Mahasiswa Universitas Malikussaleh (Unimal), Lhokseumawe, Aceh, Teuku Muhammad Khalil Rihayat (21) memanfaatkan sabut kelapa menjadi produk kerajinan tangan bernilai ekonimis hingga meraup uang jutaan rupiah.
"Saya mulai menekuni usaha kerajinan sabut kelapa sejak Januari 2020. Saat itu, sabut kelapa dibuang dan dibakar begitu saja oleh masyarakat," kata Teuku Muhammad Khalil Rihayat di Lhokseumawe, Senin.
Teuku Muhammad Khalil Rihayat mengatakan dirinya menjadikan sabut kelapa tersebut bernilai ekonomis dengan membuatnya menjadi turus atau tiang tanaman dan pot bunga.
Menurut Khalil sapaan akrabnya, limbah sabut kelapa untuk bahan baku kerajinan tangan turus dan pot sangat mudah didapatkan secara gratis, baik di pasar, di kebun maupun di rumah-rumah warga.
"Modal awal yang saya keluarkan sebesar Rp50 juta untuk membeli beberapa mesin. Namun, kini dengan usaha ini saya mampu meraup keuntungan hingga Rp10 juta per bulannya," kata Teuku Muhammad Khalil Rihayat.
Teuku Muhammad Khalil Rihayat mengatakan saat ini dirinya tidak perlu mengeluarkan modal yang besar. Modal yang dibutuhkan hanya membeli kawat dan pipa sesuai pesanan konsumen dengan jumlah dan ukuran yang telah ditentukan.
Permintaan produk kerajinan tangan yang digelutinya kian meningkat dari hari ke hari, sehingga dirinya mempekerjakan dua warga desa setempat untuk membantunya.
Teuku Muhammad Khalil Rihayat mengatakan hasil produk kerajinan pot dan turus tersebut dipasarkan ke Banda Aceh dan beberapa daerah lainnya di Provinsi Aceh. Dalam sebulan mampu memproduksi 100 pasang turus dan pon dengan ukuran 50 centimeter hingga dua meter.
"Untuk harganya bervariasi tergantung ukuran yang diminta konsumen. Harga mulai dari Rp15 ribu hingga Rp65 ribu per satuan. Sedangkan, harga pot kisaran Rp25 ribu hingga Rp30 ribu," kata Teuku Muhammad Khalil Rihayat.
Teuku Muhammad Khalil Rihayat mengatakan usaha yang digelutinya meningkat setiap bulannya, pesanan juga semakin banyak. Apalagi saat pandemi sekarang ini, banyak yang ibu suka dengan tanaman.
"Kalau untuk proses pembuatan, kami kerjakan di dapur usaha yang berada di Desa Jeulikat, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe," kata mahasiswa Fakultas Hukum Semester VII Unimal itu.
Kepala Desa Jeulikat Amir Suddin mengatakan usaha kerajinan tangan yang dilakoni mahasiswa Unimal tersebut telah membuka lapangan pekerjaan bagi warga setempat.
"Kami juga membantu mempromosikan. Semoga kegiatan positif ini menjadi industri yang bagus untuk pengembangan kapasitas sumber daya manusia di Desa Jeulikat dan sekitarnya," kata Amir Suddin.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
"Saya mulai menekuni usaha kerajinan sabut kelapa sejak Januari 2020. Saat itu, sabut kelapa dibuang dan dibakar begitu saja oleh masyarakat," kata Teuku Muhammad Khalil Rihayat di Lhokseumawe, Senin.
Teuku Muhammad Khalil Rihayat mengatakan dirinya menjadikan sabut kelapa tersebut bernilai ekonomis dengan membuatnya menjadi turus atau tiang tanaman dan pot bunga.
Menurut Khalil sapaan akrabnya, limbah sabut kelapa untuk bahan baku kerajinan tangan turus dan pot sangat mudah didapatkan secara gratis, baik di pasar, di kebun maupun di rumah-rumah warga.
"Modal awal yang saya keluarkan sebesar Rp50 juta untuk membeli beberapa mesin. Namun, kini dengan usaha ini saya mampu meraup keuntungan hingga Rp10 juta per bulannya," kata Teuku Muhammad Khalil Rihayat.
Teuku Muhammad Khalil Rihayat mengatakan saat ini dirinya tidak perlu mengeluarkan modal yang besar. Modal yang dibutuhkan hanya membeli kawat dan pipa sesuai pesanan konsumen dengan jumlah dan ukuran yang telah ditentukan.
Permintaan produk kerajinan tangan yang digelutinya kian meningkat dari hari ke hari, sehingga dirinya mempekerjakan dua warga desa setempat untuk membantunya.
Teuku Muhammad Khalil Rihayat mengatakan hasil produk kerajinan pot dan turus tersebut dipasarkan ke Banda Aceh dan beberapa daerah lainnya di Provinsi Aceh. Dalam sebulan mampu memproduksi 100 pasang turus dan pon dengan ukuran 50 centimeter hingga dua meter.
"Untuk harganya bervariasi tergantung ukuran yang diminta konsumen. Harga mulai dari Rp15 ribu hingga Rp65 ribu per satuan. Sedangkan, harga pot kisaran Rp25 ribu hingga Rp30 ribu," kata Teuku Muhammad Khalil Rihayat.
Teuku Muhammad Khalil Rihayat mengatakan usaha yang digelutinya meningkat setiap bulannya, pesanan juga semakin banyak. Apalagi saat pandemi sekarang ini, banyak yang ibu suka dengan tanaman.
"Kalau untuk proses pembuatan, kami kerjakan di dapur usaha yang berada di Desa Jeulikat, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe," kata mahasiswa Fakultas Hukum Semester VII Unimal itu.
Kepala Desa Jeulikat Amir Suddin mengatakan usaha kerajinan tangan yang dilakoni mahasiswa Unimal tersebut telah membuka lapangan pekerjaan bagi warga setempat.
"Kami juga membantu mempromosikan. Semoga kegiatan positif ini menjadi industri yang bagus untuk pengembangan kapasitas sumber daya manusia di Desa Jeulikat dan sekitarnya," kata Amir Suddin.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021