Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh berhasil melakukan sertifikasi sebanyak 2.000 ton benih padi pada 2022 sekaligus memasang kode batang (QR/barcode) dalam upaya menghindari peredaran benih padi tak bermutu di tengah masyarakat.

“Hasil sertifikasi benih padi pada tahun 2022 mencapai target, yaitu sebanyak 2.000 ton. Jadi kita mampu memenuhi kebutuhan petani,” kata Kepala UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Distanbun Aceh Habiburrahman di Banda Aceh, Selasa.

Ia menjelaskan, sebanyak 2.000 ton benih padi tersertifikasi itu berasal dari penangkaran benih yang tersebar di Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Langsa, Aceh Tamiang, Aceh Tengah, Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Abdya, Aceh Selatan, Aceh Singkil dan Simeulue.

Baca juga: Riset USK: Perubahan iklim sebabkan petani padi di Aceh Besar gagal panen

Selain berhasil memenuhi kebutuhan benih padi bersertifikat, Distanbun Aceh juga berhasil menyalurkan benih tanaman pangan bersertifikasi lainnya seperti komoditi jagung sebanyak 1 ton, kedelai 100 ton, dan kacang tanah 11 ton.

Kata Habib, semua benih yang diproduksi pada 2022 menggunakan sistem barcode/QR. Tujuannya untuk memudahkan masyarakat dalam mendeteksi setiap benih yang dibeli, apakah sudah tersertifikasi atau belum, sehingga petani tidak salah membeli.

“Barcode ini salah satu cara kita untuk pengawasan dan menjamin mutu dari benih yang dijual kepada petani,” ujarnya.

Karena, menurut dia, apabila petani menanam benih yang tidak bersertifikat Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) selaku lembaga penjamin benih bermutu di Aceh, maka akan berdampak pada sumber penyakit tanaman, hama, bahkan juga berimbas pada gagal produksi.

Baca juga: 1.230 hektare padi di Aceh Utara terancam puso karena banjir

Memang, kata Habib, masih ada petani di wilayah paling barat Indonesia itu yang menggunakan benih padi tidak bersertifikat, namun persentase sudah sangat kecil.

“Secara angka BPS masih ada petani yang menggunakan benih tanpa sertifikasi, yang tidak dijamin mutunya. Secara persentase 80 persen petani Aceh menggunakan benih bersertifikat, dan selama ini kita sanggup memenuhi kebutuhan petani untuk menyediakan benih bermutu ini,” ujarnya.

Selain itu, Distanbun Aceh juga berhasil produksi benih bersertifikat untuk tanaman perkebunan, seperti kelapa sawit sebanyak 344.222 batang, pinang 875.305 batang, kopi arabica 873.120 batang, dan kopi robusta 10.000 batang.

Selanjutnya, benih kelapa sebanyak 80.060 batang, kemiri 19.500 batang, pala 128.900 batang, kakao 58.600 batang, cengkeh 3.300 batang, lada 55.00 batang, nilam 815 batang, dan serai wangi 300.000 anakan.

“Jadi selama 2022 ini masyarakat tani kita menggunakan benih kita sendiri, termasuk kita berhasil menjadi mandiri benih perkebunan, tidak ada benih dari luar semua benih dari dalam Aceh,” katanya.

Baca juga: Telat sehari panen 8 rante padi Amat mati

Pewarta: Khalis Surry

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023