Bulan suci Ramadan semakin dekat dan seluruh umat muslim di berbagai belahan dunia mulai mempersiapkan diri untuk menyambutnya.

Beragam budaya dan suku yang ada di Indonesia menghasilkan munculnya berbagai tradisi menyambut Ramadan di setiap daerah dengan ciri khasnya masing-masing. Tradisi menyambut Ramadan diwariskan turun-temurun ke generasi yang baru sebagai upaya melestarikan budaya dan adat istiadat. 

Tradisi yang tentunya memiliki makna mendalam yang bertujuan untuk menyucikan diri, saling memaafkan, saling mendoakan dan menjalin silaturahmi dalam menyambut bulan yang suci. 

Baca juga: Persediaan ternak tradisi meugang di Aceh capai 71.638 ekor

Mari simak beberapa tradisi menyambut bulan Ramadhan di Indonesia:
 
Pedagang mempersiapkan daging sapi pesanan pembeli pada perayaan meugang kecil (pertama) sambut Ramadhan di Desa Suak Raya, Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Sabtu (9/3/2024). Pada tradisi meugang kecil atau meugang pertama, harga daging kerbau dan daging sapi berkisar Rp180 ribu hingga Rp190 ribu per kilogram dan pedagang memperkirakan harga daging pada meugang besar akan tembus Rp200 ribu hingga Rp210 ribu per kilogram. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/foc.
  1. Meugang di Aceh, menyambut Ramadhan di Aceh yaitu dengan tradisi meugang. Tradisi ini telah melekat di kehidupan masyarakat Aceh sejak masa kerajaan Aceh Darussalam, berlangsung sejak abad ke-14. Tradisi meugang merupakan kegiatan memasak daging sapi, kambing atau kerbau di masing-masing rumah sehari sebelum bulan Ramadan dimulai. Hidangan daging tersebut dinikmati oleh seluruh anggota keluarga, kerabat, bahkan anak yatim piatu secara bersama-sama. Tradisi tidak hanya dilakukan ketika menyambut bulan Ramadhan namun juga pada saat menyambut Idul Adha dan Idul Fitri. Hal ini bertujuan untuk mempererat hubungan sesama melalui momen-momen penting keagamaan. 
    Malamang di Palangka Raya, Kamis (4/5/2023). (ANTARA/M Husein Asyari)
  2. Malamang di Sumatera Barat, tradisi unik menyambut bulan Ramadhan di Sumatera Barat disebut dengan Malamang.  Masyarakat bersama-sama membuat makanan tradisional yaitu lemang dengan penuh sukacita. Tradisi ini bertujuan untuk menjaga nilai kebersamaan di masyarakat Minangkabau dengan kegiatan yang sederhana.  
  3. Marpangir di Sumatera Utara, tradisi unik di Sumatera Utara dalam menyambut bulan Ramadhan disebut dengan Marpangir. Kegiatan yang melibatkan mandi secara tradisional yang airnya dicampur dengan dedaunan atau rempah-rempah, seperti daun pandan, daun serai, jeruk purut, bunga-bunga, kenanga, daun limau, akar wangi dan bunga pinang sebagai bahan wewangian. Tradisi ini dilakukan masyarakat Sumatera Utara sebagai bentuk pembersihan diri sebelum menyambut masuknya bulan Ramadhan.  
    Sejumlah warga berkumpul dan makan bersama saat tradisi cucurak di Taman Situ Cikaret, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (22/3/2023). Cucurak merupakan tradisi masyarakat Bogor menjelang bulan Ramadhan dengan mengadakan makan bersama keluarga ataupun kolega sebagai rasa syukur dan menjalin tali silaturahmi. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/tom. (ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA)
  4. Cucurak di Jawa Barat, dalam bahasa Sunda berarti bersenang-senang dan berkumpul bersama keluarga dalam menyambut bulan Ramadhan. Cucurak dilakukan dengan berkumpul bersama keluarga dan makan bersama menggunakan alas daun pisang sambil duduk lesehan. Menu yang disajikan yaitu nasi liwet, tempe, ikan asin serta sambal dan lalapannya. Tradisi ini merupakan bentuk ajakan untuk saling bersyukur atas nikmat dan rezeki yang diberikan Tuhan.   
    Sejumlah warga mengikuti tradisi Padusan di Sungai Cisadane, Setu, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (3/3/2024). ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/YU (ANTARA FOTO/SULTHONY HASANUDDIN)
  5. Padusan di Yogyakarta, menyambut Ramadhan masyarakat Yogyakarta melakukan Padusan. Dalam bahasa Jawa, padusan berasal dari kata “adus” yang artinya mandi. Tradisi ini dilakukan dengan cara berendam atau mandi di sumur-sumur atau sumber mata air. Padusan sebagai upaya penyucian diri, membersihkan jiwa dan raga dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Tradisi ini juga sebagai upaya introspeksi diri terhadap kesalahan yang telah dilakukan agar dalam menjalankan ibadah lebih tenang.  
    Penjabat Bupati Bekasi Dani Ramdan melakukan tradisi nyorog atau memberikan hantaran lauk pauk saat tiba di lokasi Lebaran Bekasi 2023, Desa Srijaya, Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, Sabtu. (ANTARA/Pradita Kurniawan Syah)
  6. Nyorog di Jakarta, suku Betawi atau masyarakat asli Jakarta melestarikan banyak tradisinya seperti tradisi Nyorog. Tradisi ini berupa kegiatan memberikan atau mengirimkan bingkisan makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua, seperti orang tua ataupun mertua yang tinggal di rumah yang berbeda atau kepada tokoh-tokoh yang dituakan di daerah setempat. Bingkisan tersebut dapat berupa gula, susu kopi, beras, daging ataupun berbagai bahan makanan mentah lainnya. Hal ini memiliki makna lebih dari sekedar berbagi makanan, melainkan juga sebagai bentuk penghormatan kepada yang lebih tua dan menjalin silaturahmi guna mempererat tali persaudaraan antar sesama. 
    Kalangan santri dan jemaah Majelis Taklim mengikuti pawai obor menyambut Ramadhan 1444 Hijriyah di Kelurahan 1 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu 1, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (21/3/2023) (ANTARA/M Riezko Bima Elko P)
  7. Pawai Obor di Palembang, menjelang Ramadan ratusan santri melakukan pawai obor dalam menyambut dengan sukacita bulan suci Ramadhan. Pawai obor dilakukan dengan berkeliling kampung bersama-sama dengan membawa obor dan melantunkan shalawat yang dilakukan di malam hari. Apabila ratusan santri melakukan pawai obor di malam hari dengan lantunan doa dan shalawat maka menandakan bulan suci Ramadhan semakin dekat. Dalam kegiatan tersebut antusias dari masyarakat juga besar dengan menonton tradisi unik pawai obor menjelang Ramadhan. 

Nah, itu beberapa tradisi unik yang ada di berbagai daerah Indonesia menyambut bulan suci Ramadhan. 

Penulis: Neily Jannati, mahasiswa Komunikasi FISIP USK


Baca juga: UIN Ar-Raniry bagikan paket "meugang" kepada 950 Karyawan
 

Pewarta: Redaksi Antara Aceh

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024