Kementerian Keuangan RI menyatakan Aceh harus memanfaatkan pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19 untuk memperkuat industri hilir, dengan segala potensi yang ada di wilayah Tanah Rencong itu.
“Ini momentum kalau dulu kita kurang, maka sekarang kita perkuat, contohnya kegiatan (industri) hilir yang dulu kita tidak kuat,” kata Kepala Perwakilan Kemenkeu Provinsi Aceh Safuadi di Banda Aceh, Rabu.
Safuadi menjelaskan sistem ekonomi nasional sangat terganggu selama pandemi. Begitu juga dengan Aceh, namun tidak separah provinsi - provinsi lain di Tanah Air yang memiliki industri manufaktur.
Baca juga: Kemenkeu: Perlu penataan ulang struktur ekonomi Aceh
Sedangkan Aceh, lanjut dia, belum memiliki industri manufaktur. Kontribusi pertumbuhan ekonomi Aceh paling besar dari sektor pertanian dan perikanan, dan bahkan tidak saling terkoneksi sehingga tidak berpengaruh besar saat pandemi.
“Sementara di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, misalnya, itu pabrik bekerja interkoneksi, sehingga kalau satu terkena, semua bermasalah. Di Aceh dampak ekonomi akibat pandemi ada, tapi tidak seberat daerah yang tumbuh industri manufaktur,” katanya.
Baca juga: Kemenkeu sebut penerimaan pajak capai Rp679,99 triliun
Dia menambahkan, pandemi akan segera berakhir. Pemulihan ekonomi akan terus berlangsung dengan berbagai program pemerintah. Karena itu, Aceh harus memanfaatkan momentum itu untuk bangkit memperkuat dengan industri hilir.
Kata Safuadi, sudah saatnya Aceh menyiapkan pengembangan ekonomi di hilir seperti pabrik gula, minyak goreng, telur, dan komoditas lainnya. Minimal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar tidak terus ketergantungan dari daerah lain.
Baca juga: Pemerintah sempurnakan instrumen pajak karbon
“Pabrik gula misalnya, kita sangat tergantung dengan Lampung. Karena kita potensi ada, minimal memenuhi kebutuhan masyarakat kita sendiri seperti gula, telur, minyak goreng, yang sudah harus kita rintis mulai sekarang,” katanya.
Saat ini, menurut dia, sudah mulai ada pengusaha Aceh melirik pengembangan industri hilir, yang akan membangun pabrik gula mini di lahan seluas 3 hektare di Kabupaten Bener Meriah, dengan kapasitas awal sebanyak 100 TDC.
“Jadi mudah-mudahan faktor pandemi kemarin akan mengubah struktur bisnis Aceh, struktur ekonomi di Aceh yang membuat Aceh bisa menjadi mandiri, karena kita punya modal luar biasa,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
“Ini momentum kalau dulu kita kurang, maka sekarang kita perkuat, contohnya kegiatan (industri) hilir yang dulu kita tidak kuat,” kata Kepala Perwakilan Kemenkeu Provinsi Aceh Safuadi di Banda Aceh, Rabu.
Safuadi menjelaskan sistem ekonomi nasional sangat terganggu selama pandemi. Begitu juga dengan Aceh, namun tidak separah provinsi - provinsi lain di Tanah Air yang memiliki industri manufaktur.
Baca juga: Kemenkeu: Perlu penataan ulang struktur ekonomi Aceh
Sedangkan Aceh, lanjut dia, belum memiliki industri manufaktur. Kontribusi pertumbuhan ekonomi Aceh paling besar dari sektor pertanian dan perikanan, dan bahkan tidak saling terkoneksi sehingga tidak berpengaruh besar saat pandemi.
“Sementara di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, misalnya, itu pabrik bekerja interkoneksi, sehingga kalau satu terkena, semua bermasalah. Di Aceh dampak ekonomi akibat pandemi ada, tapi tidak seberat daerah yang tumbuh industri manufaktur,” katanya.
Baca juga: Kemenkeu sebut penerimaan pajak capai Rp679,99 triliun
Dia menambahkan, pandemi akan segera berakhir. Pemulihan ekonomi akan terus berlangsung dengan berbagai program pemerintah. Karena itu, Aceh harus memanfaatkan momentum itu untuk bangkit memperkuat dengan industri hilir.
Kata Safuadi, sudah saatnya Aceh menyiapkan pengembangan ekonomi di hilir seperti pabrik gula, minyak goreng, telur, dan komoditas lainnya. Minimal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar tidak terus ketergantungan dari daerah lain.
Baca juga: Pemerintah sempurnakan instrumen pajak karbon
“Pabrik gula misalnya, kita sangat tergantung dengan Lampung. Karena kita potensi ada, minimal memenuhi kebutuhan masyarakat kita sendiri seperti gula, telur, minyak goreng, yang sudah harus kita rintis mulai sekarang,” katanya.
Saat ini, menurut dia, sudah mulai ada pengusaha Aceh melirik pengembangan industri hilir, yang akan membangun pabrik gula mini di lahan seluas 3 hektare di Kabupaten Bener Meriah, dengan kapasitas awal sebanyak 100 TDC.
“Jadi mudah-mudahan faktor pandemi kemarin akan mengubah struktur bisnis Aceh, struktur ekonomi di Aceh yang membuat Aceh bisa menjadi mandiri, karena kita punya modal luar biasa,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022