Polyester Embassy (PE) meluncurkan sebuah mini album baru berjudul EVOL yang dirilis label Disaster Records pada 14 Juli 2023.
Dalam siarannya persnya kepada Antara, Jumat, mini album EVOL berisikan 8 track yang di dalamnya ini memuat lagu-lagu yang sanggup mengejawantahkan musik yang eksploratif dengan evolusi yang dialami band ini. Sebagai bukti, sebelumnya PE telah merilis Parak dan Laugh and Swell secara digital pada tahun 2019 dan 2020, ditambah dengan remake lagu Ruins yang diambil dari kantung album Tragicomedy.
Tiga lagu itu makin menegaskan jika mereka memang tidak meninggalkan personanya saat pertama kali muncul dan melenakan penikmat karyanya. Rasa yang mereka tawarkan tetap sama, meski tentunya perkembangan dan kedewasaan mereka selalu ada dalam setiap karyanya.
Baca juga: Raymond penyanyi Indonesia juarai Festival Musik "Road to Yalta" di Moskow
Bukti lain jika mereka masih menampilkan rasa dan ruh yang sama dalam karyanya terdapat pada beberapa isian drum di mini album ini yang masih melibatkan mendiang Givari. Makin bertambah kuat ketika kata evolusi yang dicetak tebal dalam judul albumnya digambarkan dengan sosok drummer baru mereka, Pramaditya Azhar yang juga turut mengisi drum di beberapa lagu, plus satu lagu berjudul Can I Fly yang diisi oleh kedua sosok drummer ini.
Menggarisbawahi frasa EVOL dalam mini album barunya Polyester embassy, agaknya hal itu bisa terbaca dan berhubungan erat pula dengan cinta atau LOVE yang mereka jaga sejak awal band ini berdiri. Kecintaan akan musik dan pertemanan antar personillah yang kemudian membuat band ini terus berjalan, seberapa pun terjal jalan yang mereka lalui.
Meski tentu hal ini tidak mudah untuk dijalani. Pukulan paling telak yang pernah mereka rasakan tentunya ketika sang drummer, mendiang Givari harus berpulang. Hal ini makin bertambah berat kala Tomo, rekan Givari yang sama-sama bertanggung jawab pada rhytm section sebagai fondasi musik Polyester Embassy menghilang untuk beberapa waktu.
Menjajal ‘dunia’ musik rekaan Polyester Embassy agaknya kerap berbanding lurus dengan kata eksplorasi yang banyak mereka aplikasikan dalam ragam cara, dari musik, lirik, hingga suguhan visual yang menguatkan estetika suara yang mereka buat. Ditambah dengan ‘gelar’ yang disematkan pada mereka sebagai band obscure, Polyester embassy kerap tampil samar hingga tidak pernah masuk dalam kolom apapun, tentang apakah mereka band rock, indie rock, elektronik, atau apapun, yang mungkin jika berhadapan dengan itu akan mempersulit langkah mereka dalam melahirkan karya.
Mereka selalu tampil tanpa beban dan bersenang-senang dengan musiknya.
Eksplorasi, evolusi, dan kecintaan mereka pada musik terus mereka sematkan dalam karyanya, termasuk ketika mereka mengaplikasannya pada 8 track di mini album ini. Deru distorsi bersahutan yang ditingkahi rekayasa suara penyintesis menjadi menu
andalan di mini album ini. Terlebih, ketika apa yang mereka sajikan dikuatkan pula dengan hadirnya musisi tamu di mini album ini. Ada Karina Sakowati yang mengisi backing vocal di Laugh and Swell, serta Octavia Heals yang mengisi backing vocal di lagu Kerai.
Hampir setengah dekade berkutat dengan pengerjaannya yang dimulai sejak 2019 lalu, mini album ini rilis pada tanggal 14 Juli 2023 dalam format CD dan kaset. Selang dua minggu setelahnya, tepatnya tanggal 28 Juli mini album juga ini akan dirilis di berbagai platform digital. Sebagai gambaran akan arah warna dan persona yang mereka tawarkan di mini albumnya ini, Polyester Embassy menghadirkan video musik Parak dengan menggandeng Firman Oktavian sebagai sutradara. Makin bertambah ciamik ketika video musik ini juga menampilkan goresan grafis yang dibuat oleh Tian a.k.a Paste While Wheat yang juga bisa kalian nikmati visualnya dalam bentuk artwork dan layout di mini album EVOL.
