Universitas Syiah Kuala (USK) dengan Kintaran Tabah SDN BHD Malaysia menandatangani MoU (nota kesepahaman) terkait perdagangan karbon (carbon trading) dalam upaya mengatasi permasalahan global.

“MoU mendukung kedua belah pihak dalam mengatasi permasalahan global yakni perubahan iklim dan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB yang bisa diwujudkan melalui advokasi dan kerja sama dalam bidang penelitian, inovasi, dan kegiatan komersial,” kata Rektor USK Prof Marwan di Banda Aceh, Senin.

Pernyataan itu disampaikan di sela-sela penandatangan MoU dengan Akramsyah MU Sanusi selaku Founder Kintaran Tabah Sdn Bhd di ruang rapat mini rektor, Banda Aceh.

Ia menjelaskan ada beberapa poin dalam MoU yang disepakati, diantaranya adalah penyerapan karbon berbasis alam yang meliputi aspek kehutanan, hidrologi dan keanekaragaman hayati.

"USK menyambut dengan gembira kerja sama awal mengenai carbon trading. Kita punya potensi dan dengan kolaborasi bisa saling terberdayakan," katanya. 

Prof Marwan menambahkan masing-masing tim dari kedua pihak akan menyusun teknis lebih rinci yang diturunkan lagi ke dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS).

Rektor menambahkan USK punya Prodi Ilmu Kehutanan dan Aceh merupakan salah satu provinsi dengan kondisi hutan terbaik di Indonesia selain Papua, sehingga potensi karbon bisa digarap sebagaimana mestinya.

Founder Kintaran Tabah Sdn Bhd, Akramsyah, menyampaikan terima kasih atas sambutan USK terhadap kehadirannya dan mereka siap menjajaki lebih lanjut atas MoU tersebut.

"USK sebagai kampus terhebat di Aceh perlu berperan lebih terhadap konservasi. Aceh punya potensi sangat besar pada bakau. Sains konservasi dan ekonomi bisa berjalan bersamaan," katanya.

 

Pewarta: M Ifdhal

Editor : M.Haris Setiady Agus


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023