Bupati sekaligus Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Aceh Tamiang, Mursil menyatakan tidak setuju dengan rencana penundaan Pekan Olahraga Aceh (PORA) XIV di Pidie.

“Apabila ditunda kontingen Aceh Tamiang justru terancam tidak bisa berangkat ke PORA karena ketiadaan anggaran,” kata Mursil di Pendopo Kuala Simpang, Aceh Tamiang, Jumat.

Pemda Aceh Tamiang, jelas dia sudah memplotkan anggaran untuk belanja atlet dari alat kelengkapan, pembinaan cabang olahraga/Cabor hingga biaya keberangkatan di tahun 2022.

Sementara kalau PORA dilaksanakan Juni 2023 maka anggaran untuk keberangkatan tidak ada lagi karena tidak ada diusulkan dalam APBK murni 2023.

Baca juga: PORA XlV Pidie 2022 ditunda, ini alasannya

“Nah, kalau PORA ditunda Aceh Tamiang tidak punya anggaran lagi tahun depan. Kami justru yang tidak bisa berangkat ke Pidie,” ucapnya lagi.

Saat ini, Mursil mengatakan KONI Aceh Tamiang tidak ada mengusulkan anggaran PORA pada APBK TA 2023. Tiba-tiba mendapat kabar PORA akan ditunda di tengah jalan, sehingga untuk mengusulkan anggaran tahun depan sudah terlambat.

“Pembahasan APBK murni sudah final, seluruh RKA (rencana kerja anggaran) sudah masuk KUA-PPAS tinggal tunggu pengesahan jadi tidak mungkin lagi berharap di APBK 2023,” bebernya.

Baca juga: Bupati Aceh Tengah tolak penundaan PORA

Selain masalah anggaran, Mursil juga mengusulkan perlu ada konsolidasi KONI se Aceh untuk memutuskan event empat tahunan tersebut tetap berlangsung sesuai jadwal yakni November 2022.

“Kita minta agar KONI Provinsi Aceh mengambil sikap memanggil semua pengurus KONI se Aceh untuk mendengarkan pendapat masing-masing KONI Kabupaten/Kota. Langkah ini harus cepat, karena tidak cukup dengan argumentasi maupun statement-statement dari masing-masing KONI di daerah saja, karena bakal tidak selesai,” imbuhnya.

Usulan KONI Aceh Tamiang ini disampaikan Mursil setelah tuan rumah Kabupaten Pidie minta pelaksanaan PORA ditunda hingga 2023 karena alasan belum selesai pembangunan venue. Oleh karena itu Mursil berpendapat harus dilakukan pergeseran venue di daerah Aceh lain yang memiliki fasilitas olahraga lengkap. Karena sudah ada daerah yang menyatakan siap bila ditunjuk sebagai tuan rumah PORA 2022.

Baca juga: PORA Ke-XIV, harus dilaksanakan tahun 2022 kata Mualem

“Untuk pemindahan venue mungkin bisa di Aceh Besar yang baru melaksanakan PORA 2018, atau Banda Aceh yang lebih lengkap dengan fasilitas pendukung. Aceh Timur juga sudah menawarkan diri bisa dijadikan alternatif tuan rumah pergeseran venue PORA tahun ini,” saran Mursil didampingi Ketua Harian Muhammad Husen Daud dan Kabid Humas Dede Harison.

Ketua Harian KONI Aceh Tamiang, M Husen Daud menambahkan dampak penundaan PORA sudah pasti akan mengorbankan prestasi atlet-atlet Aceh termasuk atlet Aceh Tamiang. Pihaknya berharap kepada Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki dan Ketum KONI Aceh Muzakir Manaf atau Mualem mau menerima masukan dan saran dari KONI 23 kabupaten/kota dengan segala pertimbangan dapat memutuskan PORA ke XIV tetap digelar tahun ini.

“Karena dengan penundaan akan mengorbankan prestasi atlet. Di mana, kalau PORA dilaksanakan sesuai jadwal, atlet yang mendapat medali emas akan direkrut ke atlet PON 2024 Aceh-Sumut. Apabila PORA ini ditunda hingga Juni 2023 mendatang atlet daerah yang berprestasi maka karirnya berhenti tidak ada waktu lagi masuk ke Pelatda menuju PON,” tambahnya.

Menurut M Husen sejauh ini masing-masing Cabor sudah melakukan persiapan menuju trening center (TC). Adapun jumlah Cabor yang akan berlaga di PORA 2022 Pidie sebanyak 21 terdiri dari 131 atlet ditambah official/pelatih sebanyak 62 orang.

Pewarta: Dede Harison

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022