Seorang terduga teroris jaringan Jamaah Islamiyah (JI) berinisial IS (37) yang juga pemimpin pondok pesantren (Mudir) Al-Hidayah di Desa Sidodadi, Kecamatan Kejuruan Muda, Aceh Tamiang sudah menyerahkan diri kepada Densus 88 melalui perangkat desa setempat.
Datok Penghulu (Kepala Desa) Sidodadi Ponirun di Aceh Tamiang, Kamis, mengatakan warganya atas nama IS-Ar menyerahkan diri pada hari Rabu (3/8) sekitar pukul 15.20 WIB di kantor datok penghulu desa setempat.
Sebelumnya pria yang disebut sebagai koordinator jaringan teroris JI wilayah Aceh ini sempat kabur pascapenggerebekan oleh aparat Densus 88 Antiteror (AT) Mabes Polri di Ponpes Al Hidayah pada 22 Juli 2022.
Baca juga: 13 teroris jaringan Aceh ditangkap
“Iya IS menyerahkan diri atas keinginan sendiri. Dia (IS) kami bawa ke kantor datok untuk diamankan, kemudian datang pihak Densus 88 untuk menangkapnya,” kata Ponirun.
Selama ini IS-Ar tercatat sebagai Mudir atau pimpinan pesantren Al-Hidayah. Ayah empat orang anak ini bersama istrinya merupakan pendatang dari Pulau Jawa dan sudah menetap di Desa Sidodadi jadi pengurus pesantren sejak 2004.
Dengan menyerahnya Mudir Al-Hidayah ini berarti jumlah keseluruhan warga Aceh Tamiang yang terlibat jaringan teroris ditangkap Densus 88 bertambah jadi sembilan orang.
Baca juga: Ini profesi delapan warga Aceh Tamiang yang ditangkap Densus 88
Dijelaskan Ponirun sebelum menyerahkan diri IS sempat menghubungi/telepon salah satu perangkat Desa Sidodadi. Saat itu datok Ponirun dan perangkatnya sedang ada musyawarah untuk persiapan lepas baiat majelis pengajian. Saat ditanya posisi terduga teroris tersebut sudah berada di rumahnya Kampung Sidodadi.
“Jadi jam 15.00 WIB itu salah satu anggota MDSK kita dihubungi dia (IS). Saya terkejut juga karena tiba-tiba dia sudah kembali ke pesantren. Begitu kita tanya pada malam Rabu itu saat mati lampu dan hujan lebat dia IS pulang ke rumah naik mobil kita enggak ada yang tahu. Gitu ceritanya, makanya kita terkejut,” jelasnya.
Setelah mendapat kabar tersebut datok dan perangkatnya memastikan IS harus bisa dibawa ke kantor desa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Begitu IS sudah berada di kantor, datok Ponirun berinisiatif menghubungi pihak Densus 88 atas nama Ari Wisnu sebagai penanggungjawab.
Lewat komunikasi telepon seluler pihak desa bersedia mengantar tersangka IS yang sudah menyerahkan diri kepada Densus 88. Namun pihak Densus akan datang ke lokasi menjemput terduga teroris tersebut.
Menurutnya personel Densus 88 yang datang ke kantor datok Desa Sidodadi hanya berjumlah sedikit menggunakan mobil pribadi. Aparat Antiteror tersebut juga tidak memakai seragam dan sejata lengkap.
Selepas Salat Ashar, pimpinan pesantren Al-Hidayah yang terpapar jaringan terorisme tersebut diboyong ke arah Banda Aceh.
“Itulah memang kronologi yang ada. Dia kami amankan di kantor datok supaya tidak berubah pikiran melarikan diri lagi, bukan ditangkap di kantor datok,” ungkap Ponirun seraya mengklarifikasi pemberitaan yang beredar bahwa IS pimpinan Ponpes Al-Hidayah bukan ditangkap paksa Densus 88 dari kantor datok, tapi dia memang menyerahkan diri.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
Datok Penghulu (Kepala Desa) Sidodadi Ponirun di Aceh Tamiang, Kamis, mengatakan warganya atas nama IS-Ar menyerahkan diri pada hari Rabu (3/8) sekitar pukul 15.20 WIB di kantor datok penghulu desa setempat.
Sebelumnya pria yang disebut sebagai koordinator jaringan teroris JI wilayah Aceh ini sempat kabur pascapenggerebekan oleh aparat Densus 88 Antiteror (AT) Mabes Polri di Ponpes Al Hidayah pada 22 Juli 2022.
Baca juga: 13 teroris jaringan Aceh ditangkap
“Iya IS menyerahkan diri atas keinginan sendiri. Dia (IS) kami bawa ke kantor datok untuk diamankan, kemudian datang pihak Densus 88 untuk menangkapnya,” kata Ponirun.
Selama ini IS-Ar tercatat sebagai Mudir atau pimpinan pesantren Al-Hidayah. Ayah empat orang anak ini bersama istrinya merupakan pendatang dari Pulau Jawa dan sudah menetap di Desa Sidodadi jadi pengurus pesantren sejak 2004.
Dengan menyerahnya Mudir Al-Hidayah ini berarti jumlah keseluruhan warga Aceh Tamiang yang terlibat jaringan teroris ditangkap Densus 88 bertambah jadi sembilan orang.
Baca juga: Ini profesi delapan warga Aceh Tamiang yang ditangkap Densus 88
Dijelaskan Ponirun sebelum menyerahkan diri IS sempat menghubungi/telepon salah satu perangkat Desa Sidodadi. Saat itu datok Ponirun dan perangkatnya sedang ada musyawarah untuk persiapan lepas baiat majelis pengajian. Saat ditanya posisi terduga teroris tersebut sudah berada di rumahnya Kampung Sidodadi.
“Jadi jam 15.00 WIB itu salah satu anggota MDSK kita dihubungi dia (IS). Saya terkejut juga karena tiba-tiba dia sudah kembali ke pesantren. Begitu kita tanya pada malam Rabu itu saat mati lampu dan hujan lebat dia IS pulang ke rumah naik mobil kita enggak ada yang tahu. Gitu ceritanya, makanya kita terkejut,” jelasnya.
Setelah mendapat kabar tersebut datok dan perangkatnya memastikan IS harus bisa dibawa ke kantor desa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Begitu IS sudah berada di kantor, datok Ponirun berinisiatif menghubungi pihak Densus 88 atas nama Ari Wisnu sebagai penanggungjawab.
Lewat komunikasi telepon seluler pihak desa bersedia mengantar tersangka IS yang sudah menyerahkan diri kepada Densus 88. Namun pihak Densus akan datang ke lokasi menjemput terduga teroris tersebut.
Menurutnya personel Densus 88 yang datang ke kantor datok Desa Sidodadi hanya berjumlah sedikit menggunakan mobil pribadi. Aparat Antiteror tersebut juga tidak memakai seragam dan sejata lengkap.
Selepas Salat Ashar, pimpinan pesantren Al-Hidayah yang terpapar jaringan terorisme tersebut diboyong ke arah Banda Aceh.
“Itulah memang kronologi yang ada. Dia kami amankan di kantor datok supaya tidak berubah pikiran melarikan diri lagi, bukan ditangkap di kantor datok,” ungkap Ponirun seraya mengklarifikasi pemberitaan yang beredar bahwa IS pimpinan Ponpes Al-Hidayah bukan ditangkap paksa Densus 88 dari kantor datok, tapi dia memang menyerahkan diri.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022