Ketua MPR RI Bambang Soesatyo atau yang sering dipanggil Bamsoet saat mengisi studi umum FHISIP Universitas Terbuka di Bali mengajak anak muda memanfaatkan teknologi digital untuk berwirausaha membangun usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
"Pertama handphone, itu adalah sumber pendapatan kita, jangan hanya pakai handphone untuk bertukar pesan tapi sebesar-besarnya sarana memperoleh uang apalagi untuk masuk dunia digital," kata dia di Denpasar, Bali, Minggu.
Ketua MPR RI itu menyadari bahwa membangun UMKM merupakan hal yang sulit ketika anak muda dihadapkan pada keraguan dan kemalasan, namun saat ini kemudahan juga tersedia karena seluruh ruang terbuka, sehingga lebih mudah menjadi pengusaha di era digitalisasi.
Selain itu, sebagian besar anak muda khususnya yang hadir mendengarkan mengaku sudah memiliki pekerjaan, sehingga selain teknologi digital, jejaring menjadi salah satu faktor pendukung dalam memulai usaha.
Dalam studi umum yang membahas peran UMKM dalam menghadapi persaingan global pascapandemi itu, Bamsoet menyampaikan fakta sejarah soal krisis ekonomi pada 1998 yang tidak mampu mempengaruhi ekonomi Indonesia karena kemunculan UMKM.
"Sejarah membuktikan dalam perjalanan bangsa kita mulai krisis moneter 1998 dan 2008 itu UMKM jadi salah satu jalan keluar dan yang mampu bertahan terhadap situasi, sehingga dalam keadaan pasca pandemi COVID-19 dan krisis global sekarang menurut saya salah satu caranya memperkuat sektor UMKM," ujarnya.
Untuk menggaet anak muda memulai wirausaha serta memanfaatkan teknologi digital untuk mengembangkannya, Bamsoet menyebutkan sejumlah upaya pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
"Ada regulasi mulai dari kredit usaha rakyat bunga rendah, program pinjaman tanpa agunan, dan lainnya, itu adalah cara pemerintah memperbanyak UMKM, tinggal bagaimana kita memberikan literasi, dukungan, inspirasi dan mendorong anak muda menjadi UMKM-UMKM baru," kata mantan Ketua DPR RI itu.
Dalam menghadapi tantangan pascapandemi COVID-19 ini, Bamsoet juga menyarankan kepada masyarakat terdampak seperti pekerja atau buruh yang diberhentikan agar memanfaatkan situasi untuk mulai berbisnis.
"Tidak boleh putus asa, buka UMKM baru, kalau perlu kembali ke desa, berbisnis, membuka usaha di desa, manfaatkan teknologi digital, kita bisa mendunia karena teknologi. Gali sumber pertanian, budaya, dan kerajinan itu banyak yang berhasil," kata dia memberi solusi.
Demi mendukung perekonomian ke depan, Bamsoet menilai penting untuk meningkatkan kuantitas wirausahawan, apalagi melihat kontribusi UMKM Indonesia yang saat ini masih terbilang rendah.
Dalam catatannya, jumlah wirausahawan Indonesia saat ini baru mencapai 3,47 persen, persentase tersebut tertinggal jauh dari Amerika 11,5 persen, Singapura 7,2 persen, dan Malaysia 5 persen.
"Oleh karena itu, selaras dengan amanat presiden, pemerintah telah menargetkan rasio kewirausahaan agar dapat mencapai jumlah 3,95 persen 2024. Itu kita dorong supaya rasionya minimal seperti Malaysia dan beberapa negara yang jumlah UMKM-nya cukup memadai," ujarnya.
Rektor Universitas Terbuka Prof Oajat Darojat menyampaikan bahwa meningkatkan peran UMKM dalam persaingan global pascapandemi COVID-19 membutuhkan dukungan pemerintah.
"Usaha ini perlu dukungan pemerintah melalui berbagai pelatihan tentang pemanfaatan teknologi digital dan informasi," kata dia sembari mengatakan bahwa UMKM harus bisa memanfaatkan momentum.
Oajat menyebut sebanyak 12,5 persen UMKM Indonesia yang menerapkan strategi jualan online saat pandemi 2020-2021 seluruhnya tidak terkena dampak ekonomi, bahkan 27,6 persen menunjukkan peningkatan penjualan, dengan proses pemasaran yang dilakukan melalui media sosial seperti FaceBook dan Instagram.
