Banda Aceh (ANTARA) - Mariana, seorang mualaf dari etnis Tionghoa di Banda Aceh turut merayakan tahun baru Imlek 2576 Kongzili bersama keluarganya di Vihara Buddha Sakyamuni.
Perempuan yang memiliki nama China Affah di Banda Aceh, Rabu, mengatakan tetap mengikuti perayaan Imlek bersama keluarganya karena menganggapnya sebagai tradisi budaya, bukan ritual keagamaan.
"Imlek itu bukan bagian dari agama Buddha, tetapi lebih kepada tradisi masyarakat Tionghoa. Dahulu, ketika masa panen tiba, orang-orang Cina akan mengundang keluarga dan saudara untuk makan bersama serta merenungkan hasil yang telah diperoleh," katanya.
Mariana mengatakan, dirinya sudah menjadi mualaf sejak 2002, Imlek memiliki makna mendalam sebagai ajang mempererat hubungan keluarga, tanpa memandang perbedaan agama.
"Walaupun saya sudah berbeda agama, saya masih bisa bersatu dengan keluarga saya. Tidak ada perbedaan antara Islam, Budha, maupun Kristen dalam hal ini. Semua tetap bisa bersama," ujarnya.
Di hari perayaan, Mariana bersama keluarga menjalani berbagai tradisi khas Imlek, seperti bersilaturahmi, saling memaafkan, dan menerima berkah dari orang tua.
"Imlek itu tentang kumpul keluarga. Anak-anak yang jauh pun akan pulang. Kami bersilaturahmi, saling memaafkan, dan meminta restu dari orang tua," katanya.
Meskipun telah menjadi mualaf, Mariana menegaskan bahwa hubungan dengan keluarganya tetap harmonis tanpa ada kesenjangan sosial.
"Kadang ada yang berpikir kalau orang Tionghoa masuk Islam akan dikeluarkan dari keluarga. Tapi bagi saya tidak begitu, karena kami tetap menjaga silaturahmi. Bahkan saat Idul Fitri, keluarga saya juga datang berkunjung," kata Mariana.
Sementara itu, Kepala Vihara Buddha Sakyamuni, Yanto, mengatakan perayaan Imlek di Vihara Sakyamuni Banda Aceh tahun ini diikuti sekitar 400 warga Tionghoa dan berlangsung dengan aman serta penuh toleransi.
"Kami bersyukur karena toleransi di Aceh ini sangat tinggi. Jadi, bisa melaksanakan Imlek, ibadah juga sangat nyaman. Nah, ini menunjukkan keberagaman dan toleransi di Aceh ini cukup tinggi," demikian Yanto.