Banda Aceh (ANTARA Aceh) - Komite Operator Penerbangan (AOC) Aceh mengaku, khawatir dampak kabut asap kebakaran lahan gambut sebagian wilayah dapat mengganggu penerbangan di Aceh.

"Kami tak bisa berbuat apa-apa, ketika bencana kabut asap terjadi. Kami berharap segera teratasi, dan tidak berdampak pembatalan penerbangan dengan alasan keselamatan," ucap Ketua AOC Aceh, Beny Siahaan di Banda Aceh, Kamis.

Dia mengatakan, asap dari kebakaran hutan dan lahan berpotensi sangat besar mengganggu aktivitas penerbangan terutama saat pendaratan pesawat.

Ketika pesawat hendak mendarat, maka pilot harus dapat melihat dengan jelas landasan pacu bandara tujuan yang telah diatur jarak pandang harus di atas 2.000 meter.

Bandara Internasional Sutan Iskandar Muda terletak di Kabupaten Aceh Besar, Aceh, telah menjelma menjadi destinasi bagi wisatawan terutama turis asing.

"Satu hari rata-rata ada kita miliki 22 penerbangan pergi pulang di Aceh. Belum lagi di tiga bandara komersial lain yakni Sabang, Meulaboh, dan Lhokseumawe," ujarnya.

Menurut dia, setelah peristiwa gempa dan tsunami di akhir 2004, provinsi di bagian paling ujung Utara dari Pulau Sumatera ini semakin menarik untuk dikunjungi.

"Aceh, miliki potensi objek wisata keindahan pantai seperti Sabang. Belum lagi, pascabencana terjadi. Orang ingin tahu, seperti apa Museum Tsunami di Banda Aceh," terang Beny.

Dilaporkan, kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan mulai mengganggu penerbangan seperti di Bandara Cut Nyak Dhien, Kabupaten Nagan Raya, Aceh.

"Kemarin (Rabu, 26/7), penerbangan dilayani Wings Air rute Medan-Meulaboh, dibatalkan," ucap Kepala Meteorologi BMKG Meulaboh, Edi Darlupti.

Menurutnya, maskapai itu membatalkan rute penerbangan dari Bandara Internasional Kuala Namu di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, setelah pihaknya memberi informasi cuaca.


Pewarta: Muhammad Said

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017