Dengan arahan dari Ketua MPR RI, Oajat mengatakan bahwa studi umum ini selain untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa, juga turut membantu pemerintah memotivasi pelaku UMKM untuk tumbuh dan berkembang agar mampu bersaing di era global.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
"Pertama handphone, itu adalah sumber pendapatan kita, jangan hanya pakai handphone untuk bertukar pesan tapi sebesar-besarnya sarana memperoleh uang apalagi untuk masuk dunia digital," kata dia di Denpasar, Bali, Minggu.
Ketua MPR RI itu menyadari bahwa membangun UMKM merupakan hal yang sulit ketika anak muda dihadapkan pada keraguan dan kemalasan, namun saat ini kemudahan juga tersedia karena seluruh ruang terbuka, sehingga lebih mudah menjadi pengusaha di era digitalisasi.
Selain itu, sebagian besar anak muda khususnya yang hadir mendengarkan mengaku sudah memiliki pekerjaan, sehingga selain teknologi digital, jejaring menjadi salah satu faktor pendukung dalam memulai usaha.
Dalam studi umum yang membahas peran UMKM dalam menghadapi persaingan global pascapandemi itu, Bamsoet menyampaikan fakta sejarah soal krisis ekonomi pada 1998 yang tidak mampu mempengaruhi ekonomi Indonesia karena kemunculan UMKM.
"Sejarah membuktikan dalam perjalanan bangsa kita mulai krisis moneter 1998 dan 2008 itu UMKM jadi salah satu jalan keluar dan yang mampu bertahan terhadap situasi, sehingga dalam keadaan pasca pandemi COVID-19 dan krisis global sekarang menurut saya salah satu caranya memperkuat sektor UMKM," ujarnya.
Untuk menggaet anak muda memulai wirausaha serta memanfaatkan teknologi digital untuk mengembangkannya, Bamsoet menyebutkan sejumlah upaya pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
"Ada regulasi mulai dari kredit usaha rakyat bunga rendah, program pinjaman tanpa agunan, dan lainnya, itu adalah cara pemerintah memperbanyak UMKM, tinggal bagaimana kita memberikan literasi, dukungan, inspirasi dan mendorong anak muda menjadi UMKM-UMKM baru," kata mantan Ketua DPR RI itu.
Dalam menghadapi tantangan pascapandemi COVID-19 ini, Bamsoet juga menyarankan kepada masyarakat terdampak seperti pekerja atau buruh yang diberhentikan agar memanfaatkan situasi untuk mulai berbisnis.
"Tidak boleh putus asa, buka UMKM baru, kalau perlu kembali ke desa, berbisnis, membuka usaha di desa, manfaatkan teknologi digital, kita bisa mendunia karena teknologi. Gali sumber pertanian, budaya, dan kerajinan itu banyak yang berhasil," kata dia memberi solusi.
Demi mendukung perekonomian ke depan, Bamsoet menilai penting untuk meningkatkan kuantitas wirausahawan, apalagi melihat kontribusi UMKM Indonesia yang saat ini masih terbilang rendah.
Dalam catatannya, jumlah wirausahawan Indonesia saat ini baru mencapai 3,47 persen, persentase tersebut tertinggal jauh dari Amerika 11,5 persen, Singapura 7,2 persen, dan Malaysia 5 persen.
"Oleh karena itu, selaras dengan amanat presiden, pemerintah telah menargetkan rasio kewirausahaan agar dapat mencapai jumlah 3,95 persen 2024. Itu kita dorong supaya rasionya minimal seperti Malaysia dan beberapa negara yang jumlah UMKM-nya cukup memadai," ujarnya.
Rektor Universitas Terbuka Prof Oajat Darojat menyampaikan bahwa meningkatkan peran UMKM dalam persaingan global pascapandemi COVID-19 membutuhkan dukungan pemerintah.
"Usaha ini perlu dukungan pemerintah melalui berbagai pelatihan tentang pemanfaatan teknologi digital dan informasi," kata dia sembari mengatakan bahwa UMKM harus bisa memanfaatkan momentum.
Oajat menyebut sebanyak 12,5 persen UMKM Indonesia yang menerapkan strategi jualan online saat pandemi 2020-2021 seluruhnya tidak terkena dampak ekonomi, bahkan 27,6 persen menunjukkan peningkatan penjualan, dengan proses pemasaran yang dilakukan melalui media sosial seperti FaceBook dan Instagram.
Dengan arahan dari Ketua MPR RI, Oajat mengatakan bahwa studi umum ini selain untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa, juga turut membantu pemerintah memotivasi pelaku UMKM untuk tumbuh dan berkembang agar mampu bersaing di era global.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022