Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh menyebut produksi benih kedelai bersertifikat di provinsi itu mencapai 200 ton selama semester I tahun 2023, dari total target 500 ton hingga akhir tahun.
“Capaian semester satu ini sudah 200 ton benih kedelai yang sudah tersertifikasi dan ready. Ini sudah hampir mendekati target kita untuk tahun ini,” kata Kepala UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (BPSBTPHP) DistanbunAceh Habiburrahman di Banda Aceh, Rabu.
Pada tahun 2023, dia menjelaskan, BPSBTPHP Distanbun Aceh menargetkan produksi benih kedelai sebanyak 500 ton, untuk memenuhi kebutuhan petani di seluruh provinsi paling barat Indonesia itu.
Baca juga: Produksi benih padi di Aceh turun pada semester I 2023, dampak El Nino
Menurut dia, realisasi produksi benih kedelai pada semester I tahun 2023 cukup baik. Hal itu dipengaruhi karena daya serap pemerintah terhadap benih-benih tersebut cukup tinggi, sehingga para penangkar juga semangat untuk menangkar benih.
“Produksi ini juga karena pengaruh pasar pemerintah yang luar biasa tahun ini, dengan berbagai program bantuan benih,” ujarnya.
Berbeda dengan produksi benih padi, kata Habib, produksi benih padi bersertifikat selama semester I tahun 2023 di Aceh hanya sekitar 750 ton. Angka ini turun dibanding periode yang sama pada tahun lalu.
Biasanya pada semester I, produksi benih padi di Tanah Rencong itu mencapai 1.000-1.500 ton, dengan luas tanam sekitar 1.000 hektare.
“Ini luas tanam hanya sekitar 500 hektare, dan benih pun yang baru kita keluarkan sertifikat sekitar 750 ton,” katanya.
Ia menilai, penurunan produksi benih padi ini disebabkan oleh dua hal yang krusial, yaitu dampak kekeringan akibat fenomena El Nino serta kurangnya daya serap benih padi dari penangkar melalui pengadaan benih oleh pemerintah.
“Jadi karena efek El Nino ini, orang lebih berhati-hati untuk penangkaran benih, jadi memang lebih menyiapkan untuk (padi) konsumsi,” ujarnya.
Selama ini, lanjut Habib, benih padi dari para penangkar tersebut sekitar 85 persen diserap oleh pemerintah melalui program pengadaan benih padi, baik dari sumber dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun APBD provinsi atau kabupaten/kota.
Namun, lanjut dia, tahun ini pengadaan benih padi dari pemerintah sangat kurang, sehingga membuat para penangkar benih di tengah masyarakat juga berkurang.
Baca juga: BSIP Aceh targetkan produksi 7 ton benih padi terstandar
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023
“Capaian semester satu ini sudah 200 ton benih kedelai yang sudah tersertifikasi dan ready. Ini sudah hampir mendekati target kita untuk tahun ini,” kata Kepala UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (BPSBTPHP) DistanbunAceh Habiburrahman di Banda Aceh, Rabu.
Pada tahun 2023, dia menjelaskan, BPSBTPHP Distanbun Aceh menargetkan produksi benih kedelai sebanyak 500 ton, untuk memenuhi kebutuhan petani di seluruh provinsi paling barat Indonesia itu.
Baca juga: Produksi benih padi di Aceh turun pada semester I 2023, dampak El Nino
Menurut dia, realisasi produksi benih kedelai pada semester I tahun 2023 cukup baik. Hal itu dipengaruhi karena daya serap pemerintah terhadap benih-benih tersebut cukup tinggi, sehingga para penangkar juga semangat untuk menangkar benih.
“Produksi ini juga karena pengaruh pasar pemerintah yang luar biasa tahun ini, dengan berbagai program bantuan benih,” ujarnya.
Berbeda dengan produksi benih padi, kata Habib, produksi benih padi bersertifikat selama semester I tahun 2023 di Aceh hanya sekitar 750 ton. Angka ini turun dibanding periode yang sama pada tahun lalu.
Biasanya pada semester I, produksi benih padi di Tanah Rencong itu mencapai 1.000-1.500 ton, dengan luas tanam sekitar 1.000 hektare.
“Ini luas tanam hanya sekitar 500 hektare, dan benih pun yang baru kita keluarkan sertifikat sekitar 750 ton,” katanya.
Ia menilai, penurunan produksi benih padi ini disebabkan oleh dua hal yang krusial, yaitu dampak kekeringan akibat fenomena El Nino serta kurangnya daya serap benih padi dari penangkar melalui pengadaan benih oleh pemerintah.
“Jadi karena efek El Nino ini, orang lebih berhati-hati untuk penangkaran benih, jadi memang lebih menyiapkan untuk (padi) konsumsi,” ujarnya.
Selama ini, lanjut Habib, benih padi dari para penangkar tersebut sekitar 85 persen diserap oleh pemerintah melalui program pengadaan benih padi, baik dari sumber dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun APBD provinsi atau kabupaten/kota.
Namun, lanjut dia, tahun ini pengadaan benih padi dari pemerintah sangat kurang, sehingga membuat para penangkar benih di tengah masyarakat juga berkurang.
Baca juga: BSIP Aceh targetkan produksi 7 ton benih padi terstandar
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023