Wajah Rukiah tampak meringis ketika vaksinator hendak menyuntikkan vaksin COVID-19 di lengan kirinya. Mata wanita muda ini terpejam saat tenaga medis tersebut menekan lengannya itu.
"Sudah?" Tanya Rukiah kepada vaksinator dengan mata masih tertutup. Rukiah mengikuti vaksinasi vaksin COVID-19 di sebuah fasilitas kesehatan di Banda Aceh, Jumat.
"Sudah ya Dek," kata vaksinator atau tenaga medis yang menyuntikkan vaksin COVID-19 seraya memijat lengan kiri Rukiah.
Rukiah (23) merupakan wartawati, bekerja di media daring di Banda Aceh. Sarjana lulusan universitas negeri di Banda Aceh ini mengikuti vaksinasi vaksin COVID-19 dosis kedua.
"Ini vaksin dosis kedua. Waktu disuntik vaksin dosis kedua sepertinya lebih sakit dari dosis pertama. Sakitnya hanya di titik yang disuntik, bukan demam atau lainnya," kata Rukiah.
Rukiah mengaku sempat khawatir mengikuti vaksinasi vaksin COVID-19 dosis kedua tersebut. Sebab, ia sempat demam selama dua minggu setelah divaksin dosis pertama.
Namun, Rukiah berkeyakinan deman yang dialaminya tersebut bukan karena virus corona, tetapi demam biasa, sehingga dirinya tidak memeriksa seperti uji antigen.
"Ketika saya demam, gejalanya tidak sama dengan COVID-19. Penciuman normal, tidak ada sesak napas, selera makan juga baik, bahkan terasa lapar sebentar-sebentar. Hanya saja, saat itu panas badan meningkat dan sering mengantuk," kata Rukiah.
Kini, Rukiah sudah menerima vaksinasi vaksin COVID-19 dosis kedua. Dirinya semakin yakin terbentuk kekebalan tubuh terhadap demam virus corona tersebut.
Kendati begitu, Rukiah juga berupaya tidak terpapar COVID-19 dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. Dirinya selalu memakai masker dalam setiap aktivitas di luar rumah, menjaga jarak, menghindari kerumunan serta sering mencuci tangan dengan antiseptik.
"Saya banyak berharap dengan vaksinasi. Vaksinasi tersebut merupakan ikhtiar bersama mengakhiri pandemi COVID-19. Dan sekarang, yang terpenting tetap selalu patuhi protokol kesehatan," kata Rukiah.
Asa dan keyakinan terhadap vaksinasi juga diungkapkan Evi Djamaluddin. Wanita paruh baya ini semakin yakni dengan vaksin setelah dirinya terpapar COVID-19, namun tidak menyebar kepada dua anak dan suaminya yang sudah divaksin COVID-19.
"Saya sudah alami. Ketiga saya bersama sekeluarga terpapar COVID-19, dua anak saya hanya alami demam biasa. Dua anak saya tersebut sudah divaksin sebelumnya," kata Evi Djamaluddin, penyintas COVID-19.
Evi Djamaluddin terpapar COVID-19 beberapa waktu lalu. Tidak hanya dirinya, dua anaknya yang sudah remaja ikut terpapar demam virus tersebut. Wanita paruh baya ini harus menjalani isolasi selama lima pekan di rumahnya di kawasan Banda Aceh.
Sebelum terpapar, alumni perguruan tinggi negeri di Yogyakarta ibu merupakan sosok yang selalu menerapkan protokol kesehatan ketat. Dirinya juga memiliki niat kuat mengikuti vaksinasi. Hanya saja, penyakit bawaan membuat harus menunda vaksinasi sebelum ada rekomendasi dari dokter spesialis.
"Saya belum divaksin bukan karena tidak mau. Saya sempat mau divaksin, namun tim vaksinasi meminta saya ke rumah sakit memeriksa kesehatan lanjutan karena saya ada penyakit penyerta," kata Evi Djamaluddin menjelaskan.
Nasib berkata lain, belum sempat Evi memeriksakan diri untuk memastikan apakah dirinya bisa divaksin atau tidak, COVID-19 menghampirinya. Padahal, dirinya selalu menerapkan protokol kesehatan ketat.
Setelah sembuh dari COVID-19, Evi direkomendasikan mengikuti vaksinasi akhir Desember mendatang. Dirinya semakin yakin dengan vaksin COVID-19 setelah melihat dua anaknya yang positif COVID-19 tidak memperlihatkan gejala parah seperti dirinya. Kedua anaknya dinyatakan negatif setelah seminggu kemudian.
Evi Djamaluddin mengajak yang belum divaksin untuk mengikuti vaksinasi yang kini gencar dilakukan pemerintah. Vaksinasi tersebut merupakan ikhtiar bersama menekan penularan dan penyebaran COVID-19.
