Perkebunan kelapa sawit sebagai perkebunan padat karya, dinilai berkontribusi menyerap tenaga kerja dan menumbuhkan ekonomi nasional, bagaimana tidak, kelapa sawit selalu menjadi primadona karena salah satu penyumbang terbesar devisa negara Indonesia. 
 
“Industri kelapa sawit saat ini mampu menyerap kurang lebih 16,2 juta tenaga kerja baik langsung maupun tidak langsung, tentunya dengan ketersediaan lapangan kerja ini dapat meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, kesehatan, dan juga mengurangi kantong-kantong kemiskinan," kata Dr. Ismadi, S.P.,M.Si, Ketua Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas Malikussaleh, saat menghadiri Silahturahmi Ramadhan anak perusahaan Astra Agro Area Aceh bersama Media di Banda Aceh, Senin (1/4). 

Menurut Ismadi, Aceh saat ini memiliki 565,135 hektare (ha) lahan kelapa sawit dan diperkirakan telah menyerap 578 ribu tenaga kerja. Daerah dengan perkebunan kelapa sawit memiliki penurunan tingkat kemiskinan yang lebih signifikan dibandingkan dengan daerah lain, salah satunya di Aceh.
 
Tak hanya itu, pria yang juga menjabat sebagai Koordinator wilayah Aceh pada Organisasi Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI) ini menyebutkan bahwa kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati paling efisien dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lain. Padahal secara luasan lahan, area kebun sawit jauh lebih kecil dibandingkan lahan komoditi penghasil minyak nabati lainnya.
 
Sebagai negara penghasil minyak sawit, Indonesia mempunyai prospek sangat baik untuk mengembangkan industri kelapa sawit yang berkelanjutan, ditambah dilihat dari fungsinya minyak kelapa sawit menjadi vital yang digunakan sebagai keperluan setiap sendi kehidupan, hingga muncul slogan “no palm oil, no life”.

Baca juga: Strategi BSI wujudkan NZE lewat program mitra plasma sawit
 
Ismadi menambahkan, kesejahteraan masyarakat melalui adanya industri kelapa sawit tidak lepas dari keberadaan suatu perusahaan di daerah tersebut. Hal ini karena masyarakat dan perusahaan saling membutuhkan dan bekerjasama, salah satunya dengan adanya tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat sekitar melalui Corporate Social Responsibility (CSR). 
 
“Hubungan antara sebuah perusahaan dengan masyarakat merupakan hubungan simbiosis saling membutuhkan, masyarakat butuh perusahaan demikian sebaliknya perusahaan memerlukan masyarakat,” jelas akademisi yang akrab disapa Is ini.
 
Hal senada disampaikan Riduan Manik, Community Development Area Manager Aceh yang juga hadir dalam silahturahmi Ramadhan yang dikemas berbuka puasa pada sore itu, Riduan menjelaskan bahwa Astra Agro berkomitmen untuk memperkuat aspek keberlanjutan salah satunya dengan meluncurkan Astra Agro Sustainability Aspirations pada tahun 2022 lalu.
 
“Program Astra Agro Sustainability Aspirations ditargetkan tercapai tahun 2030, juga diantaranya wujudkan empat pilar CSR (bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi dan lingkungan) untuk mencapai cita-cita sejahtera bersama bangsa,” tegasnya.
 
Empat pilar CSR tersebut diturunkan di masing-masing anak perusahaan astra agro yang tersebar mulai dari Sumatera hingga Sulawesi, tak terkecuali di area Aceh. 
 
“Bicara mengenai CSR, baru-baru ini PT Karya Tanah Subur (KTS) salah satu anak perusahaan astra agro yang berada di Aceh Barat, berhasil meraih juara 2 terbaik kategori CSR Madya yang diberikan oleh Bupati Aceh Barat,” ungkap Riduan bangga. 
 
Terpilihnya PT KTS mewakili anak perusahaan astra agro lain di area Aceh juga area lain, sebagai bentuk nyata tanggungjawab sosial perusahaan yang telah memberikan kontribusi kepada masyarakat sekitar.

Baca juga: Kementan sebut produktivitas sawit Aceh pengaruhi pasar dunia

Pewarta: Redaksi Antara Aceh

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024