Banda Aceh (ANTARA) - Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Aceh memperingati hari Hak Asasi Manusia (HAM) se Dunia 2024 dengan membuat memorial lorong ingatan masa konflik Aceh silam.
"Lorong ingatan sudah seperti landmark bagi KontraS Aceh. Hanya tema nya saja yang berganti-ganti," kata Koordinator KontraS Aceh, Azharul Husna, di Banda Aceh, Selasa.
Husna mengatakan, pada 2019 lalu, kegiatan lorong ingatan mengangkat tema khauri neujoh (kenduri hari ketujuh orang meninggal). Bercerita tentang peristiwa-peristiwa besar pelanggaran HAM berat masa lalu. Kemudian, saat COVID-19 melanda, lorong ingatan KontraS Aceh dibuat dengan konsep Museum HAM virtual.
"Dan tahun ini, dengan sukacita, lorong ingatan berbicara bagaimana musik memutus mata rantai kekerasan," ujarnya.
Baca juga: Paska: Prabowo diminta lanjutkan penyelesaian kasus HAM berat di Aceh
Husna menegaskan, pelaksanaan lorong ingatan tersebut sebagai kampanye untuk mengingat, memberitahukan terkait apa saja yang telah terjadi di masa lalu.
Pada memorial lorong ingatan hari HAM se Dunia ini, KontraS mengangkat tema terkait karya seniman atau musik yang merekam pelanggaran HAM dan dibredel pada masa konflik Aceh lalu.
Dalam lorong ingatan ini, KontraS Aceh menampilkan sejumlah foto-foto korban serta beberapa peristiwa yang terjadi saat konflik. Kemudian, juga menyediakan pemutaran musik yang menceritakan kisah konflik Aceh.
Husna menuturkan, lagu-lagu para musisi Aceh dulu banyak yang memotret suasana konflik, pelanggaran HAM yang terjadi mulai dari soal pengungsian, kekerasan seksual, pembunuhan, hingga penghilangan orang secara paksa.
Baca juga: Korban pelanggaran HAM harap KKR Aceh dipertahankan
Narasi lagu-lagu Aceh dulu, lanjut dia, sebenarnya mengandung kepedihan, tetapi kemudian para seniman membalutnya dengan kalimat yang cukup sastrawi.
Dirinya berharap, ingatan terhadap apa yang terjadi pada masa konflik Aceh terus dapat diingat, dengan harapan perdamaian Aceh akan terus terjaga untuk masyarakat Aceh.
"Tentu saja, melalui kegiatan ini kami berharap, ingatan kolektif kita terus terjaga, perdamaian terus panjang usianya, dan kebenaran itu tidak terhapus oleh waktu," demikian Azharul Husna.
Baca juga: LKBN ANTARA raih Anugerah Jurnalistik Adinegoro lewat liputan korban pelanggaran HAM