Blangpidie, Aceh (ANTARA) - Produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit pada lahan perkebunan rakyat di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) sejak dua bulan terakhir menurun dratis hingga mencapai 50 persen.
“Sedangkan harga pembelian TBS kelapa sawit kami beli pada petani saat ini terus mengalami kenaikan hingga mencapai Rp1.000/kilogram,” kata anggota DPRK Abdya, Yusran Adek di Blangpidie, Kamis.
Baca juga: Dinas Pertanian Aceh Jaya kembali usul 1.286 hektare lahan untuk replanting
Yusran Adek yang juga pengusaha sawit di Kecamatan Babahrot menjelaskan, meningkatnya harga pembelian TBS sejak dua pekan terakhir disebabkan permintaan meningkat. Sementara pasokannya berkurang.
Berkurangnya pasokan TBS ke gudang atau ke pabrik-pabrik sudah berlangsung sejak dua bulan lalu, karena pohon sawit milik petani di desa-desa sedang masuki musim ‘trek’ atau berbuah sedikit.
Baca juga: Aceh Barat remajakan 1.300 hektare kebun kelapa sawit senilai Rp32,5 M
“Penyebab turunnya produksi TBS petani hingga mencapai 50 persen sejak dua bulan terakhir karena musim trek. Masa berbuah sedikit ini biasanya berlangsung tiga bulan,” ungkap anggota DPRK Abdya itu.
Yusran menyebutkan, pada saat normal atau puncak panen, produksi TBS petani di lahan kebun rakyat di Kecamatan Babahrot dan Kecamatan Kuala Batee mencapai 2 ton/hektare.
"Kalau memasuki musim trek seperti saat ini paling banyak sekitar 700 sampai 800 kilogram/hektar. Lebih 50 persen produksinya turun. Sementara harga TBS sudah mulai membaik,” katanya.
Politisi Partai Nasdem itu memprediksikan ke depan harga TBS di daerahnya akan terus mengalami kenaikan menyusul adanya wacana pemerintah membuka kawasan ekonomi khusus (KEK) barat-selatan Aceh.
“Jika KEK barat-selatan sudah dibuka tentu harga buah sawit di tingkat petani semakin mahal, karena pedagang tidak harus lagi mengeluarkan kos besar untuk pengangkutan ke Belawan, Sumatera Utara,” ungkapnya.