Pakar Ekonomi dari Universitas Syiah Kuala (USK) Muhammad Nasir berharap penemuan cadangan minyak dan gas (Migas) di lepas pantai Aceh menjadi daya tarik pengusaha untuk berinvestasi pada sektor Migas di Tanah Rencong.
“Daerah kita ini banyak potensi Migas, tidak hanya di darat tapi juga di laut. Maka lebih banyak pengusaha akan lebih bagus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Aceh,” kata Nasir di Banda Aceh, Kamis.
Seperti diketahui cadangan Migas ditemukan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Premier Oil di Blok Andaman II Provinsi Aceh. Tepatnya terletak di 150 kilometer dari lepas pantai Pulau Rondo, Kota Sabang.
Unit usaha dari perusahaan asal Inggris Harbour Energy itu menemukan cadangan Migas di Aceh dengan volume cukup besar. Hasil pengujian di lokasi, sumur baru itu mengalirkan gas sebesar 27 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan 1.884 barel kondensat per hari (BOPD).
Nasir menilai penemuan cadangan Migas itu tentunya akan meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi paling barat Indonesia itu.
Dengan adanya rencana eksplorasi Migas tersebut maka diharapkan bisa membuka lapangan kerja yang luas bagi tenaga kerja lokal di Aceh yang masih banyak menganggur.
“Kita harap ini akan mendorong ekonomi daerah, terutama dari segi pekerja, juga bisa multiplayer efek ke daerah kita, perputaran uang di Aceh, termasuk kebutuhan industri,” katanya.
Dosen ekonomi USK itu berharap agar pemerintah daerah aktif berkoordinasi dengan perusahaan terkait tentang rencana eksplorasi cadangan Migas itu.
Karena, lanjut dia, dalam mengawal agar penemuan cadangan Migas ini dirasakan langsung manfaat oleh masyarakat, maka perlu peningkatan sinergi antara perusahaan dan pemerintah, termasuk dengan melibatkan pengusaha lokal.
“Dengan begitu kita harapkan ini akan mendorong perekonomian daerah menjadi lebih hidup,” katanya.
Nasir yakni ada banyak titik lain di Aceh yang menyimpan sumber daya Migas. Sebab itu, penemuan cadangan Migas di Blok Andaman II ini menjadi daya tarik bagi investor luar negeri untuk berinvestasi di Aceh.
Sebagai contoh, kata Nasir, sebelumnya ada perusahaan PT Medco E&P Malaka yang melakukan eksplorasi Migas di Aceh Timur, sehingga memberi dampak ekonomi yang baik bagi daerah sekitarnya.
Kemudian, saat ini penemuan cadangan Migas di Blok Andaman II yang berjarak 150 kilometer dari lepas pantai Kota Sabang. Tentunya ke depan, diharapkan terus ada penemuan titik cadangan Migas lain sehingga memberi kesejahteraan bagi masyarakat.
“Kalau ini perusahaan Inggris, mungkin ke depan akan ada perusahaan dari Uni Emirat Arab yang bisa eksplorasi Migas di Aceh, sehingga perusahaan makin kompetitif, aglomerasi juga kelihatan, industri daerah semakin tumbuh,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
“Daerah kita ini banyak potensi Migas, tidak hanya di darat tapi juga di laut. Maka lebih banyak pengusaha akan lebih bagus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Aceh,” kata Nasir di Banda Aceh, Kamis.
Seperti diketahui cadangan Migas ditemukan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Premier Oil di Blok Andaman II Provinsi Aceh. Tepatnya terletak di 150 kilometer dari lepas pantai Pulau Rondo, Kota Sabang.
Unit usaha dari perusahaan asal Inggris Harbour Energy itu menemukan cadangan Migas di Aceh dengan volume cukup besar. Hasil pengujian di lokasi, sumur baru itu mengalirkan gas sebesar 27 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan 1.884 barel kondensat per hari (BOPD).
Nasir menilai penemuan cadangan Migas itu tentunya akan meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi paling barat Indonesia itu.
Dengan adanya rencana eksplorasi Migas tersebut maka diharapkan bisa membuka lapangan kerja yang luas bagi tenaga kerja lokal di Aceh yang masih banyak menganggur.
“Kita harap ini akan mendorong ekonomi daerah, terutama dari segi pekerja, juga bisa multiplayer efek ke daerah kita, perputaran uang di Aceh, termasuk kebutuhan industri,” katanya.
Dosen ekonomi USK itu berharap agar pemerintah daerah aktif berkoordinasi dengan perusahaan terkait tentang rencana eksplorasi cadangan Migas itu.
Karena, lanjut dia, dalam mengawal agar penemuan cadangan Migas ini dirasakan langsung manfaat oleh masyarakat, maka perlu peningkatan sinergi antara perusahaan dan pemerintah, termasuk dengan melibatkan pengusaha lokal.
“Dengan begitu kita harapkan ini akan mendorong perekonomian daerah menjadi lebih hidup,” katanya.
Nasir yakni ada banyak titik lain di Aceh yang menyimpan sumber daya Migas. Sebab itu, penemuan cadangan Migas di Blok Andaman II ini menjadi daya tarik bagi investor luar negeri untuk berinvestasi di Aceh.
Sebagai contoh, kata Nasir, sebelumnya ada perusahaan PT Medco E&P Malaka yang melakukan eksplorasi Migas di Aceh Timur, sehingga memberi dampak ekonomi yang baik bagi daerah sekitarnya.
Kemudian, saat ini penemuan cadangan Migas di Blok Andaman II yang berjarak 150 kilometer dari lepas pantai Kota Sabang. Tentunya ke depan, diharapkan terus ada penemuan titik cadangan Migas lain sehingga memberi kesejahteraan bagi masyarakat.
“Kalau ini perusahaan Inggris, mungkin ke depan akan ada perusahaan dari Uni Emirat Arab yang bisa eksplorasi Migas di Aceh, sehingga perusahaan makin kompetitif, aglomerasi juga kelihatan, industri daerah semakin tumbuh,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022