Petugas gabungan dari Polri, TNI, Ditpam Badan Pengusahaan (BP) Batam, dan Satpol PP terlibat bentrok dengan warga Rempang saat penjagaan proses pengukuran untuk pengembangan kawasan tersebut sebagai proyek Rempang Eco City, Kamis (7/9).
 
Wartawan ANTARA di Rempang melaporkan, keributan pecah saat petugas gabungan tiba di lokasi. Keributan itu dipicu karena warga masih belum setuju dengan adanya pengembangan kawasan tersebut yang merupakan kampung adat masyarakat Melayu. Akibatnya, petugas terpaksa menembakkan gas air mata karena situasi yang tidak kondusif.
 
Dari kejadian itu, dikabarkan beberapa siswa sekolah dibawa ke rumah sakit akibat terkena gas air mata yang terbawa angin karena lokasinya yang tidak jauh dari tempat terjadinya keributan.
 
"Ada belasan siswa yang saya tau dibawa oleh ambulans ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Gas air mata itu tadi terbawa angin, karena ribut dekat dari sekolah kami," ujar Kepala Sekolah SMP Negeri 22 Muhammad Nazib saat ditemui di lokasi.


Baca juga: Tolak direlokasi, pedagang dan Satpol PP terlibat bentrok di Lhokseumawe

 

Dikutip dari situs BP Batam, Rempang Eco City direncanakan sebagai kawasan ekonomi yang dikembangkan di lahan seluas 7.572 hektare, atau sekitar 45,89 persen dari total luas Pulau Rempang yang seluas 16.500 hektare.
 
Pengembangan Pulau Rempang mencakup kawasan industri, perdagangan, hingga wisata yang terintegrasi di sana agar bisa bersaing dengan negara tetangga, Singapura dan Malaysia.
 
BP Batam memperkirakan investasi pengembangan Pulau Rempang mencapai Rp381 triliun dan akan menyerap 306 ribu tenaga kerja hingga 2080. Hal ini diharapkan bisa berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi setempat.
 
Kepala BP Batam Muhammad Rudi (kanan), Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (tengah) dan Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang RI, Raja Juli Antoni (kiri) saat menghadiri agenda peluncuran program pengembangan Pulau Rempang di Sekretariat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (ANTARA/HO-Humas BP Batam)
 
Tanggapan BP Batam
 
Hal itu seiring beredarnya informasi terkait tindakan represif tim gabungan yang terdiri dari Polri, TNI, Ditpam BP Batam, dan Satpol PP terhadap masyarakat yang menghalangi jalannya tugas personel.
 
Kepala Biro Humas Promosi dan Protokol BP Batam Ariastuty Sirait mengungkapkan peristiwa yang sebenarnya terjadi tidak demikian. Menurutnya, masyarakat yang mengatasnamakan warga Rempang terlebih dulu melemparkan batu dan botol kaca ke arah personel keamanan yang akan memasuki wilayah Jembatan 4 Barelang.
 
Bahkan, sejumlah oknum tak bertanggung jawab juga terus melemparkan batu meski petugas kepolisian telah mengimbau melalui pengeras suara agar barisan massa tidak gegabah dalam mengambil tindakan.
 
"Informasi dari tim di lapangan, sudah ada beberapa oknum provokator yang ditangkap pihak kepolisian. Beberapa di antaranya bahkan didapati membawa parang dan sudah berhasil diamankan," ujarnya di Batam.


Baca juga: Bentrokan dua kelompok pemuda di Ternate saat Lebaran, Polisi: situasi sudah kondusif
 
Dia pun mengajak masyarakat Kota Batam untuk mengecek terlebih dulu informasi yang diterima sebelum menyebarkannya melalui media sosial. Bukan tanpa alasan, kata Tuty, pihaknya sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait rencana pengukuran tersebut.
 
"Jangan terprovokasi dan tetap jaga situasi kondusif demi Batam lebih baik," katanya.

 

Situasi Kondusif
 
Sementara, Kapolresta Barelang Kombes Pol Nugroho Tri Nuryanto sebelumnya juga telah mengimbau masyarakat agar tak menghalangi jalannya personel keamanan yang akan memasuki Kawasan Rempang.
 
Melalui pengeras suara, dia meminta agar masyarakat yang memblokade jalan masuk wilayah tersebut dapat mundur dengan teratur. Mengingat, tindakan yang dilakukan telah melawan aturan hukum.
 
"Saya minta warga jangan anarkis. Karena apa yang saudara lakukan sudah melanggar hukum," kata dia.


Baca juga: Warga dan Satpol PP bentrok, seorang ditangkap

 
Kapolda Kepri Irjen Tabana Bangun diwawancarai usai meninjau lokasi pengukuran lahan di Pulau Rempang, Kamis (7/9). (ANTARA/Yude)


Kapolda Kepulauan Riau(Kepri) Irjen Tabana Bangun memastikan situasi sudah kondusif setelah warga Rempang, Kota Batam, Kepulauan Riau memilih pulang usai terlibat bentrok dengan petugas gabungan saat pengamanan pengukuran lahan untuk pengembangan proyek Rempang Eco City, Kamis (7/9) sekitar pukul 20.30 WIB.
 
"Kegiatan berjalan dengan baik dan tidak hal krusial yang terjadi. Masyarakat juga sudah menyadari dan pulang ke rumah masing-masing, dan anggota tidak ada kegiatan yang menonjol di lapangan," ujar Kapolda Tabana usai meninjau di lokasi, Kamis.
 
Dia menyebutkan, untuk kegiatan pengamanan hari ini sudah selesai dilakukan dan petugas pengamanan juga sudah diarahkan kembali ke satuan masing-masing.

"Kegiatan malam ini sudah selesai. Karena masyarakat sudah memahami tentang kegiatan ini dan kembali ke rumah dengan baik dan personel akan istirahat kembali ke satuan masing-masing," katanya.
 
Terkait keributan pada pengamanan kali ini, menurutnya tindakan yang dilakukan personel sudah tepat. Karena sebelumnya sudah dilakukan sosialisasi dan imbauan kepada masyarakat terkait pengembangan pulau tersebut.
 
"Adapun mungkin tadi ada hal-hal yang sedikit mengganggu, itu adalah dampak dari pengamanan ini," katanya.
 
Untuk ke depannya, kata dia, pihaknya bersama instansi lainnya akan terus memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk mendukung kebijakan tersebut.
 
"Mudah-mudahan ke depannya bisa lebih kondusif seperti yang kami harapkan," ujarnya.


Baca juga: Mahasiswa Teknik dan Pertanian USK bentrok, tiga orang luka-luka

Pewarta: Ilham Yude Pratama

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023