Blangpidie (ANTARA Aceh)-  Aceh Barat Daya (Abdya), merupakan sebuah Kabupaten di Provinsi Aceh yang lahir pada tahun 2002 lalu. Kabupaten yang sering disingkat dengan sebutan  “Abdya” itu merupakan hasil pemekaran dari Aceh Selatan. Kendatipun baru seumur jagung, namun pemkab setempat telah berhasil mengembangkan belasan ribu hektar lahan perkebunan sawit milik masyarakat.

Sebagaimana data yang diperoleh pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Abdya. Pada tahun 2015 ini jumlah areal lahan sawit milik masyarakat di Kabupaten tersebut mencapai angka 17 ribu hektar lebih. Dari jumlah angka tersebut, sekitar 11 ribu hektar areal lahan sawit milik masyarakat sudah berproduksi.

“Sawit rakyat di Abdya sekarang sudah produksi sekitar 11 ribu hektar,” ungkap Kepala Dinas Dishutbun Abdya, Herman Suryadi di Blangpidie, Senin (27/04). Usai meninjau lahan perkebunan rakyat di kawasn Babahrot.

Dia, menjelaskan, dari jumlah 17 ribu hektar lahan milik rakyat di kawasan Kecamatan Kuala Batee dan Babahrot,  terdiri dari 11 ribu hektar sudah produksi, 25 hektar sudah tanam (belum menghasilkan) dan sisanya sekitar 4 ribu hektar lagi belum tanam.

 â€œinsya Allah sisanya ini tahun depan kita bantu lagi bibit pada petani untuk di tanam. supaya tidak ada lagi lahan yang kosong di Abdya ini,”tuturnya menjanjikan.

Didamping  Kabig Produksi Pengembangan dan Perlindungan Tanaman, Azwar. Dia  mengatakan, luas lahan kebun kelapa sawit masyarakat yang sudah produksi itu memberi dampak yang cukup baik. Apalagi banyak di antara petani yang memiliki lahan 2 hektar per satu orang petani kini sudah produksi.

“Di Abdya cuma dua perusahan swasta yang memiliki HGU, yaitu Cemerlang Abadi dan PT Dua Perkasa Lestari. Yang lainnya lahan masyarakat semua,” ungkapnya

Lebih lanjut dia mengatakan, dua perusahaan swasta yang memilik lahan HGU di Abdya adalah PT Cemerlang Abadi sekitar 7600 hektar dan PT Dua Perkasa Lestari 2600 hektar. Ditanya tentang permasalahan utama subsetor perkebunan khususnya kelapa sawit rakyat di Abdya, dia menjawab bahwa untuk saat ini kendala utama adalah jalan produksi di kawasan lahan perkebunan sawit masyarakat butuh peningkatan.

Dia menerangkan, bahwa selama ini banyak jalan-jalan produksi yang telah dibangun beberapa tahun lalu kini butuh peningkatan dan pembersihan saluran. Banyak kelompok tani selama ini membuat permohonan pembangunan jalan untuk memudahkan dalam melakukan pengangkutan hasil produksi.

“Pembangunan saluran dan peningkatan jalan produksi sangat dibutuhkan petani. Malah, ada kelompok yang belum memiliki jalan produksi,” ungkapnya lagi

Dia berharap, pemerintah pusat dapat mengalokasikan dana pembangunan jalan produksi. Banyak lahan-lahan perkebunan sawit masyarakat di Abdya yang belum ada peningkatan termasuk pembangunan saluran. “Kita harapkan pemerintah pusat dapat membantu pembangunan jalan produksi agar hasil panen TBS mudah di angkut oleh masyarakat petani,” harapnya.

Kendatipun harga Tandan Buah Segar (TBS) tidak stabil setiap tahun. Namun minat masyarakat petani diwilayah itu untuk terus membuka lahan perkebunan sawit sangat tinggi. Apalagi selama ini telah memberikan dampak ekonomi masyarakat yang sangat baik , terutama kebutuhan keluarga.

“Minat masyarakat tanam sawit cukup tinggi di Abdya, apalagi selama ini bibit unggul kita berikan secara gratis, jadi petani hanya tinggal tanam dan pembersihan lahan saja,”katanya menambahkan.

Sesuai data yang dihimpun dilapangan. Lahan Sawit milik masyarakat di kabupaten Abdya, produksi TBS sudah mengalami kemajuan pesat. Saat ini sudah sudah mencapai 1,5 ton per hektar dengan harga ditingkat petani Rp. 1300 per kilogram TBS.

Pewarta: Pewarta : Suprian

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2015