang berusia di atas 38 tahun.
Selain itu, perencanaan yang telah diubah dapat mempersempit jarak antara waktu seseorang menerima dosis pertama dan kedua dari suntikan Pfizer.
"Kami akan melakukan apa pun dalam program vaksinasi ... untuk memberikan perlindungan tambahan yang ditingkatkan," kata Zahawi kepada saluran televisi BBC.
Varian virus corona yang sangat mudah menular dan pertama kali terdeteksi di India kini telah muncul di negara-negara di seluruh dunia.
Zahawi mengatakan ada kekhawatiran tentang keberadaan varian di beberapa bagian Inggris utara dan London, tetapi tidak ada bukti bahwa varian itu berdampak lebih parah pada orang atau tidak dapat ditangkal oleh vaksin.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021