Meulaboh (ANTARA Aceh) - Pembangunan jaringan Irigasi Lhok Guci di Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, sudah terealisasi 30-35 persen dari target 14 kilometer jaringan sekunder tahun 2016.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pembangunan Irigasi Lhok Guci, Mulya, di Meulaboh, Sabtu, mengatakan, selama 2016 Kementerian Pekerjaan Umum menganggarkan Rp67 miliar untuk pembangunan sepanjang 14 km, pengerjaan fisik telah menyerap anggaran 35 persen atau sekitar Rp19 miliar.

"Kita optimistis pekerjaan bisa selesai, masih ada waktu sekitar 1,5 tahun lagi. Sekarang pun bobotnya sudah mencapai 30 sampai 35 persen untuk dua paket 2016 dengan serapan anggaran sekitar Rp19 miliar," katanya kepada wartawan di lokasi.

Mulya menjelaskan, pemerintah pusat mengucurkan total anggaran APBN Rp300 miiliar untuk pembangunan jaringan irigasi Lhok Guci sepanjang 25 km, kegiatan itu dikerjakan dalam dua paket dengan target penuntasan pekerjaan akhir 2017.

Untuk tahun pertama 2016 sejak dimulainya pekerjaan ditergetkan tuntas sepanjang 14 km yang dikerjakan secara bersamaan oleh pihak rekanan, masing-masing kontraktor mengerjakan sepanjang 7 km di lokasi yang telah di survey sebelumnya itu.

Kata dia saat ini sepanjang 3,2 km pembangunan irigasi skunder itu sedang dikerjakan oleh tiga rekanan, paket pertama dikerjakan oleh PT Brantas Abipraya (Persero) Join Operations dengan PT Pelita Nusa Perkasa, kemudian paket kedua dikerjakan oleh PT Nidya Karya (Persero).

"Kondisi awal lokasi di situ hutan kecil dan rawa, kemudian pekerjaan dimulai dengan penggalian dan penimbunan. Kalau saluran induk itu pembangunannya 6 meter dan sisi datarnya 3 meter, malahan untuk paket kedua itu lebih bagus," jelasnya.

Lebih lanjut dikatakan, awal pembangunan lanjutan irigasi sekunder di Aceh Barat padaJanuari 2016, target pengerjaan dipastikan tidak akan bergeser dari rencana meskipun ada kendala kecil berupa faktor alam.

menurut Mulya,  belum ditemukan hambatan besar dalam proses pekerjaan, kecuali terpaksa dihentikan apabila hujan karena kondisi tanah timbunan labil ketika terkena curahan air.

Untuk mengejar target waktu penuntasan tidak molor dan sesuai target, maka pekerjaan terpaksa dilakukan pada malam hari (siang malam), sebab apabila diguyur hujan maka alat berat tidak bisa bekerja diatas tanah timbunan yang labil.

"Kalau hujan seperti ini tidak bisa kerja, jadi kerjanya malam. Kita siang malam kerja untuk mengejar target dan mengantisipasi cuaca ini, karena bila tiba-tiba bisa hujan tidak bisa kerja, itu yang kita jaga sekali,"katanya menambahkan.

Pewarta: Anwar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2016