Dinas Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Aceh Timur, menyatakan melambungnya harga beras di daerah itu akibat pengaruh kemarau beberapa bulan yang lalu.

"Harga beras naik akibat kemarau, jadi, ada yang tidak tanam, ada juga yang tanam, namun sebahagian panennya berkurang karena tidak bisa pemupukan," kata Kepala Bidang Ketersediaan dan Cadangan Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Aceh Timur Aliando, Senin.

Menurutnya, akibat kemarau tersebut menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang optimal menyebabkan produksi menurun.

Aliando mengatakan kenaikan harga beras saat ini juga disebabkan karena sebagian besar sawah masih dalam masa tanam, perkiraan panen dimulai akhir Oktober hingga November, sehingga saat ini kilang-kilang padi kosong tidak ada persediaan. 

"Hasil pemantauan ke kilang padi, stoknya berkurang malah ada yang tidak ada stoknya. Akan tetapi dalam dua hingga tiga bulan ke depan padi akan panen lagi karena sudah turun hujan," kata Aliando.

Namun demikian untuk mengisi kekosongan stok, penggilingan mengambil dari luar daerah dengan harga lebih tinggi ditambah biaya angkut sehingga harga jual beras menjadi tinggi. 

Untuk menanggulangi kesulitan masyarakat, kata dia, saat ini pemerintah juga mulai menyalurkan bantuan pangan beras medium sebanyak 10 kg per KPM yang diterima PKH dan BPNT selama tiga bulan, yakni September hingga November. 

"Pemberian bantuan akan mengurangi volume permintaan beras ke pasar dan berefek kepada penurunan harga di pasaran," kata Aliando.

Sementara itu, pedagang sembako di Pasar Idi Cut, mengatakan harga beras saat ini sudah mulai mengalami penurunan, dari Rp210 ribu per sak menjadi Rp200 ribu per sak.

"Turunnya harga beras akibat persediaan  sudah mulai ada," kata Ihsan.
 

Pewarta: Hayaturrahmah

Editor : M.Haris Setiady Agus


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023