Singkil (ANTARA Aceh) - Pengusaha perebusan ikan di Gosong Telaga, Kecamatan Singkil Utara, Kabupaten Aceh Singkil kesulitan bahan baku garam, sehingga produksinya selama tiga bulan terakhir ini berkurang.

Yardi, pengusaha perebusan ikan di Gosong Telaga kepada wartawan Rabu menyatakan, usaha perebusan ikan masyarakat nelayan menjelang akhir tahun semakin menurun karena terkendala mahalnya harga garam sehingga operasional sementara ini dihentikan.

"Mahalnya harga garam non Yodium Rp250 ribu/karung (berat 50 Kg), sehingga proses perebusan ikan dilakukan lebih sering disaat musim panen ikan," katanya.

Dikatakannya, ikan rebus berjalan musiman, yang banyak mulai bulan Januari hingga Juli, karena Agustus sampai Desember, hasil tangkapan nelayan menurun namun tetap juga diproduksi kendati pendapatan ikan tidak seberapa.

Yang paling sering direbus, kata Yardi, ikan teri karena amat mudah teri penangkapannya.

Biasanya nelayan melakukan penangkapan ikan teri secara tradisional, yakni dengan cara membakar kain yang dibalut pada sepotong kayu di tengah laut agar ikan teri mendekati cahaya untuk naik kepermukaan air laut dan nelayan dengan mudah menjaring di tepi boat.

Untuk harga jual hasil perebusan ikan, kata Yardi, nilainya tidak menentu, karena target pengiriman hasil produksi ikan perebusan hanya satu tempat penampung yakni di daerah Medan, Sumatera Utara.

Sekali pengiriman komuditas laut itu mencapai 100 hingga 500 kilogram.

Yardi menjelaskan, jenis ikan yang mayoritas direbus yakni ikan teri, maning halus (tamni), blato Aceh, gembolo, buncilak, dan gergak.

Pewarta: Khairuman

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017