Ketua Dekranasda Aceh Dyah Erti Idawati, menyatakan pihaknya sangat mendukung pengembangan fesyen muslim di daerah setempat dengan memaksimalkan kekayaan ragam hias wastra Aceh.

“Pengembangan fesyen Berbasis wastra terus menjadi perhatian Pemerintah Aceh bersama Dekranasda,” kata Dyah di sela-sela membuka Kick Off Moslem Fashion Collaboration yang di prakarsai Bank Indonesia berkerja sama dengan Dekranasda Aceh dan Indonesia Fashion Chamber (IFC) Banda Aceh, Senin.

Ia menjelaskan fesyen muslim Aceh memiliki nilai keunikan dalam persaingan pasar fesyen Aceh secara global dan juga mampu memperkenalkan kekayaan ragam hias wastra Aceh.

“Jika kita ingin menang maka harus menggunakan kekuatan yang tidak dimiliki daerah maupun negara lain, yakni kekayaan ragam hias wastra Aceh pada setiap produk unggulan kita, dalam hal ini produk fesyen dan kerajinan,” katanya.

Dyah mengatakan, sudah saatnya Aceh mulai mengembangkan industri fesyen muslim dan menjadi kiblat model pakaian muslim nasional.

Menurut dia menjadi sebuah hal wajar bagi masyarakat Aceh yang notabene beragama Islam sudah memakai busana-busana muslim dalam kesehariannya, dan Aceh satu-satunya provinsi mendeklarasikan penerapan Syariat Islam.

“Kita berkomitmen penuh mendukung pengembangan industri fesyen, dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Aceh. Jangan hanya kampanye saja, tapi beli dan pakai. Cintai produk lokal, agar produk lokal bisa mendunia,” katanya.

Dyah mengapresiasi langkah Bank Indonesia perwakilan Provinsi Aceh, dengan memfasilitasi kegiatan Program ‘Kick Off Muslim Fashion Collaboration’ tersebut.

Kegiatan itu merupakan lanjutan dari program industri fesyen muslim di Aceh di tahun 2021 yang nantinya dapat memberikan manfaat secara langsung kepada perajin, penjahit, dan desainer guna mendukung pengembangan fesyen di Aceh.

“Program ini menjadi salah satu komitmen Bank Indonesia dan Dekranasda Aceh untuk mengembangkan UMKM di Aceh, khususnya untuk meningkatkan dan mengembangkan industri fesyen di bumi Serambi Mekkah, hingga mampu bersaing di tingkat nasional dan global,” kata Dyah.

Dekranasda dalam pengembangan modest fashion dan UMKM di Aceh juga telah dilakukan seperti, pergelaran fashion show IFC Aceh “Afternoon Tea Fashion” pada tahun 2018, pengembangkan UMKM kriya dan kuliner sesuai potensi dan keunikan masing-masing daerah di Aceh yang diperlombakan setiap tahun.

Kemudian di tahun 2019, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh bekerjasama dengan Dekranasda Aceh menyelenggarakan Aceh Islamic Fashion Festival (AIFF) yang bertujuan memperkenalkan desainer Aceh serta memperluas jaringan pasar para desainer dengan mempertemukan penjual dan pembeli secara langsung.

Kepala Bank Indonesia Provinsi Aceh Achris Sarwani, mengatakan, kegiatan tersebut adalah langkah awal untuk mewujudkan cita-cita Aceh untuk menjadi salah satu kiblat fesyen muslim di Indonesia.

Pengembangan industri fesyen muslim di Indonesia khususnya Aceh memiliki potensi yang sangat besar dengan keanekaragaman budayanya.

“Seseorang akan menggunakan fesyen modis bisa dengan alasan budaya atau keagamaan. Seperti fesyen muslim, secara potensi moslem fesyen menjadi kekuatan indonesia dan Aceh jika dikembangkan bersama wastranya,” kata Achris.

Karena itu, ia berharap dunia fesyen Aceh bisa menjadi industri yang menjanjikan, tentunya dengan kualitas dan harga yang mampu bersaing di pasar global, dengan menciptakan produk berkualitas, yang mampu menyaingi brand luar negeri dengan melahirkan brand lokal yang berkualitas premium.

Pewarta: M Ifdhal

Editor : M Ifdhal


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021