"Saya mengajak yang belum divaksin mari bersama-sama mengikuti vaksinasi vaksin COVID-19. Vaksinasi ini merupakan ikhtiar bersama mengakhiri pandemi COVID-19," kata Evi Djamaluddin.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
"Sudah?" Tanya Rukiah kepada vaksinator dengan mata masih tertutup. Rukiah mengikuti vaksinasi vaksin COVID-19 di sebuah fasilitas kesehatan di Banda Aceh, Jumat.
"Sudah ya Dek," kata vaksinator atau tenaga medis yang menyuntikkan vaksin COVID-19 seraya memijat lengan kiri Rukiah.
Rukiah (23) merupakan wartawati, bekerja di media daring di Banda Aceh. Sarjana lulusan universitas negeri di Banda Aceh ini mengikuti vaksinasi vaksin COVID-19 dosis kedua.
"Ini vaksin dosis kedua. Waktu disuntik vaksin dosis kedua sepertinya lebih sakit dari dosis pertama. Sakitnya hanya di titik yang disuntik, bukan demam atau lainnya," kata Rukiah.
Rukiah mengaku sempat khawatir mengikuti vaksinasi vaksin COVID-19 dosis kedua tersebut. Sebab, ia sempat demam selama dua minggu setelah divaksin dosis pertama.
Namun, Rukiah berkeyakinan deman yang dialaminya tersebut bukan karena virus corona, tetapi demam biasa, sehingga dirinya tidak memeriksa seperti uji antigen.
"Ketika saya demam, gejalanya tidak sama dengan COVID-19. Penciuman normal, tidak ada sesak napas, selera makan juga baik, bahkan terasa lapar sebentar-sebentar. Hanya saja, saat itu panas badan meningkat dan sering mengantuk," kata Rukiah.
Kini, Rukiah sudah menerima vaksinasi vaksin COVID-19 dosis kedua. Dirinya semakin yakin terbentuk kekebalan tubuh terhadap demam virus corona tersebut.
Kendati begitu, Rukiah juga berupaya tidak terpapar COVID-19 dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. Dirinya selalu memakai masker dalam setiap aktivitas di luar rumah, menjaga jarak, menghindari kerumunan serta sering mencuci tangan dengan antiseptik.
"Saya banyak berharap dengan vaksinasi. Vaksinasi tersebut merupakan ikhtiar bersama mengakhiri pandemi COVID-19. Dan sekarang, yang terpenting tetap selalu patuhi protokol kesehatan," kata Rukiah.
Asa dan keyakinan terhadap vaksinasi juga diungkapkan Evi Djamaluddin. Wanita paruh baya ini semakin yakni dengan vaksin setelah dirinya terpapar COVID-19, namun tidak menyebar kepada dua anak dan suaminya yang sudah divaksin COVID-19.
"Saya sudah alami. Ketiga saya bersama sekeluarga terpapar COVID-19, dua anak saya hanya alami demam biasa. Dua anak saya tersebut sudah divaksin sebelumnya," kata Evi Djamaluddin, penyintas COVID-19.
Evi Djamaluddin terpapar COVID-19 beberapa waktu lalu. Tidak hanya dirinya, dua anaknya yang sudah remaja ikut terpapar demam virus tersebut. Wanita paruh baya ini harus menjalani isolasi selama lima pekan di rumahnya di kawasan Banda Aceh.
Sebelum terpapar, alumni perguruan tinggi negeri di Yogyakarta ibu merupakan sosok yang selalu menerapkan protokol kesehatan ketat. Dirinya juga memiliki niat kuat mengikuti vaksinasi. Hanya saja, penyakit bawaan membuat harus menunda vaksinasi sebelum ada rekomendasi dari dokter spesialis.
"Saya belum divaksin bukan karena tidak mau. Saya sempat mau divaksin, namun tim vaksinasi meminta saya ke rumah sakit memeriksa kesehatan lanjutan karena saya ada penyakit penyerta," kata Evi Djamaluddin menjelaskan.
Nasib berkata lain, belum sempat Evi memeriksakan diri untuk memastikan apakah dirinya bisa divaksin atau tidak, COVID-19 menghampirinya. Padahal, dirinya selalu menerapkan protokol kesehatan ketat.
Setelah sembuh dari COVID-19, Evi direkomendasikan mengikuti vaksinasi akhir Desember mendatang. Dirinya semakin yakin dengan vaksin COVID-19 setelah melihat dua anaknya yang positif COVID-19 tidak memperlihatkan gejala parah seperti dirinya. Kedua anaknya dinyatakan negatif setelah seminggu kemudian.
Evi Djamaluddin mengajak yang belum divaksin untuk mengikuti vaksinasi yang kini gencar dilakukan pemerintah. Vaksinasi tersebut merupakan ikhtiar bersama menekan penularan dan penyebaran COVID-19.
"Saya mengajak yang belum divaksin mari bersama-sama mengikuti vaksinasi vaksin COVID-19. Vaksinasi ini merupakan ikhtiar bersama mengakhiri pandemi COVID-19," kata Evi Djamaluddin.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021