Penutupan carnival Putroe Phang yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh berlangsung meriah dengan adanya atraksi kembang api di taman peninggalan Sultan Iskandar Muda itu.
Carnival yang berlangsung selama tiga hari tersebut telah ditutup secara resmi oleh Kabid Sejarah dan Nilai Budaya Disbudpar Aceh, Evi Mayasari.
"Ini merupakan terobosan baru yang dibuat, dalam memperkenalkan sejarah," kata Evi Mayasari dalam keterangannya yang diterima di Banda Aceh, Selasa.
Evi mengingatkan anak muda, khususnya generasi Z untuk terus menelusuri sejarah, jika tidak nantinya sangat sulit didapatkan. Apalagi di tengah kencangnya teknologi digital, di mana anak muda semakin jarang ke situs sejarah.
Karena itu, Disbudpar Aceh menggandeng penyelenggara selaku tim kreatif untuk menggagas event keren dan menarik minat semua lapisan, akhirnya Carnival Putroe Phang digelar dengan konsep yang menarik.
"Penting bagi kita menarik minat anak muda, karena di Banda Aceh ada 64 bangunan sejarah, tetapi hanya beberapa yang sering dikunjungi," ujarnya.
Lewat kegiatan carnival Putroe Phang ini, Evi ingin generasi Aceh mengenang situs sejarah Aceh, bukan hanya untuk mengetahui namanya saja, melainkan memahami sejarah dibalik semua itu.
Sebelumnya, Parade kostum carnival dan kerajaan menjadi momen yang paling mendapat antusiasme pengunjung di Carnival Putroe Phang.
Kreatifnya, para perancang busana dalam mendesain kostum mendapatkan apresiasi dari para pengunjung. Mereka memberikan aplaus untuk setiap kostum unik-unik yang dipamerkan.
Kostum yang ditampilkan mulai tema sate, tudung, pintu Aceh, hingga migas. Semua karya didesain dengan unik dan paduan warna yang indah. Parade kostum itu dibagi dalam dua sesi, untuk sesi pertama yaitu kostum carnival berlangsung, Minggu (13/11/2022) malam. Sedangkan untuk kostum kerajaan berlangsung pada, Senin (14/11/2022).
Carnival Putroe Phang diselenggarakan oleh Disbudpar Aceh untuk mengajak warga berwisata sejarah ke Taman Putroe Phang, Banda Aceh. Pasalnya taman itu merupakan situs peninggalan Sultan Iskandar Muda.
Kepala Disbudpar Aceh Almuniza Kamal saat pembukaan menyampaikan bahwa carnival tersebut bagian dari upaya Pemerintah Aceh melestarikan warisan indatu yang hingga saat ini masih bisa dinikmati.
“Event ini juga untuk mempromosikan destinasi wisata sejarah dan keberagaman budaya yang ada di Aceh kepada masyarakat luas,” kata Almuniza Kamal.
Taman Putroe Phang, kata Almuniza, salah satu bukti nyata warisan budaya dan sejarah yang menunjukkan masa kejayaan Aceh di masa Kesultanan Iskandar Muda dan sudah menjadi kewajiban bersama untuk melestarikan warisan leluhur ini. Diharapkan, generasi muda Aceh bisa menjaga artefak ini.
"Saya berharap seluruh rekan-rekan Aceh maupun yang ada di luar Aceh mari kita menjaga warisan ini, seperti tagline kita ‘Lestarikan Budaya, Majukan Pariwisata’," ujarnya.
Dirinya juga berharap dengan melaksanakan event tersebut akan menjaga seluruh potensi alam, dan sejarah yang dimiliki oleh Aceh.
"Mari menjaga kebersihan jangan membuang sampah sembarangan, dan saya berharap ruang publik seperti toilet ataupun tempat sholat terjaga dengan baik,” demikian Almuniza Kamal.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
Carnival yang berlangsung selama tiga hari tersebut telah ditutup secara resmi oleh Kabid Sejarah dan Nilai Budaya Disbudpar Aceh, Evi Mayasari.
"Ini merupakan terobosan baru yang dibuat, dalam memperkenalkan sejarah," kata Evi Mayasari dalam keterangannya yang diterima di Banda Aceh, Selasa.
Evi mengingatkan anak muda, khususnya generasi Z untuk terus menelusuri sejarah, jika tidak nantinya sangat sulit didapatkan. Apalagi di tengah kencangnya teknologi digital, di mana anak muda semakin jarang ke situs sejarah.
Karena itu, Disbudpar Aceh menggandeng penyelenggara selaku tim kreatif untuk menggagas event keren dan menarik minat semua lapisan, akhirnya Carnival Putroe Phang digelar dengan konsep yang menarik.
"Penting bagi kita menarik minat anak muda, karena di Banda Aceh ada 64 bangunan sejarah, tetapi hanya beberapa yang sering dikunjungi," ujarnya.
Lewat kegiatan carnival Putroe Phang ini, Evi ingin generasi Aceh mengenang situs sejarah Aceh, bukan hanya untuk mengetahui namanya saja, melainkan memahami sejarah dibalik semua itu.
Sebelumnya, Parade kostum carnival dan kerajaan menjadi momen yang paling mendapat antusiasme pengunjung di Carnival Putroe Phang.
Kreatifnya, para perancang busana dalam mendesain kostum mendapatkan apresiasi dari para pengunjung. Mereka memberikan aplaus untuk setiap kostum unik-unik yang dipamerkan.
Kostum yang ditampilkan mulai tema sate, tudung, pintu Aceh, hingga migas. Semua karya didesain dengan unik dan paduan warna yang indah. Parade kostum itu dibagi dalam dua sesi, untuk sesi pertama yaitu kostum carnival berlangsung, Minggu (13/11/2022) malam. Sedangkan untuk kostum kerajaan berlangsung pada, Senin (14/11/2022).
Carnival Putroe Phang diselenggarakan oleh Disbudpar Aceh untuk mengajak warga berwisata sejarah ke Taman Putroe Phang, Banda Aceh. Pasalnya taman itu merupakan situs peninggalan Sultan Iskandar Muda.
Kepala Disbudpar Aceh Almuniza Kamal saat pembukaan menyampaikan bahwa carnival tersebut bagian dari upaya Pemerintah Aceh melestarikan warisan indatu yang hingga saat ini masih bisa dinikmati.
“Event ini juga untuk mempromosikan destinasi wisata sejarah dan keberagaman budaya yang ada di Aceh kepada masyarakat luas,” kata Almuniza Kamal.
Taman Putroe Phang, kata Almuniza, salah satu bukti nyata warisan budaya dan sejarah yang menunjukkan masa kejayaan Aceh di masa Kesultanan Iskandar Muda dan sudah menjadi kewajiban bersama untuk melestarikan warisan leluhur ini. Diharapkan, generasi muda Aceh bisa menjaga artefak ini.
"Saya berharap seluruh rekan-rekan Aceh maupun yang ada di luar Aceh mari kita menjaga warisan ini, seperti tagline kita ‘Lestarikan Budaya, Majukan Pariwisata’," ujarnya.
Dirinya juga berharap dengan melaksanakan event tersebut akan menjaga seluruh potensi alam, dan sejarah yang dimiliki oleh Aceh.
"Mari menjaga kebersihan jangan membuang sampah sembarangan, dan saya berharap ruang publik seperti toilet ataupun tempat sholat terjaga dengan baik,” demikian Almuniza Kamal.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022