Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana BKKBN (BKKBN) Provinsi Aceh terus meningkatkan sinergitas lintas sektoral dalam menangani stunting di provinsi ujung barat Indonesia tersebut.

Kepala BKKBN Perwakilan Provinsi Aceh Safrina Salim di Banda Aceh, Jumat, mengatakan sinergitas lintas sektoral tersebut diperlukan untuk memperkuat pelaksanaan program percepatan penurunan stunting di Provinsi Aceh.

"Berdasarkan hasil survei 2022, kondisi stunting di Provinsi Aceh berada di urutan kelima tertinggi di Indonesia. Prevelensi stunting di Aceh sebesar 31,2 persen. Angka tersebut turun dua persen dibandingkan pada 2021 sebesar 33,2 persen," katanya.

Safrina mengharapkan angka prevelensi stunting pada 2023 turun. Sebab, sampai saat ini, pihaknya masih menunggu hasil prevelensi stunting 2023 dari Kementerian Kesehatan.

Menurut dia, sinergitas dengan para pihak dibutuhkan dalam mencegah dan menurunkan angka stunting di Aceh. Apalagi target stunting nasional pada 2024 sebesar 14 persen menjadi tugas besar yang harus diwujudkan bersama-sama.

"Kami berharap sinergitas program dapat berlangsung, sehingga gerakan bersama ini dapat mewujudkan target penurunan hingga 14 persen secara nasional pada 2024," kata Safrina Salim.

Selain sinergitas program, BKKBN Provinsi Aceh mengajak masyarakat menjadi orang tua asuh pencegahan dan penanganan stunting. Sebab, penanganan stunting tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga semua komponen masyarakat.

"Kami mengajak komponen masyarakat menjadi orang tua asuh pencegahan dan penanganan stunting di Provinsi Aceh. Penanganan bersama akan mempercepat menurunkan angka stunting di Provinsi Aceh," katanya.

Menurut Safrina Salim, tugas sebagai orang tua asuh tidak hanya memberi asupan gizi kepada anak, tetapi juga mengedukasi orang tuanya serta membangun sanitasi yang baik bagi lingkungan si anak.

"Sudah ada beberapa pihak yang menjadi orang tua asuh stunting. Kami berharap semakin banyak orang tua asuh stunting ini, maka semakin cepat penurunan angka stunting di Provinsi Aceh," katanya.

Kepala BKKBN Perwakilan Provinsi Aceh itu mengatakan stunting bukan hanya masalah kekerdilan pertumbuhan bayi di umur 1.000 hari pertama. Akan tetapi, juga menyangkut kecerdasan dan kelincahan si anak

"Kalau anak berat dan tinggi badannya tidak sesuai atau pendek serta tidak ceria, cengeng, rewel, dan lainnya, patut dicurigai mengalami stunting. Dan ini harus dicegah agar si anak tersebut menjadi generasi cerdas di masa mendatang," kata Safrina Salim.

Baca juga: BKKBN gandeng kades intervensi percepatan penurunan stunting di Aceh

Pewarta: M.Haris Setiady Agus

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024