Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Aceh meminta masyarakat tidak panik dalam menyikapi penyebaran virus corona varian delta di provinsi itu, namun hadapi dengan disiplin meningkatkan protokol kesehatan serta vaksinasi.
"Protokol kesehatan dan dua dosis vaksinasi COVID-19 masih sangat efektif mencegah serangan infeksi varian delta itu," kata Juru Bicara COVID-19 Aceh Saifullah Abdulgani di Banda Aceh, Kamis.
Ia menjelaskan pertama sekali terdeteksi COVID-19 varian delta di Aceh sebanyak 11 kasus. Kemudian terjadi penambahan tujuh kasus lagi dalam beberapa waktu terakhir, sehingga totalnya 18 kasus.
Namun, dia melanjutkan, Satgas COVID-19 Aceh belum mendapatkan rincian kabupaten/kota yang sebaran virus corona varian delta tersebut.
Menurut dia meski data sebarannya belum ada, namun perkembangan kasus tersebut perlu segera diketahui masyarakat sebagai upaya mitigasi untuk meningkatkan kewaspadaan.
"Virus varian delta diyakini memiliki daya tular berkali-kali lipat lebih cepat dibandingkan varian SARS-CoV-2, penyebab COVID-19," katanya.
Selain risiko penularan lebih cepat, varian delta juga memicu simtomatik penyakit yang lebih berat dan risiko kematian yang lebih tinggi.
Menurut catatan WHO, kata dia, salah satu penyebab lonjakan kasus COVID-19 dan kematian global sepanjang Juli 2021 adalah varian delta, yang sudah terdeteksi sekitar 132 negara.
"Masyarakat tidak perlu panik menyikapi penambahan varian delta di Aceh. Keganasan virus varian baru ini masih efektif diatasi dengan protokol kesehatan yang dikampanyekan selama ini dan dua dosis vaksinasi COVID-19," katanya.
Apalagi, kata dia, saat ini di Aceh terdapat tujuh daerah zona merah atau risiko tinggi penularan kasus COVID-19 yakni Kota Langsa, Banda Aceh, dan Aceh Besar, Aceh Tamiang, Lhokseumawe, Pidie, dan Kota Sabang.
Sedangkan Aceh Singkil dalam sepekan lalu zona merah, kini menjadi zona oranye atau risiko sedang penularan virus corona, bersama 13 kabupaten/kota lainnya di Tanah Rencong. Dan dua zona kuning atau risiko rendah yakni Bener Meriah dan Aceh Barat Daya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
"Protokol kesehatan dan dua dosis vaksinasi COVID-19 masih sangat efektif mencegah serangan infeksi varian delta itu," kata Juru Bicara COVID-19 Aceh Saifullah Abdulgani di Banda Aceh, Kamis.
Ia menjelaskan pertama sekali terdeteksi COVID-19 varian delta di Aceh sebanyak 11 kasus. Kemudian terjadi penambahan tujuh kasus lagi dalam beberapa waktu terakhir, sehingga totalnya 18 kasus.
Namun, dia melanjutkan, Satgas COVID-19 Aceh belum mendapatkan rincian kabupaten/kota yang sebaran virus corona varian delta tersebut.
Menurut dia meski data sebarannya belum ada, namun perkembangan kasus tersebut perlu segera diketahui masyarakat sebagai upaya mitigasi untuk meningkatkan kewaspadaan.
"Virus varian delta diyakini memiliki daya tular berkali-kali lipat lebih cepat dibandingkan varian SARS-CoV-2, penyebab COVID-19," katanya.
Selain risiko penularan lebih cepat, varian delta juga memicu simtomatik penyakit yang lebih berat dan risiko kematian yang lebih tinggi.
Menurut catatan WHO, kata dia, salah satu penyebab lonjakan kasus COVID-19 dan kematian global sepanjang Juli 2021 adalah varian delta, yang sudah terdeteksi sekitar 132 negara.
"Masyarakat tidak perlu panik menyikapi penambahan varian delta di Aceh. Keganasan virus varian baru ini masih efektif diatasi dengan protokol kesehatan yang dikampanyekan selama ini dan dua dosis vaksinasi COVID-19," katanya.
Apalagi, kata dia, saat ini di Aceh terdapat tujuh daerah zona merah atau risiko tinggi penularan kasus COVID-19 yakni Kota Langsa, Banda Aceh, dan Aceh Besar, Aceh Tamiang, Lhokseumawe, Pidie, dan Kota Sabang.
Sedangkan Aceh Singkil dalam sepekan lalu zona merah, kini menjadi zona oranye atau risiko sedang penularan virus corona, bersama 13 kabupaten/kota lainnya di Tanah Rencong. Dan dua zona kuning atau risiko rendah yakni Bener Meriah dan Aceh Barat Daya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021