Meulaboh (ANTARA Aceh) - Pemerintah Kabupaten Aceh Barat mengajak nelayan untuk memanfaatkan potensi sumber daya perikanan tangkap dengan dengan menjaga kelestarian biota laut, sehingga dapat diteruskan kepada generasi selanjutnya.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Aceh Barat T Helmi di Meulaboh, Kamis mengatakan nelayan setempat selama ini cenderung ada sebagian yang melakukan aktivitas penangkapan ikan yang mengancam keberlangsungan biota laut maupun sungai.
"Indikasi itu ada, karenanya melalui berbagai upaya pendekatan dan sosialisasi pemanfaatan sumber daya perikanan ini dapat menumbuhkan partisipasi nelayan sendiri untuk menjaga keberlangsungan sumber daya yang ada untuk generasi selanjutnya," katanya.
Pernyataan tersebut disampaikan disela-sela sosialisasi pelestarian sumber daya perairan perikanan di wilayah Kabupaten Aceh Barat di Gampong Nelayan Suak Seumaseh, Kecamatan Sama Tiga.
T Helmi menjelaskan, bahwa secara umum kawasan itu memiliki 44 desa pesisir yang mayoritas masyarakatnya adalah nelayan, karena itu pertimbangan terhadap kebutuhan ekonomi keluarga nelayan dari sektor perikanan tangkap menjadi salah satu perhatian pemerintah daerah.
Dipilihnya gampong nelayan tersebut sebagai objek sosialisasi karena keberadaanya sangat strategis menjadi kawasan penyumbang sumber produksi perikanan ekonomis maupun ikan lokal yang dikonsumsi masyarakat dan penduduknya 95 persen adalah nelayan.
"Beberapa masa lalu, kondisi tangkapan ikan sangat mudah, tapi akhir-akhir ini dengan berbagai proses penangakapan menyebabkan produksi ikan semakin menurun, bahkan ada yang semakin langka, terutama di sungai, seperti ikan Luloh, Kerling dan jenis lainnya," imbuhnya.
Secara umum perhitungan tangkapan nelayan setempat rata-rata 30 ton/hari, terutama adalah jenis ikan yang hidup dipermukaan, selama ini produksi nelayan bukan hanya untuk mencukupi konsumsi masyarakat lokal bahkan ekspor ke Malaysia.
Senada juga disampaikan Asisten II Setdakab Aceh Barat Syahril, menurut dia yang dibutukan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat melalui pemanfaatan sumber daya perairan perikanan adalah penyadaran ditingkat nelayan itu sendiri.
"Untuk upaya itu harus dengan melibatkan masyarakat, tidak cukup pemerintah karena nelayan sebagai pelaku usaha yang menerima dampak langsung suatu saat nanti apabila tidak memahami bagaimana sirklus kehidupan biota laut maupun sungai," tegasnya.
Asisten membidangi ekonomi dan pembangunan ini menyebutkan, untuk maju sebagai nelayan modern seperti negara-negara berkembang mungkin sulit di lakukan di Aceh, namun tidak menutup peluang kearahsana apabila semua masyarakat nelayan dan pemerintah satu pemahaman.
Sementara itu Panglima Laot (pemangku adat laut) Aceh Barat Amiruddin menambahkan, bahwa nelayan menyambut baik dukungan dari pemerintah terhadap upaya peningkatan sumber daya manusia demikian.
"Intinyakan masyarakat nelayan memahami bagaimana menjaga kelestarian potensi sumber daya perairan perikanan, selama ini juga dilakukan namun memang selalu harus kita dorong dan diingatkan," sebutnya.
Pada acara tersebut turut dihadiri unsur muspika dari Kecamatan Sama Tiga dan Arongan Lambalek, pemangku adat laut kecamatan dan lhok dan nelayan dari beberapa pemukiman pesisir pantai Aceh Barat.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Aceh Barat T Helmi di Meulaboh, Kamis mengatakan nelayan setempat selama ini cenderung ada sebagian yang melakukan aktivitas penangkapan ikan yang mengancam keberlangsungan biota laut maupun sungai.
"Indikasi itu ada, karenanya melalui berbagai upaya pendekatan dan sosialisasi pemanfaatan sumber daya perikanan ini dapat menumbuhkan partisipasi nelayan sendiri untuk menjaga keberlangsungan sumber daya yang ada untuk generasi selanjutnya," katanya.
Pernyataan tersebut disampaikan disela-sela sosialisasi pelestarian sumber daya perairan perikanan di wilayah Kabupaten Aceh Barat di Gampong Nelayan Suak Seumaseh, Kecamatan Sama Tiga.
T Helmi menjelaskan, bahwa secara umum kawasan itu memiliki 44 desa pesisir yang mayoritas masyarakatnya adalah nelayan, karena itu pertimbangan terhadap kebutuhan ekonomi keluarga nelayan dari sektor perikanan tangkap menjadi salah satu perhatian pemerintah daerah.
Dipilihnya gampong nelayan tersebut sebagai objek sosialisasi karena keberadaanya sangat strategis menjadi kawasan penyumbang sumber produksi perikanan ekonomis maupun ikan lokal yang dikonsumsi masyarakat dan penduduknya 95 persen adalah nelayan.
"Beberapa masa lalu, kondisi tangkapan ikan sangat mudah, tapi akhir-akhir ini dengan berbagai proses penangakapan menyebabkan produksi ikan semakin menurun, bahkan ada yang semakin langka, terutama di sungai, seperti ikan Luloh, Kerling dan jenis lainnya," imbuhnya.
Secara umum perhitungan tangkapan nelayan setempat rata-rata 30 ton/hari, terutama adalah jenis ikan yang hidup dipermukaan, selama ini produksi nelayan bukan hanya untuk mencukupi konsumsi masyarakat lokal bahkan ekspor ke Malaysia.
Senada juga disampaikan Asisten II Setdakab Aceh Barat Syahril, menurut dia yang dibutukan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat melalui pemanfaatan sumber daya perairan perikanan adalah penyadaran ditingkat nelayan itu sendiri.
"Untuk upaya itu harus dengan melibatkan masyarakat, tidak cukup pemerintah karena nelayan sebagai pelaku usaha yang menerima dampak langsung suatu saat nanti apabila tidak memahami bagaimana sirklus kehidupan biota laut maupun sungai," tegasnya.
Asisten membidangi ekonomi dan pembangunan ini menyebutkan, untuk maju sebagai nelayan modern seperti negara-negara berkembang mungkin sulit di lakukan di Aceh, namun tidak menutup peluang kearahsana apabila semua masyarakat nelayan dan pemerintah satu pemahaman.
Sementara itu Panglima Laot (pemangku adat laut) Aceh Barat Amiruddin menambahkan, bahwa nelayan menyambut baik dukungan dari pemerintah terhadap upaya peningkatan sumber daya manusia demikian.
"Intinyakan masyarakat nelayan memahami bagaimana menjaga kelestarian potensi sumber daya perairan perikanan, selama ini juga dilakukan namun memang selalu harus kita dorong dan diingatkan," sebutnya.
Pada acara tersebut turut dihadiri unsur muspika dari Kecamatan Sama Tiga dan Arongan Lambalek, pemangku adat laut kecamatan dan lhok dan nelayan dari beberapa pemukiman pesisir pantai Aceh Barat.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2015