Banda Aceh (ANTARA Aceh) - 70 tahun Indonesia merdeka telah banyak memberi perubahan, kendati di sana sini belum cukup memadai.Dalam meretas sejarah perjuangan bangsa dari perebutan kekuasaan penjajah bergerak maju menuju indonesia sejahtera.
Kendati tak sedikit rakyat hidup menderita lewat penindasan oligarki dengan segala bentuk korupsi, penikungan hukum, kesehatan dan pendidikan yang terkebiri.
Empat stresing poin ini menjadi penting diselesaikan para pemangku kepentingan negeri ini, walau tak sedikit variabel permasalahan lainnya perlu disegerakan penyelesaiannya.
Berbicara kekuasaan oligarki yang lebih mengedepankan kebijakan dan keputusan sepihak dalam menjalankan program kepemerintahannya yang tanpa melibatkan rakyat, tentu saja, hasilnya nihil bagi rakyat itu sendiri. Kekuasaan ini tak lebih hanya menghadirkan para elit politik yang kemudian melahirkan win-win solution.
Ternyata politiklah yang paling berkuasa. Lewat medium ini pula negara semakin terperosok, kalau tak boleh disebut terjerembab nista. Menelaah penikungan hukum hari ini lebih soft dan licin, karena tak ada lembaga negara super body, sehingga masing-masing mereka bisa saling kontroling.
Sungguh ini jauh lebih bagus dari ara-era sebelumnya. Tapi, celakanya penerapan hukum tetap tebang pilih. Belum lagi konspirasi mafia peradilan yang kemudian tidak sedikit pula ikut menyeret para kepala daerah.
Lantas bagaimana pula keberpihakan kesehatan rakyat, terutama lewat sistem BPJS yang karut-marut. Betapa banyak rupiah yang dikompensasikan pemerintah untuk penanganan kesehatan rakyat.
Sebenarnya alokosi anggaran kesehatan rakyat sangatlah murah. Tapi apa lacur, uang itupun banyak disisihkan di pundi menejemen penyelenggara untuk selebihnya diduga cincai-cincai. Terkait pendidikan, memang sedikit kemajuan.
Dimana pemerintah memberikan biaya sekolah gratis. Ya biaya gratis. Tapi, tahukah kita kalau usia sekolahan terutama di pelosok-pelosok ternyata cukup banyak yang gagal mengecap pendidikan. Bahkan tak sedikit di antara mereka yang sama sekali belum sekalipun mengenyam pendidikan ini.
Ragam persoalan di atas, bukan karena sistemnya yang salah. Tapi lebih kepada moralitas penyelenggara pemerintah acuh tak acuh, sebagian lainnya sibuk memperkaya diri, kelompok dan golongan.
Walau di antaranya ada yang sedeng, penyebabnya besar kemungkinan karena pengaruh narkoba. Maka, hanya slogan "Indonesia darurat narkoba" satu-satunya prestasi pemerintah di negeri ini. Dan, itulah Indonesia raya yang kini terbelenggu !
Kendati tak sedikit rakyat hidup menderita lewat penindasan oligarki dengan segala bentuk korupsi, penikungan hukum, kesehatan dan pendidikan yang terkebiri.
Empat stresing poin ini menjadi penting diselesaikan para pemangku kepentingan negeri ini, walau tak sedikit variabel permasalahan lainnya perlu disegerakan penyelesaiannya.
Berbicara kekuasaan oligarki yang lebih mengedepankan kebijakan dan keputusan sepihak dalam menjalankan program kepemerintahannya yang tanpa melibatkan rakyat, tentu saja, hasilnya nihil bagi rakyat itu sendiri. Kekuasaan ini tak lebih hanya menghadirkan para elit politik yang kemudian melahirkan win-win solution.
Ternyata politiklah yang paling berkuasa. Lewat medium ini pula negara semakin terperosok, kalau tak boleh disebut terjerembab nista. Menelaah penikungan hukum hari ini lebih soft dan licin, karena tak ada lembaga negara super body, sehingga masing-masing mereka bisa saling kontroling.
Sungguh ini jauh lebih bagus dari ara-era sebelumnya. Tapi, celakanya penerapan hukum tetap tebang pilih. Belum lagi konspirasi mafia peradilan yang kemudian tidak sedikit pula ikut menyeret para kepala daerah.
Lantas bagaimana pula keberpihakan kesehatan rakyat, terutama lewat sistem BPJS yang karut-marut. Betapa banyak rupiah yang dikompensasikan pemerintah untuk penanganan kesehatan rakyat.
Sebenarnya alokosi anggaran kesehatan rakyat sangatlah murah. Tapi apa lacur, uang itupun banyak disisihkan di pundi menejemen penyelenggara untuk selebihnya diduga cincai-cincai. Terkait pendidikan, memang sedikit kemajuan.
Dimana pemerintah memberikan biaya sekolah gratis. Ya biaya gratis. Tapi, tahukah kita kalau usia sekolahan terutama di pelosok-pelosok ternyata cukup banyak yang gagal mengecap pendidikan. Bahkan tak sedikit di antara mereka yang sama sekali belum sekalipun mengenyam pendidikan ini.
Ragam persoalan di atas, bukan karena sistemnya yang salah. Tapi lebih kepada moralitas penyelenggara pemerintah acuh tak acuh, sebagian lainnya sibuk memperkaya diri, kelompok dan golongan.
Walau di antaranya ada yang sedeng, penyebabnya besar kemungkinan karena pengaruh narkoba. Maka, hanya slogan "Indonesia darurat narkoba" satu-satunya prestasi pemerintah di negeri ini. Dan, itulah Indonesia raya yang kini terbelenggu !
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2015