Akademisi Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala (USK) Dr Nur Fadli menyebutkan unit pengolahan ikan tangkap untuk mendapatkan nilai tambah dari sektor perikanan di Aceh masih sangat terbatas, sehingga masih perlu dioptimalkan guna menampung hasil tangkapan nelayan.

“Misalnya untuk pengolahan loin, frozen food dan pengolahan lainnya itu masih sangat terbatas (di Aceh),” kata Nur Fadli di Banda Aceh, Kamis.

Hal itu disampaikan Nur Fadli berdasarkan hasil kajian yang dilakukan bersama akademisi lain, terkait potensi, optimalisasi, dan peluang investasi sektor kelautan dan perikanan di Provinsi Aceh.

Baca juga: DKP Aceh bantu akses pemasaran produk olahan perikanan UMKM se Aceh

Ia menjelaskan ada tiga klaster wilayah pengelolaan perikanan di Aceh yaitu klaster utara meliputi Sabang, Aceh Besar dan Banda Aceh. Klaster barat mulai dari Aceh Jaya hingga ke Aceh Singkil dan Simeulue, serta klaster timur mulai pesisir Pidie hingga Aceh Tamiang.
 


Perairan laut Aceh, kata dia, masuk dalam wilayah pengelolaan perikanan (WPP) 571 dan 572 dengan potensi sumber daya perikanan sebesar 423,41 ribu ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Aceh dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

“Aceh secara potensi tidak bisa diragukan lagi, kita memiliki banyak sekali potensi perikanan. Ada 18 kabupaten/kota di Aceh yang merupakan wilayah pesisir,” ujarnya.

Namun, menurut dia, produksi perikanan Aceh masih belum optimal. Data produksi Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh tahun 2021 tercatat, produksi perikanan tangkap di Tanah Rencong sebanyak 283 ribu ton per tahun.

“Artinya yang masih kita manfaatkan sekitar 70 persen. Sebenarnya masih bisa kita tingkatkan lagi,” ujarnya.

Dari hasil produksi perikanan itu, lanjut dia, hanya sekitar 45 ribu ton ikan tangkap nelayan di provinsi paling barat Indonesia itu yang diolah sehingga menghasilkan berbagai produk hilirisasi yang bernilai tambah secara ekonomi.

“Tapi kalau kita lihat angka ini terlalu kecil, masih sekitar 45 ribu ton yang diolah. Sisanya memang (ikan) kita mengirim langsung ke luar, terutama ke Sumatera Utara,” kata Nur Fadli.

Pihaknya mencatat, di klaster utara terdapat 10 unit pengolahan ikan, klaster barat tiga unit, dan klaster timur sebanyak lima unit. Dari total unit pengolahan ikan tersebut didominasi oleh jenis usaha menengah besar sebesar 53 persen, mikro kecil 35 persen dan besar 12 persen.

Baca juga: Aceh ekspor 200 ton hasil perikanan hingga September 2023, begini penjelasannya

Pewarta: Khalis Surry

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023