Menjadi salah satu provinsi yang sarat akan sejarah, budaya, dan tradisi, tanah Aceh memiliki beberapa julukan yang dapat mencerminkan adat dan nilai-nilai yang dipegangnya. Di antaranya ada sebutan serambi Mekkah, tanah rencong dan bumi srikandi. Namun tahukah kamu, bahwa Aceh juga dikenal sebagai negeri seribu warung kopi? 

Awal muncul julukan ini dikarenakan di Aceh ada begitu banyak warung kopi. Tapi, alasan utama mengapa bisa dikenal sebagai negeri seribu warung kopi karena  merupakan salah satu dari provinsi penghasil kopi terbesar di Indonesia.

Kecintaan masyarakat Aceh terhadap kopi membuat bisnis kopi begitu makmur di Aceh. Warung-warung kopi muncul di berbagai tempat bagai cendawan di musim hujan, mulai dari yang paling sederhana di kampung hingga kafe kekinian di sudut-sudut keramaian kota. 

Baca juga: BPS: Dua komoditas ini dominasi ekspor dari Aceh hingga Agustus 2024

Tradisi minum kopi di Aceh ini sudah ada sejak lama dan memiliki banyak jenis minuman kopi yang dapat dicoba. Sehingga kopi menjadi minuman yang bernilai istimewa dan amat lekat di dalam hidup orang Aceh. Di balik nikmatnya secangkir kopi tidak hanya memberi kepuasan rasa, karena ada cerita dan sejarah panjang yang unik tentang Aceh. 

Salah satu kopi Aceh yang menyimpan cerita unik di baliknya adalah kopi khop.

Penampilannya unik karena kopi khop disajikan dengan gelas terbalik di atas  piring kecil, dan biasanya diminum lewat sedotan yang dijepit di antara dua benda tersebut.

Cara minum kopi khop

Kopi khop adalah minuman khas dari Kota Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat.  Bagi penikmat baru kopi khop, bisa dibuat bingung bagaimana cara meminumnya. 

Penyajiannya yang berbeda inilah yang memikat perhatian baik dari kalangan penikmat kopi maupun bukan, untuk mencobanya secara langsung demi merasakan sendiri keunikannya.

Untuk menikmati kopi khop, penikmat bisa meniup perlahan sedotan di dekat bibir gelas yang terbalik, sehingga cairan kopi perlahan merembes keluar dari  gelas dan mengisi piring kecil. Setelah itu, kita bisa menyeruput kopi menggunakan sedotan, bisa pula secara langsung dari bibir piring.

Kopi khop biasanya menggunakan biji kopi robusta yang digiling kasar, dan tersedia dalam versi panas maupun dingin. Biasanya, ini dinikmati hanya dengan tambahan gula saja. 

Namun, tidak semua penikmat kopi menyukai kopi hitam, sehingga barista akan menyajikan kopi ini dengan tambahan ‘nen’ (susu) agar terasa lebih lembut dan manis. 


Sejarah kopi khop

Meski tidak diketahui secara pasti siapa yang menciptakan kopi khop, namun presentasi kopi yang dikenal sekarang ini tidak sembarangan. Terdapat balutan cerita yang membentuk cara penyajian kopi khop sehingga tampak unik seperti sekarang. 

Konon, dulu masyarakat Meulaboh tinggal di pesisir, sebagian besarnya berprofesi sebagai nelayan. Mereka memiliki kebiasaan minum kopi sebelum melakukan aktivitas melaut. Namun, mereka tidak sekaligus menghabiskan kopi mereka, melainkan setelah meminum beberapa teguk, mereka akan turun ke laut untuk menjala ikan, dan akan minum lagi setelah kembali ke darat. Maka dari sanalah, cangkir kopi tersebut dibalik di atas piring kecil guna menjaga kopi tetap hangat dan tidak kemasukan pasir. Selain itu, cara ini juga dapat menjaga aroma kopi yang khas tetap terjaga.

Fatir, seorang barista Kopi Khop menjelaskan, “Pas balik (kopi) diminum lagi, jadi debunya ga masuk, uapnya masih di dalam itu. Ketiga, rasa kopinya tetap terjaga."

Selain itu,  kopi khop ini juga sering dikait-kaitkan dengan Teuku Umar, seorang pahlawan Aceh yang terkenal dengan strategi perang gerilya melawan Belanda. Teuku Umar merupakan pahlawan nasional yang berasal dari kota yang sama dengan kopi khop, yaitu Meulaboh. 

Ada sebuah kisah yang berkembang di tengah masyarakat, yang sekaligus menunjukkan bagaimana esensialnya kopi bagi Aceh sejak dahulu. Dikisahkan, pada saat sebelum pertempuran terakhirnya, Teuku Umar pernah berkata pada tangan kanannya, Beungoh singoh geutanyoe jep kupi di keudee Meulaboh atawa ulon akan syahid. Dalam bahasa indonesia artinya:  “Besok pagi kita minum kopi di kedai Meulaboh atau aku akan syahid."
 
Wisata Monumen Kupiah Meukeutop Wisatawan berswafoto di area Monumen Tugu Kupiah Meukeutop (Topi Kebesaran) Teuku Umar di Desa Pasi Suak Ujong Kalak, Aceh Barat, Aceh, Kamis (29/6). Monumen lambang daerah Kabupaten Aceh Barat tersebut merupakan tempat bersejarah lokasi gugurnya Pahlawan Nasional Teuku Umar saat melawan pasukan Belanda pada 11 Februari 1899. (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)

Kisah ini menjadi tolak ukur akan tradisi minum kopi di Aceh, dan menjadi kisah yang terus diturunkan dari generasi ke generasi. Selain itu, penyajian kopi khop dengan gelas terbalik akan terus mengingatkan masyarakat, khususnya daerah Meulaboh, akan pahlawan Teuku Umar yang legendaris.

“Kopi Khop berasal dari Aceh Barat, dan Aceh Barat punya pahlawan yang namanya Teuku Umar. Tampilan Kopinya kayak kupiah meukutop atau topinya Teuku Umar," ujar Fatir.

Baca juga: Boh Manoek Weng: Kopi Tradisional Aceh dengan Cita Rasa Unik

Pewarta: Masyittah

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024