Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I Sultan Iskandar Muda Aceh Besar mendeteksi 10 titik panas di tengah musim kemarau di wilayah Aceh, sehingga warga diminta waspada potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Hasil pantauan hari ini, BMKG mendeteksi sebanyak 10 titik panas di wilayah Aceh,” kata Koordinator Data dan Informasi BMKG Aceh Besar Zakaria Ahmad di Banda Aceh, Selasa.
Pemantauan titik panas dilakukan menggunakan sensor Satelit NOAA, Terra, Aqua, dan Suomi NPP, sepanjang hari pada Selasa (31/5) mulai pukul 00.00 WIB hingga 16.00 WIB.
Sebanyak 10 titik panas itu, kata Zakaria, tersebar beberapa daerah meliputi dua titik di Kecamatan Bakongan, Kabupaten Aceh Selatan dan tiga titik di Kecamatan Trumon, Aceh Selatan.
Selanjutnya, tiga titik di Kecamatan Singkohor Kabupaten Aceh Singkil dan masing-masing satu titik di Kecamatan Penanggalan dan Kecamatan Rundang, Kota Subulussalam.
“Jadi totalnya hasil pantauan kita hari ini ada 10 titik panas di wilayah Provinsi Aceh,” katanya.
Zakaria menyebutkan saat ini Aceh sudah memasuki musim kemarau, yang diperkirakan akan berlangsung hingga September 2022.
Memang, lanjut dia, saat ini Aceh dilanda cuaca ekstrem berupa hujan deras disertai angin kencang yang hampir merata di seluruh Aceh. Namun, cuaca ekstrem ini tidak akan berlangsung lama.
“Untuk saat ini Aceh masih dalam musim kemarau, potensi karhutla masih terus terjadi di Aceh karena kondisi hujan ini tidak terus menerus, hanya dua atau tiga hari,” katanya.
Sebab itu, kata Zakaria, tingkat karhutla sangat tinggi di tengah musim kemarau, apalagi dengan kemunculan titik panas.
Karena pada musim seperti ini pertumbuhan awan-awan hujan di Aceh akan semakin sedikit, sehingga suhu udara panas secara otomatis akan terus naik.
Maka BMKG mengimbau warga untuk mewaspadai potensi karhutla di tengah musim kemarau. Terutama bagi warga di wilayah pantai Barat Selatan Aceh yang umumnya darah hutan gambut.
Seperti Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Kota Subulussalam hingga Kabupaten Aceh Tengah dan sekitarnya di wilayah tengah.
“Potensi cuaca cerah masih tinggi karena masih musim kemarau, sehingga masyarakat harus waspada dengan tidak membuka hutan dengan cara membakar,” katanya.
Kemudian juga warga kita minta tidak membakar sampah sembarangan, dan pastikan api sudah mati kalau mau beraktivitas yang lain, katanya lagi.
Di sisi lain, kata Zakaria, tinggi gelombang laut mencapai 4 meter atau lebih di perairan Aceh. Nelayan diminta agar tidak melaut dulu. Apabila tetap melaut maka tidak terlalu jauh dari daratan demi menjaga keselamatan.
“Kita imbau waspada potensi gelombang tinggi mencapai 4 meter atau lebih di wilayah perairan Utara Sabang, perairan Barat Aceh, Selat Malaka bagian Utara, Samudera Hindia Barat Aceh dan sekitarnya,” katanya.
Sementara di perairan Lhokseumawe, penyeberangan Banda Aceh-Sabang, dan penyeberangan Meulaboh-Simeulue ketinggian gelombang antara 0.50 - 2.50 meter.
“Ini sudah dalam kategori tinggi. Maka kalau juga harus melaut maka jangan terlalu ke tengah guna menghindari musibah," kata Zakaria.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
“Hasil pantauan hari ini, BMKG mendeteksi sebanyak 10 titik panas di wilayah Aceh,” kata Koordinator Data dan Informasi BMKG Aceh Besar Zakaria Ahmad di Banda Aceh, Selasa.
Pemantauan titik panas dilakukan menggunakan sensor Satelit NOAA, Terra, Aqua, dan Suomi NPP, sepanjang hari pada Selasa (31/5) mulai pukul 00.00 WIB hingga 16.00 WIB.
Sebanyak 10 titik panas itu, kata Zakaria, tersebar beberapa daerah meliputi dua titik di Kecamatan Bakongan, Kabupaten Aceh Selatan dan tiga titik di Kecamatan Trumon, Aceh Selatan.
Selanjutnya, tiga titik di Kecamatan Singkohor Kabupaten Aceh Singkil dan masing-masing satu titik di Kecamatan Penanggalan dan Kecamatan Rundang, Kota Subulussalam.
“Jadi totalnya hasil pantauan kita hari ini ada 10 titik panas di wilayah Provinsi Aceh,” katanya.
Zakaria menyebutkan saat ini Aceh sudah memasuki musim kemarau, yang diperkirakan akan berlangsung hingga September 2022.
Memang, lanjut dia, saat ini Aceh dilanda cuaca ekstrem berupa hujan deras disertai angin kencang yang hampir merata di seluruh Aceh. Namun, cuaca ekstrem ini tidak akan berlangsung lama.
“Untuk saat ini Aceh masih dalam musim kemarau, potensi karhutla masih terus terjadi di Aceh karena kondisi hujan ini tidak terus menerus, hanya dua atau tiga hari,” katanya.
Sebab itu, kata Zakaria, tingkat karhutla sangat tinggi di tengah musim kemarau, apalagi dengan kemunculan titik panas.
Karena pada musim seperti ini pertumbuhan awan-awan hujan di Aceh akan semakin sedikit, sehingga suhu udara panas secara otomatis akan terus naik.
Maka BMKG mengimbau warga untuk mewaspadai potensi karhutla di tengah musim kemarau. Terutama bagi warga di wilayah pantai Barat Selatan Aceh yang umumnya darah hutan gambut.
Seperti Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Kota Subulussalam hingga Kabupaten Aceh Tengah dan sekitarnya di wilayah tengah.
“Potensi cuaca cerah masih tinggi karena masih musim kemarau, sehingga masyarakat harus waspada dengan tidak membuka hutan dengan cara membakar,” katanya.
Kemudian juga warga kita minta tidak membakar sampah sembarangan, dan pastikan api sudah mati kalau mau beraktivitas yang lain, katanya lagi.
Di sisi lain, kata Zakaria, tinggi gelombang laut mencapai 4 meter atau lebih di perairan Aceh. Nelayan diminta agar tidak melaut dulu. Apabila tetap melaut maka tidak terlalu jauh dari daratan demi menjaga keselamatan.
“Kita imbau waspada potensi gelombang tinggi mencapai 4 meter atau lebih di wilayah perairan Utara Sabang, perairan Barat Aceh, Selat Malaka bagian Utara, Samudera Hindia Barat Aceh dan sekitarnya,” katanya.
Sementara di perairan Lhokseumawe, penyeberangan Banda Aceh-Sabang, dan penyeberangan Meulaboh-Simeulue ketinggian gelombang antara 0.50 - 2.50 meter.
“Ini sudah dalam kategori tinggi. Maka kalau juga harus melaut maka jangan terlalu ke tengah guna menghindari musibah," kata Zakaria.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022