Petani garam di Pidie mengeluh menyusul harga merosot dan kurangnya minat masyarakat untuk produk lokal dibanding garam daerah lainnya.
"Kami harus bersaing dengan garam curah dari luar daerah, garam lokal dijual seharga Rp4 ribu per kilogram " kata petani garam di Kecamatan Simpang Tiga, Pidie, Abdullah, Rabu.
Abdullah menjelaskan ada 150 tempat produksi garam (Lancang) milik petani dan kini sebagian sudah tidak produktif bahkan hampir ditutup tempat produksi garam lokal.
Abdullah menjelaskan, sekitar tahun 1990 ada satu perusahaan PT. Lancang Sira yang menampung garam hasil produksi patani.
Saat itu petani garam sangat terbantu dan mampu memproduksi garam hingga puluhan ton per hari. Harga garam saat itu sangat kompetitif karena perusahaan tersebut turut memproduksi garam beryodium.
Ia menambahkan beredarnya garam impor dan garam halus curah dari luar daerah menjadi tantangan bagi mereka.
"Kami kurang mendapat perhatian dari Pemerintah sehingga produksi garam di Simpang Tiga dan sekitarnya terancam," katanya.
Ia menambahkan sebagian sudah menjual lahan dan kini mulai dialihfungsikan untuk dibangun perumahan.
Ia mengatakan saat memproduksi garam memerlukan modal banyak tapi harga garam di pasar tidak sesuai.
Terkadang kami harus membawa ke luar Kabupaten Pidie demi tidak menumpuk garam setelah di produksi, walaupun sangat sulit untuk kami pasarkan.
"Kami berharap Pemerintah Pidie membantu tempat penampungan garam lokal serta pemasaran, agar kami (petani) tidak menganggur dan bisa produktif memproduksi garam kembali ," kata Abdullah.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022