Baca juga: Tulus rilis video musik untuk lagu "Interaksi"
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023
Dalam siarannya persnya kepada Antara, Jumat, mini album EVOL berisikan 8 track yang di dalamnya ini memuat lagu-lagu yang sanggup mengejawantahkan musik yang eksploratif dengan evolusi yang dialami band ini. Sebagai bukti, sebelumnya PE telah merilis Parak dan Laugh and Swell secara digital pada tahun 2019 dan 2020, ditambah dengan remake lagu Ruins yang diambil dari kantung album Tragicomedy.
Tiga lagu itu makin menegaskan jika mereka memang tidak meninggalkan personanya saat pertama kali muncul dan melenakan penikmat karyanya. Rasa yang mereka tawarkan tetap sama, meski tentunya perkembangan dan kedewasaan mereka selalu ada dalam setiap karyanya.
Baca juga: Raymond penyanyi Indonesia juarai Festival Musik "Road to Yalta" di Moskow
Bukti lain jika mereka masih menampilkan rasa dan ruh yang sama dalam karyanya terdapat pada beberapa isian drum di mini album ini yang masih melibatkan mendiang Givari. Makin bertambah kuat ketika kata evolusi yang dicetak tebal dalam judul albumnya digambarkan dengan sosok drummer baru mereka, Pramaditya Azhar yang juga turut mengisi drum di beberapa lagu, plus satu lagu berjudul Can I Fly yang diisi oleh kedua sosok drummer ini.
Menggarisbawahi frasa EVOL dalam mini album barunya Polyester embassy, agaknya hal itu bisa terbaca dan berhubungan erat pula dengan cinta atau LOVE yang mereka jaga sejak awal band ini berdiri. Kecintaan akan musik dan pertemanan antar personillah yang kemudian membuat band ini terus berjalan, seberapa pun terjal jalan yang mereka lalui.
Meski tentu hal ini tidak mudah untuk dijalani. Pukulan paling telak yang pernah mereka rasakan tentunya ketika sang drummer, mendiang Givari harus berpulang. Hal ini makin bertambah berat kala Tomo, rekan Givari yang sama-sama bertanggung jawab pada rhytm section sebagai fondasi musik Polyester Embassy menghilang untuk beberapa waktu.
Menjajal ‘dunia’ musik rekaan Polyester Embassy agaknya kerap berbanding lurus dengan kata eksplorasi yang banyak mereka aplikasikan dalam ragam cara, dari musik, lirik, hingga suguhan visual yang menguatkan estetika suara yang mereka buat. Ditambah dengan ‘gelar’ yang disematkan pada mereka sebagai band obscure, Polyester embassy kerap tampil samar hingga tidak pernah masuk dalam kolom apapun, tentang apakah mereka band rock, indie rock, elektronik, atau apapun, yang mungkin jika berhadapan dengan itu akan mempersulit langkah mereka dalam melahirkan karya.
Mereka selalu tampil tanpa beban dan bersenang-senang dengan musiknya.
Eksplorasi, evolusi, dan kecintaan mereka pada musik terus mereka sematkan dalam karyanya, termasuk ketika mereka mengaplikasannya pada 8 track di mini album ini. Deru distorsi bersahutan yang ditingkahi rekayasa suara penyintesis menjadi menu
andalan di mini album ini. Terlebih, ketika apa yang mereka sajikan dikuatkan pula dengan hadirnya musisi tamu di mini album ini. Ada Karina Sakowati yang mengisi backing vocal di Laugh and Swell, serta Octavia Heals yang mengisi backing vocal di lagu Kerai.
Hampir setengah dekade berkutat dengan pengerjaannya yang dimulai sejak 2019 lalu, mini album ini rilis pada tanggal 14 Juli 2023 dalam format CD dan kaset. Selang dua minggu setelahnya, tepatnya tanggal 28 Juli mini album juga ini akan dirilis di berbagai platform digital. Sebagai gambaran akan arah warna dan persona yang mereka tawarkan di mini albumnya ini, Polyester Embassy menghadirkan video musik Parak dengan menggandeng Firman Oktavian sebagai sutradara. Makin bertambah ciamik ketika video musik ini juga menampilkan goresan grafis yang dibuat oleh Tian a.k.a Paste While Wheat yang juga bisa kalian nikmati visualnya dalam bentuk artwork dan layout di mini album EVOL.
Baca juga: Tulus rilis video musik untuk lagu "Interaksi"
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023