Wali Nanggroe Aceh Tgk Malik Mahmud Al-Haytar menyatakan bahwa pihaknya sedang mempersiapkan sebuah badan khusus berperan untuk mengelola hutan di tanah rencong.
"Kita komit menjaga hutan, karena itu saat ini kami sedang mempersiapkan badan pengelola sumber daya hutan di Aceh," kata Tgk Malik Mahmud, di Aceh Besar, Rabu.
Hal itu disampaikan Tgk Malik Mahmud Al-Haytar saat menjadi pembicara dalam diskusi agenda iklim (tentang peluang baru dalam realitas baru) bersama pihak Federasi Rusia secara virtual, di Aceh Besar.
Malik mengatakan pembentukan badan tersebut penting supaya Aceh dapat mengelola hutan secara mandiri terhadap potensi karbon yang diperkirakan mencapai 6 juta ton CO2e (Carbon Dioxide Equivalent) per tahun.
Aceh berkomitmen untuk memainkan peran dalam mitigasi perubahan iklim. Misalnya, mendukung beberapa inisiatif sektor swasta untuk proyek REDD+ (Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan) yang akan melindungi ratusan ribu hektare hutan dan simpanan karbon yang dikandungnya.
Proyek-proyek itu, kata Malik, juga akan berdampak positif pada ekonomi lokal karena akan mempekerjakan banyak komunitas lokal dalam pekerjaan yang diperlukan untuk melindungi, dan bahkan memulihkan hutan kita yang kaya secara biologis.
"Saya telah membuat permohonan khusus kepada kelompok masyarakat sipil di Aceh untuk memperkuat pekerjaan yang telah mereka lakukan untuk melindungi simpanan karbon kita," ujarnya.
Malik menuturkan, semua pihak sangat menyadari adanya dampak perubahan iklim saat ini, di mana musim kemarau dan hujan hampir tak menentu seperti yang terjadi di Aceh saat ini.
Kata Malik, daerah paling ujung sumatera ini permukaan lautnya satu meter sehingga mengakibatkan pemanasan global, akan menenggelamkan setidaknya 25 persen dari ibu kota ini serta banjiri banyak kota pesisir lainnya.
"Peningkatan curah hujan diprediksi berdasarkan model perubahan iklim saat ini, Aceh akan lebih banyak tanah longsor dan erosi yang dipercepat dari interior pegunungan yang menutupi sebagian besar negara bagian kita," kata Malik.
Karena itu, dirinya mengajak semua pihak terutama Pemerintah Aceh untuk dapat mengatasi perubahan iklim tersebut, dengan terus menjaga hutan termasuk satwa-satwa yang dilindungi.
"Hutan kita terutama Leuser masih bagus, maka ini kesempatan kita untuk menjaga agar benar-benar dikelola secara baik," demikian Malik Mahmud.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
"Kita komit menjaga hutan, karena itu saat ini kami sedang mempersiapkan badan pengelola sumber daya hutan di Aceh," kata Tgk Malik Mahmud, di Aceh Besar, Rabu.
Hal itu disampaikan Tgk Malik Mahmud Al-Haytar saat menjadi pembicara dalam diskusi agenda iklim (tentang peluang baru dalam realitas baru) bersama pihak Federasi Rusia secara virtual, di Aceh Besar.
Malik mengatakan pembentukan badan tersebut penting supaya Aceh dapat mengelola hutan secara mandiri terhadap potensi karbon yang diperkirakan mencapai 6 juta ton CO2e (Carbon Dioxide Equivalent) per tahun.
Aceh berkomitmen untuk memainkan peran dalam mitigasi perubahan iklim. Misalnya, mendukung beberapa inisiatif sektor swasta untuk proyek REDD+ (Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan) yang akan melindungi ratusan ribu hektare hutan dan simpanan karbon yang dikandungnya.
Proyek-proyek itu, kata Malik, juga akan berdampak positif pada ekonomi lokal karena akan mempekerjakan banyak komunitas lokal dalam pekerjaan yang diperlukan untuk melindungi, dan bahkan memulihkan hutan kita yang kaya secara biologis.
"Saya telah membuat permohonan khusus kepada kelompok masyarakat sipil di Aceh untuk memperkuat pekerjaan yang telah mereka lakukan untuk melindungi simpanan karbon kita," ujarnya.
Malik menuturkan, semua pihak sangat menyadari adanya dampak perubahan iklim saat ini, di mana musim kemarau dan hujan hampir tak menentu seperti yang terjadi di Aceh saat ini.
Kata Malik, daerah paling ujung sumatera ini permukaan lautnya satu meter sehingga mengakibatkan pemanasan global, akan menenggelamkan setidaknya 25 persen dari ibu kota ini serta banjiri banyak kota pesisir lainnya.
"Peningkatan curah hujan diprediksi berdasarkan model perubahan iklim saat ini, Aceh akan lebih banyak tanah longsor dan erosi yang dipercepat dari interior pegunungan yang menutupi sebagian besar negara bagian kita," kata Malik.
Karena itu, dirinya mengajak semua pihak terutama Pemerintah Aceh untuk dapat mengatasi perubahan iklim tersebut, dengan terus menjaga hutan termasuk satwa-satwa yang dilindungi.
"Hutan kita terutama Leuser masih bagus, maka ini kesempatan kita untuk menjaga agar benar-benar dikelola secara baik," demikian Malik Mahmud.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022