Blangpidie (ANTARA Aceh) - Rujak mengkudu yang bercampur plik U (patarana) salah satu kuliner khas masyarakat Aceh Barat Daya (Abdya) ternyata kini sudah digemari oleh warga kota Medan provinsi Sumatera Utara.
''Setiap hari puluhan warga membeli rujak plik U ini. Banyak juga di order oleh warga kota Medan Sumatera Utara,'' kata Hardiyanti Anhar warga Desa Meudang Ara, Kecamatan Blangpidie, di Blangpidie, Jumat
Dia menambahkan, setiap hari dirinya menjual kuliner tersebut mencapai 200 hingga 300 bungkus plastik isi kemasan seperempat kilogram dengan harga yang terjangkau, yakni sebesar Rp. 8.000 per bungkus.
Menurut dia, rujak khas Aceh tersebut dibuat dengan resep yang khas. Kemudian proses pembuatannya pun sangat sederhana karena semua bahan-bahannya berasal dari buah-buahan yang alami.
''Rujak ini di campur tiga jenis buah-buahan, yakni buah mengkudu, pepaya dan buah Salak. Setelah dikupas dan di cincang dengan ukuran kecil-kecil lalu di campur dengan patarana baru di masukkan bumbu rujak kemudian dibungkus dalam kemasan,'' katanya
Ia menjelaskan, selain buah-buahan, bahan baku utama rujak mengkudu tersebut adalah plik U atau lebih dikenal patarana, yaitu ampas kelapa sisa pembuatan minyak kelapa yang telah mengalami pembusukan kemudian dikeringkan dengan seinar mata hari.
Rujak mengkudu tersebut merupakan warisan nenek moyang masyarakat Aceh. dahulu rujak tersebut sangat mudah di dapatkan terutama dipedesaan. Dulu ibu-ibu di desa cukup sering meramu rujak itu terutama pada saat mereka berkumpul dihalaman rumah.
Namun, sejak 10 tahun terakhir, penomena kaum ibu-ibu membuat kuliner mengkudu dengan mengunakan resep pilk U sudah menjadi barang langka. Entah mengapa, padahal dengan memakan rujak itu badan menjadi sehat dan terbebas dari masuk angin.
Perempuan berparas ayu itu mengaku, meskipun baru dua bulan memproduksi rujak tersebut, namun sudah di order oleh masyarakat kota Banda Aceh dan warga kota Medan Sumatera Utara melalui media Sosial.
''Awalnya saya tidak tahu tentang tatacara pembuatan rujak ini. Suatu hari saya pulang kedesa untuk bertemu nenek. Sesampai di sana saya melihat kaum ibu-ibu sedang membuat rujak ini terus saya coba meraskan, ternyata sangat enak,'' katanya
Karena rasanya enak banget, Hardiyanti menanyakan resep dan tatacara pembuatannya hingga dirinya mencoba untuk membuatnya dalam jumlah besar kemudian dijual kepada masyarakat.
''Pertama saya buatnya secara iseng-iseng. Eh ternyata peminatnya luar biasa banyak. Jadi, sekarang tiap hari orang datang ke rumah untuk membeli rujak ini. Bahkan banyak warga luar daerah membeli melalui media sosial,'' katanya
Sri Mutya, salah seorang pembeli saat dikompirmasi mengaku merasa ketagian setelah merasakan rujak plik U tersebut, sehingga dalam satu Minggu Ia harus datang ke Desa Meudang Ara tiga hingga lima kali untuk membeli rujak.
''Awalnya saya bukan penyuka rujak. Karena timbul rasa penasaran saya mencobanya. Setelah saya coba timbul rasa ketagihan dan sekarang sudah menjadi penyuka rujak. Tetapi rujak plik U karena rasanya enak,'' katanya
Uploader : Salahuddin Wahid
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2016