Kalangan petani di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) menghadapi banyak kendala memasuki musim tanam rendengan, di antaranya tarif bajak sawah.yang mahal.

Basri, petani di Gampong Ie Lhob, Kecamatan Tangan-Tangan, Kabupaten Abdya, di Blangpidie, Kamis mengatakan mahalnya tarif bajak sawah musim rendengan ini disebabkan imbas dari kenaikan harga bahan bakar minyak. 

"Banyak kendala, kami hadapi dalam musim tanam kali ini, Selain ketersediaan air terbatas dan juga tarif bajak sawah yang kini semakin mahal," katanya.

Basri yang juga anggota keujruen blang (lembaga adat sawah) mengatakan kebanyakan petani mengolah lahan sawah menggunakan jasa traktor milik swasta.

Sebab, kata Basri, kemampuan traktor milik pemerintah daerah sudah terbatas karena sering rusak.

"Tarif traktor milik pemerintah daerah memang murah, Rp600 ribu per hektare atau Rp200 ribu per naleh. Proses pengolahan sawah dengan traktor pemerintah daerah memakan lama," kata Basri. 

Kondisi ini, katanya, membuat petani menggunakan traktor swasta yang harganya Rp960 ribu per hektare atau Rp320 ribu per naleh. Walaupun mahal, waktu pengolahannya cepat.

"Kalau memakai traktor pemerintah, kami khawatir lama dan kena musim kemarau saat penanaman. Tidak apa-apa mahal, yang penting kami bisa tanam saat sekarang yang lagi ada air," kata Basri.

Kepala Bidang Prasarana dan Sarana Dinas Pertanian Abdya Teuku Indra mengatakan traktor pemerintah daerah saat ini banyak yang rusak tidak, sehingga tidak dapat difungsikan membajak sawah petani. 

"Dari 47 unit, hanya 25 unit yang masih bisa beroperasi. Itu pun sering rusak-rusak. Mungkin karena alatnya sudah tua. Sudah lima tahun usianya," kata Teuku Indra.

Ia menjelaskan total keseluruhan traktor milik pemerintah daerah sebanyak 61 unit, terdiri 14 unit dikelola kelompok tani dan 47 unit lagi dikelola Dinas Pertanian.

"Alsintan itu rata-rata pengadaan 2017. Ada dari APBN, dan ada juga dari APBK. Sudah lama, sudah sewajarnya rusak. Apalagi bekerja dalam lumpur," ucapnya

Ia mengaku telah berupaya memperbaiki terhadap alat-alat pertanian rusak tersebut dengan melibatkan tim mekanik dari pihak lain. Biaya yang dikeluarkan juga cukup besar dan harus dikaji ulang agar tidak memboroskan anggaran daerah. 

"Di kaji dulu, apa masih layak diperbaiki. Kalau dananya besar sekali, kan mending pengadaan baru saja. Apalagi usia alsintan sudah tua, "kata Teuku Indra. 
 

Pewarta: Suprian

Editor : M.Haris Setiady Agus


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023